#2 Cappucino di ambang pilu

63 4 5
                                    

Anna terus mengaduk kopi hitamnya, entah apa yang ada di fikirkannya, ia hanya bingung, sebanyak apapun di aduk, warna kopinya tetap sama, masih tetap hitam, hanya saja mungkin rasanya yang berubah, seperti hidup ini.

"Jadi serius sudah seminggu Bram gak masuk kuliah?"

Kata pertama di pagi hari yang terlontar dari seorang pemilik cafe yang bernama lengkap Anna Liesel Einhard. Keturunan blasteran Indo-Jerman, ibunya orang jawa, dan ayahnya adalah orang jerman. Anna sangat populer di kampus, anaknya manis, berambut pendek, aktif dan periang. Anna kerap memakai baju berwarna hitam dan memakai celana panjang. Tidak sefeminim wanita pada umumnya yang memakai rok. Tapi biarpun gak feminim, udah gak kehitung lagi cowo-cowo modus yang udah ngedeketin buat dapatin cintanya Anna. Namun semuanya pasti nihil, karena Anna gak peduli dengan cinta-cintaan, hidup Anna hanya termotivasi untuk menjadi seorang barista ternama.

"Iya serius semenjak Keyla pergi, Bram jadi kehilangan tujuan hidup!" seru Agung sambil menyeruput kopinya.

"Kalian udah liat keadaan Bram?"

"Udah, tapi dia bilang gak mau di ganggu dulu."

"Ya lu caranya salah, masa orang lagi sedih lu ajak colab buat yutub lu," tutur Wisnu kepada Agung sambil mengscrol timeline instagram di hpnya.

"Maksut gue biar dia limpahin kesehidannya di lagu gitu."

"Gue setuju sih, tapi sekarang dah seminggu, gak baik juga berlarut-larut dalam kesedihan, Kayanya lu yang harus jenguk Bram deh Ann," ucap Wisnu melirik kearah Anna.

Anna termenung beberapa saat melirik warna kopinya yang mulai berubah menjadi coklat, "Kebetulan gue emang mau kerumah Bram hari ini."

Tak lama setelah itu Anna bergegas kerumah Bram. Setelah sampai Anna segera turun dari mobilnya. Anna mengetuk pintu rumah Bram, memanggilnya beberapa kali tapi tak kunjung ada jawaban. Setelah di buka, ternyata pintunya tidak di kunci, Anna segera masuk.

"Permisi.. Bram.. Gue masuk ya.."

"Meooow.. meeow."

Yang menyambut Anna adalah Gembo, Gembo berlari mendekati Anna, dan mengelus-eluskan kepalanya di kaki Anna.

"Ya ampun Gembo, Pasti belum makan, kamu lapar ya."

Anna memngambilkan makanan Gembo yang berada di sebuah laci ruang tamu. Tentu saja Anna sangat hafal dengan posisi dan barang-barang yang berada di rumah Bram. Itu di karenakan Anna dan anak-anak lainnya kerap bermain kerumah Bram, atau sekedar untuk nongkrong.

"Nih, Gembo makan yang banyak ya."

Setelah memberi makan Gembo, Anna masuk ke kamar Bram. Di situ terlihatlah kamar Bram yang berantakan, kaleng-kaleng minuman berserakan di lantai, beberapa bungkus ciki terpapar di tempat tidur. Diatas tempat tidur Bram sedang duduk merunduk sambil menghisap rokok, dan menghembuskan asapnya, Ia tak berani menatap Anna.

"Sejak kapan lu bisa ngerokok?"

"Baru-baru ini."

"Heii Bram.. kecewa emang hak semua orang, lu boleh sedih, lu boleh nangis, lu boleh tumpahkan semua emosi lo, tapi setelah itu lu harus bangkit, kalau lu begini terus itu bodoh namanya!"

Bram hanya diam tak merespon perkataan Anna, keadaan menjadi hening sesaat. Anna menghela nafasnya, tak percaya dengan apa yang ia lihat terhadap sahabatnya ini.

"Nih Bram gue bawain sarapan buat lu, lu harus cepet bangkit, anak-anak udah pada nanyain lu," Ucap Anna sambil meletakan bungkus makanan di atas meja kamar Bram, dan setelahnya melangkahkan kakinya keluar dari kamar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ber-anjakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang