Bab 3 Duka

34 11 15
                                    


Hilangnya Agnes menimbulkan banyak pertanyaan, ke mana sebenarnya wanita itu pergi. Polisi sudah melakukan pencarian dalam tiga hari setelah keluarga Alam melapor, tetapi belum juga ada hasil yang menyatakan bahwa Agnes ditemukan.

Dinda sempat diperiksa menjadi saksi atas menghilangnya Agnes. ia menceritakan semua kejadian saat mereka belajar bersama. Polisi memeriksa seolah tidak ada hal yang mencurigakan dari Dinda. Gadis itu tidak menceritakan soal surat yang ditemukan Agnes waktu itu. karena, ia  berpikir surat itu tidak ada kaitannya dengan kasus ini, dan ia juga berpikir bahwa surat itu hanya perbuatan jail yang dilakukan temannya.

Pagi itu, Alam tengah terduduk melamun di bangku belakang di temani Jihan. Dodo memandang Alam dengan penuh kebingungan. Dirinya, Jihan, dan Arkhan turut membantu dalam pencarian Agnes. Namun, belum ada hasil. Kasus ini seolah menjadi misteri tanpa kunci. Menjerat korban, menghilang, lalu tidak ada penyelesaian. Ya, sulit dipecahkan.

“Kita cari Agnes sampai ketemu, Ya, Lam,” ujar Arkhan berusaha menyadarkan Alam dari lamunannya.

“Kamu jangan sedih terus dong, Lam,” ucap Dodo sembari membenarkan kaca mata yang sedikit merosot.

Jihan turut berusaha menguatkan kekasihnya itu. Alam menghela napas. Ia berusaha tegar atas musibah yang sedang dialami dirinya.

“Aku nggak tega melihat Ibu yang mulai sakit karena kepikiran, Agnes.”

Mereka berjanji kepada Alam untuk terus membantu mencari Agnes sampai ketemu. Rencana mereka kali ini ingin mencari Agnes sepulang sekolah nanti.

Di tengah perbincangan mereka, tiba-tiba sekolah dihebohkan dengan penjaga sekolahan yang  menemukan mayat menggantung di balok-kan langit-langit gudang tanpa plafon. Hampir semua warga sekolah berkerumun di depan gudang lama itu. Alam dan teman-temannya penasaran atas mayat yang ditemukan itu, hal ini membuat mereka ikut berkerumun. Alam berusaha menerobos gerombolan siswa-siswi lainnya untuk bisa melihat lebih jelas. Namun, langkahnya terhalang ketika ia hendak masuk gudang itu. Ya, Satpam dan juga beberapa Guru menghalangi murid-muridnya yang akan menerobos masuk.

“Tolong untuk tidak mendekat sebelum Polisi memeriksa!!!” tegas Pak Yohan.

Tidak ingin mengambil risiko, sekolah langsung menghubungi kepolisian. Tidak lama kemudian, Polisi datang. Para murid diminta untuk menjauh dari lokasi. Dengan segera polisi memasang police line. Melingkari semua area gudang lama itu. dengan segera Polisi melakukan olah TKP. Setelah polisi berhasil menurunkan mayat yang hampir membusuk itu, dengan segera langsung dimasukkan ke dalam kantong jenazah dan langsung dibawa ke rumah sakit.

Sebagian Polisi masih di lokasi untuk mencari barang bukti yang tertinggal. Sebelumnya, Polisi juga telah melepas tas kecil yang masih melekat pada pundak korban. Ditemukan juga kaca mata, tergeletak tepat di bawah mayat itu tergantung.

Dari sisi lain, Alam yang semakin penasaran berusaha mendekat. Ia mengamati barang bukti yang telah dimasukkan plastik transparan dan tengah dipegang oleh salah satu Polisi.

‘Kenapa tas itu mirip punya Agnes?’ batin Alam.

Dengan modal nekat ia langsung menerobos police line. Arkhan dan Dodo tidak berhasil mencegah Alam yang nekat itu.

“Hei! kenapa kamu nekat masuk?!” bentak salah satu polisi.

Mata Alam tercengang menatap tas yang sama persis digunakan Agnes. hatinya kian bertanya-tanya.

“Alam, kamu ke luar dulu!” perintah Pak Yohan.

“Tapi, Pak…itu tasnya mirip punya Agnes,” jawab Alam yang masih menatap tas itu.

You Will DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang