Bertengkar (lagi)

2.6K 364 80
                                    

Dug

"Astaga- Taeyooong! Ini apa lagi?"

Setengah berteriak, Jaehyun menggerutu saat baru memasuki unit apartemen mereka. Kalau ia tidak berefleks cepat, ia pasti sudah jatuh terjungkal akibat kardus yang menghalangi jalan di pintu depan.

"Oh? Kau sudah pulang? Tumben..." Jawab Taeyong sekenanya dengan semangkuk salad yang ia peluk di atas perut buncitnya. Tentu saja ia menikmati makanan sehat itu sambil berbaring malas di sofa, ditemani drama yang diputar melalui TV.

"Ya, memang pulang cepat. Nanti malam kan ada acara makan-makan kantor. Semuanya diwajibkan datang oleh bos makanya semua kerjaan dituntaskan lebih cepat."

"Hmm, begitu..."

"Ngomong-ngomong yang di depan itu apa lagi? Paketmu?"

"Ah iya, aku lupa minta Hangyul pindahkan. Tolong sekalian pindahkan ya?"

Jaehyun menyeret paket milik Taeyong dengan setengah hati. Yang punya paket tentu saja protes karena barangnya diperlakukan seenak jidat.

"Hei hati-hati! Itu isinya penting!"

"Apa?" Tantang Jaehyun, sudah jengah mengingat banyaknya kotak paket semacam ini yang mampir ke apartemen mereka sebulan terakhir.

"Alat pijat kaki. Kau tidak lihat kakiku bengkak? Aku butuh sesuatu untuk memanjakan kakiku!"

"Demi Tuhan, Taeyong... Kau baru membeli kursi pijat tiga hari yang lalu! Buat apa beli alat pijat kaki lagi?"

"Umm... Setelah kubaca-baca, menggunakan kursi pijat ternyata agak beresiko, apalagi dengan kondisiku yang rawan. Tidak bisa kupakai lama-lama atau sering-sering. Sayang sekali, padahal pijatan kursinya sangat enak. Kau saja yang pakai, Jaehyun-ah. Bisa pijat sambil membaca laporan kasusmu, lumayan kan?" Tutur Taeyong tanpa rasa bersalah.

Jujur saja, Jaehyun mulai mengkhawatirkan kebiasaan buruk Taeyong akhir-akhir ini. Semenjak istirahat total menjelang kelahiran anak ketiga mereka, Taeyong menjadi semakin gila belanja. Sudah berkali-kali Jaehyun mengeluhkan soal barang-barang kurang berguna yang dibeli oleh Taeyong, tapi Taeyong tampaknya tidak peduli dan selalu berdalih.

"Biar saja, toh belanja bisa mengurangi stresku. Aku juga tidak merugikanmu karena tidak menggunakan uang bulanan yang kau berikan. Aku pun tidak masalah kalau kau mau pinjam barangnya. Kenapa diambil pusing sih?"

Benar, semua yang dikatakan Taeyong memang benar adanya. Taeyong menggunakan uangnya sendiri, Jaehyun tidak bisa protes soal itu. Taeyong juga tidak bisa melakukan apa-apa selain berdiam di rumah, jadi belanja online pastilah menjadi pelampiasan kebosanannya. Dan ya, Jaehyun mungkin bisa sesekali menikmati barang-barang itu, kursi pijat Taeyong misalnya. Tidak sepenuhnya tidak berguna juga.

Tapi ini sudah mulai di luar kendali. Semakin banyak barang yang dibeli semakin sumpek rasanya apartemen ini, termasuk di dalam kamar mereka.

Taeyong membeli bantal tidur khusus ibu hamil dengan lima varian warna yang berbeda hanya karena ia tak bisa memutuskan mana yang paling cocok dengan warna seprai kasur mereka. Belum lagi bantal penyangga kaki, penyangga leher, boneka kesayangan dan sebagainya. Bisa bayangkan berapa banyak bantal yang kini menumpuk di atas kasur. Jaehyun tidak kebagian tempat untuk tidur!

"Ck, makanya cari tau dulu sebelum membeli sesuatu. Aku serius akan membuang paket berikutnya yang datang kalau isinya adalah barang tidak berguna lagi." Sungut Jaehyun sambil melangkah ke arah kamar.

"Hei! Aku tidak pernah beli barang tidak berguna?!" Protes Taeyong entah masih didengar oleh Jaehyun atau tidak.

.
.
.

OURS [JaeYong version]Where stories live. Discover now