Ini kisahku Enam tahun lalu, aku terpesona dengan seorang wanita genius, ambisius, misterius, dan suka lagu Koes Plus. Waktu bergulir dengan cepat, masa-masa riuh mendekati masa ujian menjadi ancaman bagi anak-anak yang bermalas-malasan. Tidak dengan aku yang tidak mempedulikan masa depan, karena hidupku sudah berantakan. Sampai pada waktuku bertemu denganmu dalam suasana rancu, dan ambigu.
Lemparan keras mengenai Kepalaku, rasanya seperti tertimpa Sepatu berbahan batu yang dikelilingi rigi-rigi tajam. Aku sontak berbalik ke belakang, mencerna keadaan dengan penglihatanku yang samar-samar ku lihat wajahnya merah, dan berlari kencang ke arahku.
Karena ketakutan aku melarikan diri ke arah Lapangan Sekolah, dia tetap mengejarku dalam keadaan menggunakan Sepatu sebelah dan Sepatu satunya di Tangan kanannya. Aku terpleset ke dalam genangan air Hujan, pakaianku basah, berdarah, dan tertimpa musibah. Dia terpeleset persis di sebelahku, dan menindih tangan kiriku. Tubuhku spontan melindungi Kepalanya, agar tidak terluka persis dalam keadaan slow motion kek di drama korea.
“Dasar cowok mesum!” bentaknya sambil menutupi tepi wajahnya.
“Eh sebelum nuduh-nuduh mending kamu berdiri dulu deh!” jawabku.
“Ngaku! Kamu kan tadi yang ngintip di kamar mandi?” tanyanya.
“Bukan! Kamu salah orang!” jawabku sambil berdiri merapikan pakaian.
“Jadi siapa kalau bukan kamu?” Tanya dia lagi
“Plankton,” jawabku lalu pergi meninggalkannya di Lapangan.Lalu aku terhenti karena merasa janggal, Aku memutuskan kembali ke Lapangan karena rasa bersalahku, sebelumnya aku melihat lutut dan sikutnya terluka. Lalu Aku memberikan Baju Sekolahku, dan ku pasangkan di Kepalanya agar tidak malu, semoga tidak bau karena belum dicuci selama seminggu.
“Ini apa?” tanyanya ketus.
“Pake aja,” pintaku sambil membantunya berjalan menuju UKS.
“Bau banget baju apa kain lap?” tanyanya.
“Iya dari kelas dua ga dicuci,” jawabku.Guru dan murid-murid lain menghampiri kami, beberapa pertanyaan dilontarkan mengenai kronologi yang terjadi, dia menjelaskan dari awal sambil menahan rasa sakit di ruang UKS. Rambutnya yang terikat tampak acak-acakan, Matanya berbicara kejujuran, dan ketegasan. Baju lengan pendek membuat sikutnya harus mendapatkan dua jahitan, roknya yang setengah tiang membuat lututnya lecet tapi tidak terlalu parah. Karena rasa khawatirku yang berlebihan, aku melupakan tanganku yang sudah mati rasa.
“Tanganmu ga papa?” tanyanya.
“Ga papa palingan patah,”jawabku.
“Ini Bajunya, terima kasih ya,”katanya.
“Ok semoga kita ga ketemu lagi ya,”jawabku.Sekolah yang kurang fasilitas, mengecilkan harapan untuk mengetahui siapa pelaku sebenarnya, masalah itu hanya dianggab angin lalu, dan terlupakan begitu saja. Sejak kejadian itu aku masih belum tau namanya, dan tentangnya walaupun aku sering memikirkannya.
Seperti hari-hari biasanya, patroli di jam belajar sudah jadi tradisi, pelajaran favorit sudah jelas pelajaran Olahraga. Untuk nilai kelulusan aku tidak ambil pusing, aku ingin menikmati masa mudaku, yang hampir berakhir ini.
“Danu! nanti malam keluar yuk! ajak Anggara sahabat sekaligus tetanggaku.
“Mau ngapain emang?” tanyaku.
