Bayangan masa lalu yang baru saja kembali, membuat Cayna masih dalam perasaan tidak percaya. Dia berjalan dengan perasaan yang berkecamuk di dada. Pikirannya melayang entah kemana. Siapapun yang melihat dirinya saat ini pasti akan mengira bahwa dirinya adalah mayat hidup. Terlebih saat ini ia tidak mempedulikan semua tatapan aneh dari orang sekitar pada dirinya.
Mengapa ia bisa melupakan hal sebesar itu? Mengapa ia tidak bisa mengetahui bahwa gadis yang kini berjalan di belakangnya adalah Shishi? Sahabat kecilnya sekaligus bagian dari dirinya. Mengapa semuanya kembali terasa asing bagi dirinya. Ia benar-benar tidak bisa mengerti kondisinya saat ini. Dulu, ia bisa merasakan kehadiran Shishi dalam dirinya, tapi mengapa sekarang tidak? Ia frustasi.
Perjalanan mereka hanya ada kesunyian. Bahkan untuk menepuk pundak gadis di depannya saja Iora tidak mampu. Ia merasakan aura yang cukup gelap di sekeliling gadis itu. Sama seperti dirinya, gadis itu pasti sangat terkejut. Jujur saja, Iora baru mengetahui hubungan mereka lebih dari sekedar teman kecil. Mereka terpaut dalam jiwa yang sama. Mungkin itulah sebabnya mengapa jam miliknya terikat pada Cayna.
Mengapa semuanya lebih sulit dari yang dipikirkan? Andai saja dirinya tidak terikat pada Cayna atau siapapun itu, apa semuanya akan menjadi lebih mudah?
Lima belas menit. Dan mereka sampai di rumah sakit. Emu yang memperhatikan mereka berdua merasa ada yang janggal. Namun entah mengapa ia lebih memilih untuk tetap diam. Sedangkan Pallad, ia mencoba menghentikan langkah gadis yang masih memasang wajah kosong itu. Ia menggenggam lengan sang gadis dan memaksanya untuk menghentikan langkahnya.
"Apa yang sebenarnya sudah terjadi?" tanya Pallad pada Cayna.
"Bisa kita bicarakan hal ini nanti? Aku ingin sendirian dulu,"
Gadis itu melepaskan genggaman tangan Pallad dengan sebelah tangannya yang bebas. Tidak ada kata-kata lain yang terucap dari bibir Pallad. Bahkan ia pun mengikuti pergerakan tangan Cayna yang mencoba melepaskan genggamannya tanpa perlawanan. Pandangannya kini berubah menjadi sendu. Entah mengapa rasanya ia bisa merasakan kesedihan dalam diri gadis itu.
Langkah kaki yang lemah itu kembali menggema di koridor rumah sakit. Meninggalkan orang-orang yang kini menatap punggung itu dengan perasaan sendu. Sedangkan sang pemilik langkah hanya melangkah dengan perasaan kosong tanpa kembali menoleh ke arah belakangnya. Menuju suatu tempat dimana ia bisa sendirian untuk sementara.
Lima menit berlalu, punggung gadis itu sudah tidak terlihat lagi di dalam pandangan mereka. Namun hingga saat ini, mereka menatap arah yang sama dengan arah menghilangnya punggung itu. Perasaan masih berkecamuk di dalam dada Iora. Pandangannya terpaku hingga ia tidak menyadari sebuah tatapan dari pemuda berjas putih yang berdiri tidak jauh di sampingnya.
"Jadi apa kau juga tidak ingin membicarakan hal ini dulu?" tanya Emu.
Spontan saja gadis itu menatap sang pembicara dengan tatapan terkejut. Matanya membelalak. Pertanyaan itu membuatnya kembali ke alam sadarnya. Dan kini, ia juga bisa melihat mata pemuda bugster itu menatapnya walau hanya sekilas dari sudut matanya.
**************
Lagi-lagi, Iora berada di ruangan ini bersama dengan orang-orang yang menatapnya dengan sangat tajam. Entah mengapa rasanya seperti akan disidang atas kesalahan yang sebenarnya bukan dirinya lah yang bersalah. Selalu ada rasa tegang saat berada disituasi ini. Bahkan bisa dibilang lebih menegangkan dibandingkan dengan saat dulu dirinya disekap oleh kelompok monster itu.
"Jadi, omong kosong apa lagi yang akan terucap sekarang?" sarkas Taiga.
Tatapan mata Iora langsung mengarah pada sang pembicara. Sepertinya pria itu tidak menyukainya sejak awal. Tidak ada perlawanan lagi darinya, ia sudah terlalu lelah berdebat dengan para dokter muda itu - kecuali Emu. Dan melihat kondisi yang seperti itu, Poppy dengan cepat memanggil nama Taiga dengan nada yang seolah memberikan peringatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate in Time
FanfictionThird Book (Last) of "Adventure of Important Thing" Trilogy Pertemuan Cayna dengan seorang gadis asing membuatnya kembali masuk dalam masalah baru. Masalah yang lebih rumit dari sebelumnya. Perhitungan waktu membuatnya sadar tentang gadis asing itu...