Bertemu Ibu

4K 569 37
                                    

"Menemui orang tuamu? Tapi itu tidak ada dalam kontrak." Balas Taeyong santai sambil mengunyah potongan tteokboki pedas. Jaehyun yang hanya melihat saja sudah merasa lidahnya terbakar.

"Taeyong aku minta tolong sekali saja. Aku akan jelaskan situasi kita agar orang tuaku paham. Yang penting aku tidak dianggap berbohong saat bilang sudah punya anak."

"Kau memang belum punya anak. Anaknya saja belum lahir. Jangan bohong pada orang tua." Taeyong mengacung-ngacungkan sumpitnya ke wajah Jaehyun.

Jaehyun menarik piring Taeyong menjauh darinya dan kontan mendapat protesan dari si yang sedang makan.

"Ya memang belum lahir, kalau menunggu lahir aku keburu dinikahkan dengan wanita pilihan eomma."

"Hhh... Dasar orang tua, memangnya menikah semudah itu?" Gerutu Taeyong sambil merebut kembali piringnya.

"Mau ya? Please... Nanti kuberikan apapun yang kau mau deh. Asal bukan tteokboki lagi. Kau sudah makan terlalu banyak."

"Hmmm, kalau minta pijat?"

"TIDAK!"

.
.
.

Pada akhirnya Taeyong tetap memenuhi permintaan Jaehyun untuk menemui orang tuanya. Hanya ibu Jaehyun lebih tepatnya karena Taeyong belum melihat sosok sang ayah sampai sekarang.

"Mari diminum." Ajak ibu Jaehyun ramah. Taeyong mengangkat cangkir teh yang sudah sengaja disediakan untuknya.

"Terima kasih, tehnya enak eommoni." Taeyong berbasa-basi. Padahal menurutnya rasa teh dimana-mana sama saja.

"Sudah berapa usia kandungannya?"

"24 minggu. Ah, ini hasil USG terakhir, kalau eommoni mau lihat." Taeyong menyerahkan selembar foto USG yang selalu ia simpan di dompetnya.

"Waah...kembar? Pantas saja perutmu sudah besar ya?"

Taeyong tersenyum saja. Ini kenapa sepertinya ibu Jaehyun belum tahu apa-apa? Jaehyun sebenarnya sudah cerita tentang kesepakatan mereka atau belum sih? Kalau belum bisa gawat.

"Ng, maaf. Boleh aku menumpang ke toilet? Sudah tidak tahan dari tadi."

"Ah, iya, iya, silakan. Jaehyun antarkan Taeyong ke toilet."

"Ah, tidak perlu eommoni, cukup beritahu saya letak toiletnya. Aku bisa ke sana sendiri. Kalian mengobrol saja, pasti banyak yang ingin dibicarakan kan?"

Selain memang butuh ke toilet, Taeyong sebenarnya sengaja, agar Jaehyun memiliki waktu bicara berdua saja dengan ibunya. Jangan sampai ibu Jaehyun salah paham mengiranya sebagai calon menantu yang sedang berkunjung.

....

"Kenapa baru dikenalkan pada eomma saat hamilnya sudah besar? Kalau masih kecil kan kalian bisa eomma nikahkan secepatnya."

Jaehyun menghela napas pelan. "Eomma, sebenarnya Taeyong itu..."

....

Taeyong kembali dari toilet setelah menghabiskan waktu 15 menit di dalam sana dan menyadari suasananya tidak sebagus saat ia pergi tadi. Apa ini artinya Jaehyun sudah mengatakan tentang mereka yang sesungguhnya?

"Maaf lama..." Taeyong mendudukkan dirinya dengan hati-hati. "Apa saja yang sudah kulewatkan?" Taeyong berusaha mencairkan karena suasananya benar-benar menjadi canggung.

Tiba-tiba saja ibu Jaehyun meraih tangannya.

"Kau yakin tidak ingin merawat anakmu bersama Jaehyun? Menikahlah dengannya setelah anak kalian lahir. Dia mungkin banyak kekurangan, tapi ibu jamin dia anak yang baik."

Taeyong agak gelagapan karena tiba-tiba disodori pertanyaan seperti itu. Demi apapun ini di luar ekspektasinya. Jaehyun bahkan terlihat gusar dan siap berteriak pada ibunya.

"Eomma! Jangan tekan Taeyong seperti itu. Sudah kubilang, kami memiliki kesepakatan-"

"Tapi kesepakatan bisa diubah jika kalian sama-sama setuju kan? Taeyong... tolong pertimbangkanlah soal pernikahan. Demi masa depan anak-anak kalian juga."

Taeyong bisa merasakan pegangan ibu Jaehyun di tangannya mengerat. Dan tatapan memohon dari mata yang sudah mulai keriput itu membuat Taeyong benar-benar kehabisan tak tega. Ia jadi teringat ibunya sendiri.

Jaehyun berusaha mengontrol emosi. Ia tidak ingin terlalu kasar pada ibunya, tapi ibunya ini perlu ditegasi. "Eomma! Aku dan Taeyong tidak mungkin menikah. Kami tidak memiliki perasaan untuk satu sama lain. Bagaimana mungkin kami menikah kalau kami tidak saling mencintai? Aku tidak mau kami berakhir seperti eomma dan appa!"

Taeyong tersentak dengan perkataan Jaehyun. Ada bagian dari hatinya yang serasa disentil. Dan entah ada hubungannya atau tidak dengan rasa tak nyaman di hatinya, ia merasakan perutnya bergolak.

"Mm, maaf, sepertinya aku perlu ke toilet lagi."

Agak terburu-buru melepaskan tangan dari genggaman ibu Jaehyun, Taeyong terbirit-birit menuju toilet yang baru saja ditinggalkannya.

"Lihat. Eomma membuat Taeyong tak nyaman. Seharusnya aku tidak mengajak Taeyong ke sini. Aku akan mengantar Taeyong pulang setelah dia selesai dengan urusannya. Dan kuharap eomma tidak pernah membahas soal pernikahan lagi. Tidak di depanku ataupun Taeyong."

Jaehyun menyusul Taeyong ke toilet karena ia juga tak ingin berlama-lama di tempat yang dulu ia sebut rumah itu. Ia muak jika terus menerus dipaksa. Terlebih ia memikirkan perasaan Taeyong. Ia jadi merasa bersalah karena membuat Taeyong terjebak pada situasi yang membuat tidak nyaman.

"Sudah? Ayo kita pulang." Jaehyun menarik tangan Taeyong begitu keluar dari toiet, tapi Taeyong bertahan di tempatnya.

"Sebentar, aku takut mulas lagi."

"Huh?"

"Sepertinya aku diare karena makan pedas tadi pagi."

"Hei, yang benar saja. Sudah kubilang kan jangan makan pedas? Ayo ke rumah sakit."

"Aku tidak butuh rumah sakit. Aku butuh toilet. Sebentar."

Taeyong masuk ke toilet lagi. Jaehyun menunggu dengan gusar. Bukan, ia bukannya kesal, ia hanya cemas.

....

"Sudah berapa kali buang air sejak pagi?"

"Ugh, tidak tahu..." Jawab Taeyong agak lemas. Bolak-balik ke toilet menguras tenaga juga. Untungnya perutnya sekarang sudah tenang meski masih terasa perih dan kini mereka sudah di mobil dalam perjalanan pulang.

"Pokoknya kita ke rumah sakit. Aku tidak mau diaremu berkelanjutan. Akan kuadukan kau pada dokter Doyoung biar dimarahi."

"Cih, pengadu. Kau harusnya bersyukur. Karena aku diare, kita jadi bisa kabur dari rumahmu!"

"Bodoh, mana mungkin aku bersyukur kalau kau kesakitan?"

"Ehei..."

"Aku tidak sedang bercanda, Lee Taeyong. Aku serius mencemaskanmu."

Taeyong terdiam karena perkataan Jaehyun. Ia yang tadinya menatap Jaehyun dengan senyum meledek, kini melihat ke luar jendela mobil.

"Kalau kau tidak memiliki perasaan apapun padaku, lalu apa arti kecemasanmu itu?"

Jaehyun tertohok dengan pertanyaan Taeyong. Benar juga, kalau memang ia tidak memiliki perasaan apapun, kenapa juga ia merasa khawatir berlebihan pada Taeyong?

"Ng... ya... aku cemas, memangnya tidak boleh? Kau kan mengandung anakku."

"Hhhh... Kalau mencemaskan bayinya bilang mencemaskan bayinya, jangan bilang kau mencemaskanku. Membuat orang besar kepala saja."

.
.
.

Bersambung

.
.
.

Gemes ga sih yorobun mereka ga mau ngaku2an?

OURS [JaeYong version]Where stories live. Discover now