Siapa Yang Membuatmu Tersenyum?

474 54 20
                                    

Be A Smart Readers

Matahari telah berganti dengan gelapnya malam.
Dan langit cerah telah berganti menjadi gelap beberapa jam yang lalu.
Sunyi senyap malam ini, tidak ada cahaya bintang maupun sang rembulan di langit.

Salsa, perempuan itu duduk di sofa kecil yang berada di balkon kamarnya setelah makan malam bersama.
Ia menselonjorkan kakinya.
Ia menggenggam secangkir susu jahe panas yang sedang mengeluaran asapnya itu.

Sesekali, perempuan itu menyeruput minumannya guna menghangatkan tenggorokan dan juga badannya.
Cuaca malam ini sangat dingin.
Tapi, Salsa menyukainya.

Pikiran perempuan itu kini berkelana dengan liar.
Mampir kesana kemari, ingatan tentang kejadian kejadian sebelum ia berada di posisi saat ini terus berputar di otaknya.
Banyak perubahan yang sangat ia rasakan saat ini.
Jika boleh, Salsa ingin saat ini juga kembali ke masa dimana ia tak memiliki status seperti sekarang ini.

Bukan, bukan maksud perempuan itu tidak bersyukur dan tidak menerima kenyataan.
Namun jika ada dua pilihan, ia akan memilih menjadi lajang daripada menikah jika begini keadannya.
Ingin marah, tapi ia tak bisa.

"Semuanya sudah terjadi." Gumam perempuan itu dengan lirih

Pandangannya kosong menatap langit malam yang gelap gulita dan polos tanpa ada bulan dan bintang yang menghiasi.

Sejauh apapun khayalan nya berkelana, ia akan kembali.
Kembali pada kenyataan saat ini.
Setidaknya dengan berkhayal, Salsa bisa merasakan kebahagiaan yang dulu ia rasakan saat keadaan sedang baik baik saja.

Hufft...
Perempuan itu membuang nafas panjangnya, meletakkan cangkir yang ia genggam dengan kedua tangannya tadi di meja kecil yang berada di sampingnya.



Ckleek..

Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok Iqbaal dengan wajah tegasnya yang selalu membuat siapa saja yang menatapnya menjadi ciut karna sorot matanya yang tajam.

Pria itu melangkahkan kakinya dengan tenang menuju ke arah sofa di kamarnya, meletakkan tas kerja nya di atas meja dan melepas jas serta dasi yang ia pakai.

Iqbaal mengernyit saat melihat pintu kaca di kamarnya itu terbuka, membuat hordeng putih polos yang tergantung itu beterbangan karna terkena angin.

Iqbaal menghela nafasnya, lalu beralih melangkah ke arah pintu pembatas antara kamar dan balkon.
Saat akan menarik ujung pintu untuk ia tarik, matanya menangkap siluet seorang perempuan yang sedang diam duduk di sofa kecil sembari mendongakkan kepalanya ke atas.

Siapa lagi kalau bukan Salsa.

"Kenapa disitu?" Tanya Iqbaal dengan nada dinginnya, ia bahkan berucap dengan nada datar.

Salsa yang mendengar itu lantas dengan cepat membalikkan badannya dan melihat Iqbaal yang berdiri di ambang pembatas antara balkon dan kamar.

"Mas udah pulang?"
Bukannya menjawab, Salsa justru bertanya balik pada Iqbaal.

Ia lalu menghampiri Iqbaal.

"Daritadi mas?" Tanya Salsa setelah pertanyaannya tidak di jawab oleh Iqbaal

"Hm." Hanya itu yang keluar dari mulut Iqbaal
Lelaki itu kini melangkah meninggalkan Salsa yang kini sedang mendesah kecewa.

Salsa menyusul langkah Iqbaal ke dalam kamar setelah menutup pintu pembatas.
Dilihatnya Iqbaal yang kini duduk di sofa sedang melepas jam tangannya.

Tiba tiba, Salsa bersimpuh di hadapan Iqbaal.
Tangannya yang halus terulur untuk melepas sepatu yang di kenakan suaminya itu.

Dengan pelan, Salsa melepaskannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wrong MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang