~ Bagian 6 ~
°
Keboran api mulai mendekat kerumahku. Teriakan warga menggaungkan malam purnama. Satu jam lamanya melihat air yang mematikan api.
"Jangan abukan rumahku, sisakan sedikit! sisakan ! jangan mendekat " (teriak diriku)
Tepukan pundak menghentikan teriakan aku.
"Bay, bagaimana jika apinya menghitamkan semua rumahku" tangis Siska
°
Malam ini sangat menyakiti hatiku. Pukul 23.00 WIB, kebingungan mencari tempat melepaskan penat. Lima rumah telah dimusnahkan. Satu diantaranya tempat aku berteduh bersama cinta kedua orang tuaku.°
"Besok kita cari harta kita yang masih tersisa" ucap ibuku"Kenapa kamu belum pulang Bay, besok kamu harus pergi pagi untuk daftar ulang sekolah kan, pulang sana?" Tanya diriku
"Baru datang sudah diusir. Ini, diminum dulu tehnya, yah walaupun ini bukan buatan sahabatmu tapi tetap enak kok (memberikan secangkir teh). Besok kita tidak tahu apa yang terjadi, sekarang kamu istirahat. Selepas subuh kita akan berdiskusi. Kamu harus ikhlas" ucap Bayu
°
Tatapan mata seorang sahabat aku rasakan dari diri Bayu. Hatinya berdoa bahwa semua akan baik-baik saja dapat aku rasa dari aroma teh yang dibawanya. Walau dia tidak berbicara namun aku dapat merasakannya. (Aku tersenyum penuh harapan)"Kita tidur di mushola dulu malam ini yah Nak" ucap ayahku
Aku harap ini hanya mimpi, aku harap ada cahaya dalam mimpi. Hancur, runtuh, musnah dan gagal sudah impianku. (Lirihku penghantar tidur)
°
Selepas waktu subuh, kembali berharap ini sekedar mimpi. Namun, pesan dari ponsel diberikan sebagai obat harapan. Mereka membantuku, mereka mencari berkas nilai rapor Menengah Pertamaku. Tatapan duka terpancarkan dari raut wajah teman kelasku. Sekolah tetap beroperasi hingga ijazah terbit.°
"Besok kita kembali ke SMA ini untuk daftar ulang, para guru disini memberikan keringanan" ucap Bayu"Terimakasih telah menemaniku, membantu berbicara tentang keadaan ku kepada SMPku" ucap diriku
"Aku sudah aman, jadi besok aku akan menemanimu" ucap Bayu
°
Kembali menuju rumah yang telah berdinding hitam. Mencoba menerima keadaan sembari mencari harapan di balik abu hitam.°
"Kita masih diberi nikmat, karena rumah kita tidak terbakar semua" ucap ayahku"Ayah libur kerja? Ayah masih memiliki tabungan? " tanya diriku
Orang tuaku menepi untuk berdiskusi. Terlihat air mata jatuh didekapan tangan keduanya.
°
"Bay, apa aku bisa membangun cahaya dalam mimpiku? Semua telah hancur. Kamu tahu ayahku hanya guru honorer, aku tidak ingin membuat mereka terbeban dengan impian dokterku" ucap diriku sambil mengangkat runtuh dari kobaran api"Siska ingat, Man Jadda Wajada" ucap Bayu
KAMU SEDANG MEMBACA
Duri Penyemangat
Fiksi RemajaMencintai atau dicintai itu adalah pilihan hati. Terkadang mencintai seseorang yang tidak mencintai kita, meninggalkan goresan lara. Tapi, jika menolak cinta, itu akan melukai orang yang memberikan cinta. Namun, jika mampu bersahabat dengan rasa, ka...