01

22 5 0
                                    

Hujan turun di langit Inggris dengan deras. Setiap orang segan untuk keluar. Begitu juga dengan Nadin. Gadis keturunan Indonesia itu masih berada di bawah selimut tebalnya. Seperti enggan untuk membuka mata dan menikmati hari yang baru ini. Namun, suara ketukan pintu, emm... Mungkin lebih tepat disebut gebrakan pintu, membuat matanya langsung terbuka.

"Siapa sih pagi-pagi gebrak pintu, kurang kerjaan banget," batinnya.

Nadin Membuka pintu sambil sedikit mengomel tidak jelas. Ketika pintu telah terbuka sempurna, ia melihat sesosok malaikat maut. Ralat. Ia melihat seorang laki-laki yang menunjukkan jam tangan ditangannya. Tanpa basa-basi, Nadin langsung berlari ke arah kamar mandi untuk mandi. Nadin lupa kalau ia ada jam kuliah pagi hari ini.

Setelah menyelesaikan ritual mandinya, Nadin segera mengenakan pakaiannya. Hari ini, ia mengenakan kemeja putih dan mini skirt berwarna nude. Kemudian, ia memadukannya dengan sling bag berwarna serupa lalu memoles wajahnya dengan riasan tipis.

Nadin mengecek penampilannya sekali lagi di depan cermin dan segera keluar dari apartemennya. Ia memencet tombol lift dengan terburu-buru dan menemukan Dean ada di dalam sana. Nadin segera masuk dan langsung memukulnya.

"Ngapain gebrak pintu orang pagi-pagi hah?! Siapa yang nyuruh lo?!" Geram Nadin sambil terus memukul sepupunya itu.

"Aduhh... Jangan salahin gue lah, syukur-syukur dibagunin," Nadin hanya mendengus mendengarnya. Sebenarnya ini salahnya karena ia begadang untuk menyelesaikan lukisannya. Tapi ia tetap kesal kepada Dean karena membangunkannya dengan cara seperti itu.

Ketika pintu lift terbuka, sudah ada seorang laki-laki yang menunggu mereka. Dean langsung berlari ke arahnya dan memeluknya, "Ervin, tadi Nadin pukul Dean keras banget. Tangan Dean tatit hiks..." Laki-laki yang dipanggil Ervin itu langsung mendorong Dean dengan kencang. Ia membersihkan bajunya dengan ekspresi jijik.

Nadin yang melihat tingkah dua laki-laki di depannya hanya geleng-geleng kepala. Ia setiap hari melihat hal-hal seperti ini sejak tinggal di Inggris untuk kuliah 6 bulan yang lalu. Jika kalia penasaran Nadin tinggal dimana, Nadin tinggal di apartemen milik om dan tantenya, tentunya tanpa bayar uang sepeser pun. Tantenya yang orang Indonesia asli menikah dengan seorang arsitektur terkenal Inggris, Carl Gladwin Harrison. Dari hubungan keduanya lahirlah makhluk abstral yang bernama Dean. Dan Ervin (Indonesia-Inggris too) adalah sahabat Dean dari kecil. Ia tinggal di apartemen Dean dengan alasan dekat dengan kampus. Apartemennya tepat di atas apartemen Nadin. Mereka bertiga masuk ke universitas yang sama yaitu Cambridge University. Nadin dan Ervin masuk jurusan seni sedangkan Dean masuk jurusan sejarah. Ok, balik ke tiga serangkai.

Ketika mereka tiba di luar apartemen, hujan masih belum berhenti. Nadin lupa membawa jas hujannya dan kedua laki-laki di sampingnya tidak membawa apapun selain tas dan diri mereka sendiri. Nadin melihat ke arah Dean "Dean, mobil lo mana? Masa disita lagi?" Dean hanya tersenyum.

Nadin menghembuskan napas pelan. Ia kemudian melirik ke arah Ervin, "Kalo motor lo, Vin?" Ervin menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Masuk bengkel," Nadin bingung. Pasalnya ia  pergi ke kampus dengan menumpang ke kedua orang ini.

Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk memesan taksi. Saat taksinya tiba, mereka segera membuka pintunya untuk masuk. Namun, ketika Ervin membuka pintu depannya, ia melihat sebuah boneka beruang besar duduk di sana. Sang sopir yang melihat wajah bingung Ervin pun menjelaskan, "Sorry, Sir. this is the doll that the passenger gave to me.  I want to give it to my child. In the baggage, there is an order from another passenger.  so you just sit in the back, sorry again, Sir (Maaf, Tuan. Ini adalah boneka yang penumpang berikan kepadaku. Aku ingin memberikannya untuk anakku. Di bagasi, ada pesanan dari penumpang lain. Jadi Anda harus  duduk di belakang, maaf sekali lagi, Tuan)."

Dengan pasrah, Ervin duduk di belakang bersama Nadin dan Dean. Nadin yang duduk di tengah merasa terjepit di antara dua laki-laki ini. Ia berbisik kepada keduanya, "Woy, sanaan dikit napa. Sempit nih."

Ervin pun membalasnya dengan bisikan, "Lo kira cuma lo doang yang kesempitan? Gue juga kali. Lo mau muka gue yang tammvan ini nyium kaca?"

Dean hanya mendengarkan mereka berdua dan tidak berniat untuk bergabung. Ia menutup telinganya dengan earphone dan menutup matanya sejenak.

╺╌╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌╌╸

Art is loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang