(2) he my boy

682 78 16
                                    

"Tentang Ares, dia akan dibuang ke Bumi." perintah Dewa Zeus pada para Malaikat.

Semuanya mengangguk patuh, terkecuali kaum Iblis. Mereka amat menentang pernyataan Dewa Zeus tadi, salah satu darinya kini memberanikan diri untuk bicara, "Ares harus jadi Iblis," potong Lucifer dengan nada bicaranya yang tinggi. "Dia Iblis sekarang," lanjutnya penuh penekanan.

Dewa Zeus beranjak dari tempatnya, mendekati Lucifer yang kini menciut saat ditatap langsung oleh sang pemimpin langit.

"Kau berani menentang perintahku," ancam Zeus menatap Lucifer yang tengah ketakutan. "Dia Ares, terlahir sebagai Malaikat. Dan bagaimana bisa menjadi seorang Iblis sepertimu?" tanya Zeus membuat Lucifer geram.

Mamoon kemudian menarik Lucifer, seraya membisikan sesuatu ditelinganya, hal tersebut dapat membuat Lucifer tenang serta tak memberontak lagi.

"Sudah kuatur, disaat matahari mulai tenggelam, Ares akan dibawa ke Bumi oleh Malaikat pengantar." tutur Zeus menghela nafas.

"Yang mulia," potong Apollo bertanya, "Ares, aku yang akan mengantarnya." pinta Apollo agak memohon.

Zeus pun bingung, kemudian bertanya balik. "Kau bukan Malaikat pengantar, Apollo." kata Zeus dengan penuh penekanan. "Tugasmu adalah sebagai Malaikat penjaga," lanjut Zeus membuat suasana kian hening.

"Tapi saat bayi Ares lahir, aku dan Argos yang pertama kali melihatnya." jujur Apollo melirik Argos yang mengangguk singkat, "Ares akan terus menjadi tanggung jawab kami, selamanya." sambungnya dengan suara menggema.

*

"Kau tau, pemberontakanmu tadi tak patut terlontar dari mulut seorang Malaikat." tegur Argos pada Apollo.

"Ya aku tau," sahut Apollo seraya berfikir. "Aku hanya ingin Ares mendapatkan kehidupan yang layak di Bumi," pungkas Apollo agak cemas.

"Semua manusia dibumi itu kupikir, agak menyeramkan." curhat Apollo pada Argos yang kini terlihat bingung.

"Menyeramkan? Apa maksudmu?" tanya Argos.

"Kulihat saat kedatanganku kesana tempo hari, mereka para manusia bumi, terlalu sibuk dengan diri mereka sendiri hingga tak memperhatikan keadaan anaknya." ucap Apollo hendak memberitahu.

"Apa itu anak?" tanya Argos agak kebingungan. Apollo agak sedikit tersenyum, saat mendengar pertanyaan Argos, "mereka sama seperti Ares sekarang, suci dan sangat mudah dipengaruhi oleh Iblis." tuturnya membuat Argos mulai mengerti.

"Iblis!" Argos berkata dengan nada suaranya yang agak lantang, membuat Apollo yang terdiam tenang mendadak terkejut dalam satu tarikan nafas. "Kau, apa yang kau katakan, kenapa dengan Iblis?" tanya Apollo bertubi-tubi.

"Lucifer dan Mamoon," ujar Argos agak curiga, "kukira mereka tau tentang kemunculan aura Iblis pada diri Ares kemarin," jawabnya membuat Apollo mengangguk paham.

Sesaat setelah percakapan antar kedua Malaikat itu ditutup. Kini Lucifer dan Mamoon tengah kewalahan, juga merasa cemas. Mereka takut jika rencana penyihiran yang dilakukan Mamoon dihari kemarin, sampai diketahui oleh sang Dewa, Zeus.

"Kau tau, dia Ares, si Malaikat sialan yang sepertinya sengaja diciptakan Zeus untuk menendang kita." sewot Lucifer seraya mempengaruhi Mamoon dan Iblis lainnya.

Mamoon mendelik. "Tch, padahal apa susahnya jika Ares dijadikan Iblis." ujar Mamoon kesal, "harusnya Zeus senang, karena Ares akan hidup abadi nantinya." sambungnya masih berfikir.

"Kupikir jika dia berada di Bumi, itu bisa mempermudah kaum kita, agar terus menggoda Ares sampai dia melanggar peraturan Zeus, dan pada akhirnya, dia pun diusir dari langit." ucap Lucifer dibalas anggukan antusias Mamoon, "ya betul, disana aku lebih bebas menyihirnya dengan aura Iblis miliku, kapanpun juga dimanapun sesuka hatiku," senang Mamoon tertawa lantang.

Dia Ares! Malaikat yang terkutuk [PROSES PENERBITAN✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang