Keruh

244 37 9
                                    

Note : Panggilan Ayah-Ibu buat orang tua Iqbaal author ganti jadi Mama-Papa ya guys..


Pagi ini, sama seperti pagi sebelumnya bagi Salsha.
Ia menjalankan aktivitasnya di dapur dengan membantu Bi Siti menyiapkan masakan dan segala keperluan keluarga nya.

Hari ini adalah hari minggu, yang artinya semua anggota keluarga yang bekerja akan libur dan memiliki waktu luang untuk keluarga.
Salsha sendiri sudah selesai membantu Bi Siti, ia juga sudah melakukan ritual paginya. Ya, apalagi kalau bukan mandi.

Seusai mandi, ia berniat membangunkan suaminya yang masih terlelap dengan tenang di atas kasur itu.

Salsha diam diam memperhatikan wajah suaminya.
Terlihat, tampan.
Ya, Salsha mengakui memang suaminya itu memiliki standar wajah di atas rata rata.
Dengan mata yang tajam, alis yang tebal, bibir yang kemerahan, dan jangan lupakan kulit putih dan juga badannya yang tegap dan berbentuk seperti atlet atlet diluar sana.

Salsha menggelengkan kepalanya, lalu melangkah ke arah pintu balkon dan membuka hordeng nya. Membuat sinar matahari yang sudah muncul sedari tadi masuk ke dalam kamar.

Iqbaal, lelaki yang masih terlelap itu dengan reflek menghalau sinar matahari yang mengenai wajahnya dengan telapak tangannya.

"Mas, bangun." Ucap Salsha lalu berdiri di seberang sisi ranjang Iqbaal dan menghalangi sinar matahari.
Ia merasa tak tega, melihat suaminya mengeryit silau karna sinar matahari.

Lelaki itu yang sudah merasa terusik tidurnya pun membuka matanya dengan malas, seketika penglihatannya melihat siluet seorang perempuan di depannya.

"Selamat pagi mas.." Ucap Salsha bermaksud menyapa Iqbaal yang baru membuka matanya itu.
Ini kali pertama ia membangunkan Iqbaal.

Beberapa detik, lelaki itu sempat terpana dengan wanita yang berada di depannya.
Terlihat cantik pagi ini, dengan rambut panjangnya yang masih basah disertai tetesan air yang jatuh dari rambut Salsa karna sehabis keramas, dan wajahnya yang manis disertai kumis tipis di atas bibirnya yang kini tengah tersenyum tulus.

"Mas?" Panggil Salsa pada Iqbaal membuat lelaki itu mengerjapkan matanya

Lelaki itu dengan cepat mengubah mimik wajahnya "Ya, aku nggak tuli." Iqbaal Lalu beranjak dari ranjang tanpa membalas ucapan selamat pagi dari Salsa.
Berjalan dengan malas ke arah kamar mandi dan menutup pintunya dengan sedikit keras.

Salsa sendiri, ia hanya menggelengkan kepalanya memaklumi sikap sang suami.
Yah, Salsa harus terbiasa.
Mau tidak mau, harus mau.
Memang begitu kan kenyataannya?
Keadaan harus memaksa Salsa berdamai dengan kenyataan.

Setelah merapikan sprei di ranjang sang suami, ia pun menyiapkan pakaian untuk di pakai Iqbaal.

Salsa kini beralih mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer, dan sedikit memoles wajahnya agar tidak pucat.

Setelah selesai,ia beranjak "Mas, bajunya udah aku siapin. Aku ke bawah dulu." Ucap Salsa dengan suara agak keras karna Iqbaal yang berada di dalam kamar mandi.

Tanpa menunggu jawaban, Salsa keluar dari kamar.
Memangnya menunggu juga ia akan dapat jawaban dari suaminya itu? Tidak kan?

"Mentang mentang libur, enak enakan bangun siang."
Suara dengan nada dan kalimat sindiran itu terdengar di indra pendengaran Salsa saat ia sedang menuruni tangga.
Dilihatnya ke arah ruang makan, ternyata disana sudah ada semua keluarganya, kecuali dirinya dan Iqbaal.

"Kamu ini bicara apa?" Sahut Orlando saat Sarah mengatakan kalimat tadi
Orlando tau, itu pasti ditujukan untuk Salsa yang saat ini tengah berada di tangga

Perempuan yang sedang menjadi topik pembicaraan hanya diam mematung di ujung tangga dan menunduk.
Tidak berani menatap mata semua orang yang berada di sana.

"Baru beberapa hari dia sudah tidak kuat dengan kepura-puraan nya itu." Sarah berucap tanpa memperdulikan pertanyaan sang suami

"Sarah! Omong kosong apa ini?" Tanya Orlando dengan nada kerasnya, ia bahkan tidak habis pikir dengan isi pikiran istrinya

"Papa! Kenapa papa bentak mama?" Tanya Iqbaal tiba tiba, ia sudah berjalan menuruni tangga

"Gara gara Salsa, papa jadi bentak mama." Ucap Naya mengadu pada Iqbaal, gadis itu bahkan mengeraskan suaranya juga

Salsa mengangkat kepalanya, melihat ke arah Naya dengan pandangan tak percaya.

"Naya! Kamu jangan ngelunjak, dia itu kakak ipar kamu! Sama seperti Vania." Ucap Orlando memperingati anaknya yang keras kepala itu.

"Ko papa jadi bentak Naya sih?" Tanya Naya dengan nada kesalnya

"Ini semua karna lo! Dasar orang kampung sok polos!" Hardik Naya pada Salsa
Gadis itu bahkan sudah berada di depan Salsa

"Naya, udah stop oke?" Ucap Iqbaal menarik Naya dari hadapan Salsa

"Nggak kak!" Naya berontak saat Iqbaal menahan tangannya "Kenapa sih kakak harus nikah sama cewe kampung ini? Naya benci tau nggak, dia itu nggak selevel sama kita!"

Ucapan itu bagai belati bagi Salsa, mengiris ulu hatinya.
Matanya kini sudah berkaca kaca, tapi Salsa tahan. Ia tidak boleh menangis sekarang.

"Naya! Kamu dibilangin jaga ucapan kamu! Salsa lebih tua dari kamu!" Bentak Orlando yang kini sudah marah akan sikap anaknya itu
Sungguh, ia sangat marah kali ini.

"Naya, tenang oke?" Ucap Iqbaal yang berusaha menenangkan adik manjanya itu

"Aku nggak suka pa sama dia." Tunjuk Naya pada Salsa "Kenapa sih papa harus nunjuk dia jadi istri kakak? Kenapa bukan cewe lain?" Tanya nya

"Naya, jangan bentak papa. Kamu masih kecil, hargai keputusan orang tua." Tutur Agam yang sedari tadi diam

"Udahlah kak lepasin! Aku udah nggak mood disini!" Naya semakin berontak di dalam dekapan Iqbaal "Semua aja bela menantu kesayangan papa itu! Nggak usah peduliin Naya."

Setelah mengatakan itu Naya berlari ke arah tangga "Aku susul Naya dulu." Ucap Iqbaal dan langsung berlari mengikuti Naya

"Seneng kamu? Udah ngerusak suasana pagi pagi kaya gini?" Tanya Sarah dengan nada sarkastik nya
Ia kini menghampiri Salsa "Jangan harap saya akan menerima kamu jadi menantu saya, tidak akan!" Desis nya pelan yang hanya di dengar oleh Salsa

Setelah mengatakan itu, ia langsung menyusul Iqbaal dan Naya yang mungkin berada di kamar Naya sekarang.

Orlando kini mengusap kepalanya dengan frustasi, mengapa jadi berantakan seperti ini?
Ini bukan seperti apa yang ia perkiraan, sungguh diluar perkiraannya.
Ini semua terlalu mengejutkan.
Orlando sendiri kini menarik nafasnya panjang.

"Salsa, sini nak! Kamu jangan ambil hati omongan mereka ya, mereka cuma belum menerima kenyataan mungkin." Ucap Orlando pelan sembari melihat ke arah Salsa dengan tatapan iba.
Orlando sendiri ragu dengan kalimat yang ia lontarkan, bagaimana bisa Salsa tak ambil hati?

Bagaimana tidak?
Ia yang membawa Salsa ke rumah ini dan menikahkan dengan Iqbaal, dan ternyata respon keluarga nya berbanding terbalik dengan ekspektasi nya.
Ia jadi merasa bersalah sekarang.

Salsa mengangguk, ia berjalan pelan menghampiri meja makan "Jangan dipikirin Sal." Ucap Agam mencoba membuat adik ipar nya itu tenang

"Iya Sal, sekarang kita sarapan ya. Nanti biar mereka bibi yang bawain makanan kesana." Tambah Vania

Salsa hanya mengangguk menurut, suasana hatinya sedang kacau sekarang.
Benar benar kacau.

Jika tak mengingat status nya sebagai seorang istri, ia tak segan segan untuk keluar dari rumah ini.
Sekuat dan sesabar apapun Salsa, namun ia juga manusia.
Terlebih ia adalah wanita, perasaan adalah hal yang paling sensitif bagi semua kaum wanita.
Bukankah begitu?



Lanjut?
Vote and comment!

Wrong MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang