Jam olahraga sudah selesai. Siswa siswi kelas sebelas IPA meninggalkan lapangan usai praktik lompat jauh. Agnes berjalan bersama Dinda menuju ruang ganti, berjalan dengan menggenggam sebotol air mineral.
Dinda berkaca untuk membenarkan pakaian yang ia kenakan seraya berkata,”Nanti pulang sekolah, jadi kan, Nes?”
“Iya, Din. Tapi, aku pulang dulu sebelum ke rumahmu,” jawab Agnes.
Mereka berencana untuk kerja kelompok menyelesaikan tugas Bahasa Inggris di rumah Dinda, yang jaraknya tidak terlalu jauh. Hanya sekitar sepeluh menit dari rumah Agnes jika mengendarai sepeda motor. Setelah usai salin baju, mereka kembali ke kelas.
Ketika Agnes hendak memasukkan pakaian olah raganya ke dalam tas. Dirinya menatap benda aneh yang membuatnya sontak mengeluarkannya.
Muka gadis itu langsung tercengang ketakutan. Tangannya bergetar, keringat dingin mulai membasahi wajah yang memerah itu. Matanya terus terbelalak dan mengeluarkan tetesan air ketika melihat kalimat yang ditulis di kertas putih menggunakan bercak darah.
YOU WILL DEATH TOMORROW, GET READY!!!
Dinda memandang Agnes aneh. Ia berusaha mendekati temannya itu. Seketika matanya ikut tercengang menatap tulisan itu.
“Nes, apa maksud tulisan itu?” tanya Dinda dengan nada penuh penasaran.
Agnes hanya terdiam. Ia mengalihkan pandangannya menuju papan tulis. Melihat Agnes meneteskan air mata, Dinda berusaha menenangkannya.
“Mungkin itu kerjaan Anak sebelah yang usil, Nes.”
Agnes menatap wajah Dinda, kemudian menggerak kan jari telunjuknya ke dagu, seolah sedang berpikir.”Ada benarnya juga, sih, Din.” Jawabnya.
“Lagian mana mungkin sih, di sekolah kita ada pembunuh.” Ujar Dinda.
Dengan segera Agnes meremas kertas putih itu, lalu memasuk kannya ke dalam tas. Wajahnya kembali berekspresi tenang. Ia turut menganggap bahwa itu hanya keusilan yang mungkin dilakukan oleh temannya. Senyumnya kembali mengembang dan tidak ada lagi rasa takut yang bersemayam dalam pikirannya.
00O0O00
“Bu, nanti Agnes mau ke rumah, Dinda,” ucap gadis itu dengan meletak kan piring kotornya.
“Mau ngapain, Nduk?” tanya Ibu.
“Agnes mau belajar kelompok, Bu.”
Ibu berdiri dan membereskan sisa makanan yang ada di atas meja seraya mengatakan,”Kalau begitu nanti biar diantar Masmu.”
Terlihat di sisi lain Alam tengah menyantap suapan terakhir yang hampir saja memasuki mulutnya. Netra hanya menatap Ibu sedetik dan kembali mengunyah makanan tanpa ada ucapan sedikit pun.
“Agnes berangkat sendiri saja, Bu, pakai sepeda ontel,” Sahut Agnes.
Karena merasa tidak tega melihat Agnes pergi dengan sepedanya, lelaki itu pun mengatakan,”Udah, nanti Mas antar!”
Gadis itu mengembangkan senyum tampak bahagia atas perhatian yang ia dapatkan dari kakaknya itu.
Dengan segera wanita kelahiran Jogjakarta enam belas tahun lalu, meninggalkan ruang makan dan segera menuju kamar untuk bersiap. Begitu pun dengan Alam. Usai bersiap mereka berpamitan kepada Ibu, dan Alam segera mengantar adiknya ke rumah Dinda.
Setelah menghabiskan waktu sepuluh menit, mereka sampai.
“Nanti pulangnya mau Mas jemput?” tanya Alam.
“Ndak usah, Mas nanti aku pulang sendiri saja!” sahut Agnes dengan tangan melepaskan kunci helmnya.
“Emangnya berani?” ledek lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Will Death
Terror⚠️ Mengandung Gore Teror surat kematian. Menimpa para korban yang tidak tahu apa-apa. Membuat Alam Ishak berupaya mengungkap misteri yang mengakibatkan kematian atas adik dan juga pacarnya. Dengan bantuan Laras Fadira, mereka menyusuri titik tempa...