“Nyebat-nyebat, haha”jawabnya.
“Jangan sok-sok nyebat kalau minum susu aja mabok,” jelasku.
“Wajar lah kalau susu basi,”jawabnya.Bujukan rayuan sepanjang jalan sekolah dan pulang merusak Telingaku, akhirnya aku menerima ajakannya dengan perjanjian untuk terakhir kalinya. Kami keluar rumah pukul delapan malam, berkelana bersama Motor Vespa warisan dari Ayahku yang sudah meninggal dua tahun lalu.
Pusat kota terlihat ramai, banyak kendaraan terparkir di tepi jalan, Lampu sorot dimana-mana, musik keras, anak-anak muda berkeliaran, sepertinya ada pertunjukan musik di tengah jalan simpang empat di pancuran.
“Berhenti Nu! Kita parkir disini aja!” pinta Anggara.
Kami berdua berjalan beriringan menuju tempat jajanan Pentol, dan Telur Gulung adalah jajanan terbaik sepanjang masa ditambah lagi Es Teh.
“Nu ada teman aku tu disitu aku samperin sebentar ya kamu jangan kemana-mana! Ajak Teman kek rasa ngajak anak,” jelasnya.
“Ok,”jawabku.Setengah jam ngobrol sama pedagang pentol, dari alamat rumah sampai kisah hidupnya aku tau semua, rasa bosanku membuat aku penasaran, dan memutuskan untuk memasuki krumuman penonton acara musik, persis berdiri di depan Panggung tidak lama seorang Penyanyi keluar dari belakang panggung yang wajahnya tidak asing bagiku.
Dia wanita yang ku temui di sekolah, kami saling bertatapan dengan wajah terkejut, dan kebingungan. Dia terlihat berbeda dengan dress pendek berwarna putih yang digunakannya, rambutnya di urai dengan hiasan bunga-bunga. Aku tidak bisa mengingkari kecantikan ciptaan Tuhan ini.
Wajahnya kembali tenang, dia membawakan lagu karyanya sendiri, semua orang terlihat sendu, dan sentimental beberapa orang meneriaki namanya “Andira…”. Aku tiba-tiba mengingat kejadian, dan perkataanku waktu itu, “semoga kita tidak bertemu lagi ya”.
Kita Manusia keras Kepala
Keegoisan kita melibihi kekuasaan Tuhan
Sejauh apapun kita menghilang dan menyangkal
Tuhan akan berikan alasan untuk kita dipertemukanSemua orang terhanyut dalam lamunan perasaan, dan tarian, aku berdiri tegap dengan wajah kaku, dan membatu. Tapi tiba-tiba seorang pria menerobos ke panggung untuk memeluknya. Pengamanan yang sangat rendah diantara panggung, dan penonton tidak dibatasi dengan pagar atau pembatas lainnya.
Dia terlihat terkejut, dan berjalan mundur. Aku mondorong pria itu ke samping dengan keras, petugas pengamanan membawa pria itu ke Kantor Polisi, wajah Andira masih terlihat was-was, dan cemas, aku berusaha membuatnya tenang dengan kata-kata, dan genggaman.
“Andira ga papa ada aku disini.”kataku.
“Makasih ya sudah ngejagain aku,” suaranya bergetar wajahnya menunduk sambil menangis.
“Tuhan yang melindungimu melalui aku ra,” jelasku.
“Andira!” sapa Anggara
“Anggara,”jawabnya.
Tatapan mereka berdua terlihat seperti ada jawaban yang tidak diharapkan, tiba-tiba aku merasa was-was, dan tidak tenang.
_Bersambung_
KAMU SEDANG MEMBACA
Pintu & Jendela (ONGOING)
RomanceKisah lama yang belum selesai antara Danu dan Dira, antara perasaan dan persahabatan, antara harus melepaskan atau mempertahankan. Masalah demi masalah berdatangan dari pribadi, keluarga, sahabat, dan cita-cita. Akankah cinta mereka bertahan atau me...