03

182 29 7
                                    

Aku up sekalian chapter re-writenya ehe :3






Sang raja siang menyerahkan tahtanya pada rembulan untuk menerangi langit kota Seoul. Jalanan utama masih menunjukkan denyutnya meskipun jarum jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Mobil van yang membawa member Stray Kids berhenti di depan dorm mereka. Satu per satu member keluar dengan eskpresi lelah, meskipun member milenial masih memiliki tenaga ekstra untuk saling melemparkan candaan hingga adu cepat untuk mendapat giliran mandi pertama.

Chan melirik Changbin yang masih terlelap. Sepanjang perjalanan, rapper utama Stray Kids itu jatuh tertidur. Bahkan sampai tidak menyadari kalau mereka sudah sampai.

"Chan hyung, kita bangunkan Changbin atau..."

"Biar aku yang memapahnya, Minho. Tolong suruh adik-adikmu mandi terlebih dahulu sebelum tidur."

Minho mengangguk patuh dan menyusul member milenial yang sudah terlebih dahulu masuk. Chan menyelempangkan tas Changbin di bahunya dan memapah Changbin dengan hati-hati. Terlihat sekali Changbin kelelahan karena sama sekali tidak terbangun.

Usai merebahkan Changbin di ranjangnya, Chan mendengar bel berbunyi. Chan berasumsi itu bukan manager hyung yang terbiasa keluar masuk dorm untuk memantau seluruh member Stray Kids secara rutin.

Begitu pintu terbuka, Chan dibuat terkejut akan sosok yang berdiri di depan pintu apartemennya. Sosok yang sama sekali jauh dari ekspektasinya.

.

.

.

***

.

.

.

Changbin terusik dengan suara ribut di luar kamarnya dan Chan, dan suara familiar itu membuat rasa kantuknya buyar seketika. Ia segera bangkit dari ranjang secara tiba-tiba, tetapi kemudian langsung menyesal karena kepalanya terasa pusing akibat gerakan mendadak tersebut.

BRAK!

Changbin tidak sempat untuk terkejut karena tangannya sudah ditarik oleh seorang pria paruh baya yang masuk ke kamar secara paksa dan menariknya berdiri. Manik tajam pria itu menghunus tepat di kedua obsidiannya, memberikan efek yang luar biasa pada seluruh tubuhnya.

"Besok malam ada perjamuan di rumah, dan kau harus ada di rumah tepat pukul 8 malam."

"T–tapi saya masih ada––"

"Aku tidak menerima bantahan, Seo Changbin."

Nada tegas nan mutlak itu membuat Changbin tak kuasa untuk membantah. Ia menganggukan kepalanya lamat-lamat sembari menahan perih akan cengkeraman kuat di pergelangan tangannya.

"B–baik, ayah."

Ayah Changbin menyunggingkan senyum miring dan langsung meninggalkan ruangan itu tanpa kata, meninggalkan Changbin yang masih terpaku di posisinya sambil meremas ujung bajunya dengan kuat. Member yang mendengarkan dari luar pun sontak membungkuk sopan saat pria itu melintas.

Chan menghampiri Changbin dengan khawatir. Tatapan adiknya itu tampak kosong tetapi sarat akan ketakutan nyang nyata.

"Kau tidak apa-apa, Bin?"

Depression || S. ChangbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang