1

4.4K 325 5
                                    

Upacara pernikahan telah usai dilaksanakan, jimin mendapat banyak ucapan dari teman-teman dan kerabatnya karena Yoongi merupakan kepala kepolisian, tentu itu membuat status sosial jimin menjadi naik dan dikenal banyak orang. Ia berusaha menutupi kesedihan hatinya dengan menampilkan gelak tawa dan senyum manis andalannya. 

"Bisakah kau kecilkan suaramu! Kau mau membuatku malu dengan suara tawamu yang kencang itu. "

Bisik yoongi penuh penekanan disetiap katanya. Tangannya meremat lengan si mungil sampai ia mendesis.

"Ss.. Mianhae yoongi ah.. "

Bukan hanya lengannya saja yang sakit, namun hatinya juga terluka mendengar penuturan namja yang baru saja resmi menjadi suaminya.

"Selamat atas pernikahan mu"

Deg

Jantung jimin seketika berdebar kala mendengar suara yang tak asing ditelinganya. Suara yang selalu menemani dan menghujani hari-harinya dengan kata-kata cinta dulu. Seseorang yang telah lama ia tinggalkan.
Kim Taehyung.

"Ahh tuan kim.. Saya tidak menyangka anda akan datang"
Ujar yoongi seraya membungkuk. Pandanganya perlahan beralih ke namja mungil yang berdiri membelakanginya

"Apa kau ngin mempermalukanku dengan hanya diam disitu, cepat kemari dan beri salam.. Dia adalah kim taehyung, pengusaha nomer satu di seoul.. "

Jimin melangkahkan kakinya perlahan kemudian membungkuk, sesaat setelahnya ia menahan kepalanya agar tetap menunduk, tak sanggup memandang pria yang pernah sangat ia cintai. Bahkan mungkin hingga saat ini.

Dilain sisi Taehyung terkejut saat tau bahwa jiminlah mempelai yang menikah dengan yoongi. Hatinya terenyuh karena masih sangat mencintai namja manis itu. Rasanya sangat menyakitkan



flashback tujuh tahun lalu

"Tae.. Mari kita sudahi saja.. "

Taehyung membulatkan mata kala namja dipelukannya tiba-tiba ingin putus. Tak lama ia merasakan air membasahi seragamnya. Mereka masih berumur 17 tahun kala itu.

"Wae chim? "

Taehyung tak kalah hancur kala mendengar jimin yang mulai terisak dipelukkannya. Air mata ikut lolos begitu saja membasahi pipinya. Dijauhkannya wajah si mungil agar saling memandang kemudian menempelkan keningnya, berusaha menenangkan sekaligus memahami apa yang dirasakan jiminnya.

"Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan? Mianhae chim.. Tapi aku sa-"

"Aku juga sangat mencintaimu tae hiks.. "

Jimin mendorong tubuh kekar itu untuk kemudian menatap mata taehyung dalam-dalam. Betapa ia sangat tersiksa harus mengucapkan kalimat itu. Ini semua bukan keinginannya.

"Aku tidak punya pilihan tae.. Orang tuaku terlilit utang.. Ak-"

"Mereka akan menjualmu?  Apa mereka sudah gila! "

Rahang taehyung mengeras, tangannya mengepal sampai menampilkan urat nadinya.

"Aku tau aku belum jadi apapun tapi aku janji chimm aku akan kembali dan membayar nya.. Gidaryeo.. Jebal"

Jimin tersenyum getir seraya membelai rahang tegas prianya.

"Aku percaya taehyungie.. "

Tapi setelah itu taehyung menghilang terlalu lama. Tujuh tahun berlalu dan tak ada kabar apapun darinya membuat jimin pada akhirnya terpaksa rela menikah dengan yoongi karena orang tuanya.

*****

"A-aku permisi.. "

Si mungil yang tak dapat menahan airmata lebih lama lagi memilih untuk menangis ditoilet. Sesaat kemudian terdengar derit pintu toilet menandakan ada yang masuk. 

"Aku tau kau didalam chim.. "

Jimin menutup mulut dengan kedua tangannya berusaha meredam isakannya kala mendengar suara taehyung

"Keluarlah.. ku mohon.. "
Ujar tehyung yang terdengar putus asa

Jimin memutuskan keluar menemui taehyung dengan senyum palsunya. Berusaha terlihat baik-baik saja dihadapan namja yang terus mengalirkan air mata itu. Jangan tanya bagaimana dengan hatinya yang jelas ia juga sama sakitnya.

"H-hai tae.. Bagaimana kabarmu.. "

Tanpa basa-basi taehyung menarik tangan mungil itu hingga jatuh kepelukannya. Jimin tak kuasa menahan cairan bening yang kembali membanjiri pipinya membuat taehyung mengeratkan pelukannya.

"Aku merindukanmu.. Sangat merindukanmu.. "

Jimin memejamkan matanya. Ia juga sangat merindukan taehyung demi apapun. Tangannya mulai membalas pelukan taehyung yang semakin mengerat dan mengusap punggung tegap namja itu.

"Nado.. "

Taehyung mengendurkan pelukannya agar mata keduanya saling memandang, perlahan bola matanya mengarah pada jemari si manis yang kini telah tersemat sebuah cincin. Seketika ia merasa sesak dan sakit didadanya tak percaya jimin telah dimiliki orang lain.

"Aku terlambat.. Maaf membuatmu menunggu terlalu lama.. "

Perlahan ia mengeluarkan sebuah kotak bludru dari dalam saku jasnya kemudian membuang kotak itu ke tempat sampah. Air mukanya sangat menyedihkan menampilkan kekecewaan yang besar terhadap dirinya sendiri. Disentuhnya pipi basah jimin dengan kedua telapak tangannya. 

"Aku berharap kau selalu bahagia jiminie.. Aku mencintaimu.. "

Perlahan namja itu mulai melangkahkan kakinya menjauhi jimin yang masih  mematung. Seasaat setelah terdengar pintu tertutup tubuh jimin langsung melosot ke lantai, tangannya mencoba meraih kotak yang dibuang taehyung tadi

'Harusnya aku menungumu sebentar lagi tae.. '

Jimin kembali menangis saat melihat isi kotak bludru itu, sebuah cincin permata.  Tangisannya sangat pilu hingga tak mampu mengeluarkan suara. Hatinya terasa dicabik dan sangat sakit. Apakah ia bisa bahagia dengan yoongi?

'Mau tidak mau... '

*****

"Tuan kim.. Anda langsung pulang? "

"Ne.. Aku permisi"

Yoongi membungkuk dibarengi perginya taehyung.

"Kemana jalang sialan itu.. Apa dia sengaja ingin membuatku malu! "

Sekilas taehyung yang mendengar perkataan yoongi langsung mengepalkan tangannya tidak terima. Rahangnya mengeras dan tatapannya menjadi tajam. Ingin sekali ia meninju yoongi detik itu juga tapi niatnya itu ia urungkan saat melihat jimin keluar dari toilet, akhirnya pria bermarga kim itu dengan berat hati memutuskan untuk melanjutkan langkahnya dan masuk ke mobil.

HOME (VMIN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang