05

0 0 0
                                    

Semenjak pagi hingga pulang sekolah wajah Nadin tidak ada perubahan sama sekali, tetap murung. Dean yang merasa penasaran mengapa Nadin seperti itu mendekati Nadin, "Nad, lo napa sih muka di tekuk mulu?"

Nadin melirik Dean sekilas lalu memalingkan pandangannya ke arah lain, "Ga tau, intinya semuanya gara-gara lo!"

Dean yang bingung salahnya di mana hanya menghela napas dan pergi ke arah Ervin. Dean membisikkan sesuatu ke telinga Ervin, "Vin, lo tadi sama Nadin kan? Pasti lo tau kenapa dia kayak gitu, bantu gue dong."

Ervin yang sama bingungnya dengan Dean berpikir sejenak dan mengingat kejadian tadi pagi. Tiba-tiba Ervin menjentikkan jarinya yang membuat Dean yang ada disampingnya sedikit terkejut. Ervin kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Dean yang membuat dirinya tercengang.

"Dia kayak gini cuman gara-gara itu doang? Wah gila tu anak."

"Gue juga agak ragu, tapi cuman itu aja kejadian tadi pagi yang ada hubungannya sama lo," Dean terdiam lalu menarik tangan Ervin, "Kalau memang dia anak sini, pasti namanya ada di daftar mahasiswa, ya nggak?"

╺╌╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌╌╸

Nadin merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Ia kemudian menggendong tasnya lalu pergi dari kelas dan menuju kantin untuk membeli minuman karena kerongkongannya sudah terlalu kering. Ketika ia sedang ada di perempatan koridor menuju kantin, tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangannya dari koridor sebelah kiri sehingga Nadin berbelok mengikuti arah tarikan orang itu.

Nadin menyadari bahwa orang tersebut adalah Dean dan berusaha melepaskan tangannya dari tangan Dean, "Ngapain sih?! Lepasin nggak?! Gue mau ke kantin!"

"Kalau mau senang ikutin gue."

Akhirnya Nadin pasrah dan mengikuti kemana Dean menariknya. Setelah beberapa menit, Dean berhenti di depan gedung fakultas musik. Nadin yang masih belum paham mengapa dia diajak ke sini langsung bertanya, "Ngapain ajak gue ke sini?"

Dean menoleh ke arah Nadin, "Lo nyari vokalis band yang gue tonton sama Ervin kemaren kan? Dia anak fakultas musik sini," Nadin hanya membulatkan mulutnya lalu melihat-lihat gedung fakultas musik itu, "Iya sih, tapi itu tadi waktu gue penasaran banget. Sekarang udah nggak kok.''

"Yakin, nggak penasaran lagi? Soalnya tumben-tumbenan lo ngambek gara-gara hal kayak gitu."

Nadin mengangguk. Ia kemudian berbalik arah dan menemukan Ervin sedang duduk santai di sebuah meja payung sambil minum Coca-Cola. Nadin menghampiri mereka dan langsung merebut Coca-Cola Ervin yang ada di sana. Ervin yang melihat Coca-Colanya diambil langsung mengambil Coca-Cola baru yang seharusnya punya Nadin.

"Ih Nggak asik lo mah, bilang dong kalo udah beliin gue. Gue jadinya minum sisaan lo kan," Nadin melirik nanar ke arah Coca-Cola yang seharusnya miliknya ada di tangan Ervin.

"Lo sih nyosor ae terus," Nadin mengerucutkan bibirnya. Ia kemudian mencoba merogoh tasnya untuk mengambil handphonenya namun ia lupa bahwa tasnya ada di Dean.

"Eh, Si Dean mana? Handphone gue ada di tas soalnya," Ervin menoleh ke kiri dan ke kanan lalu menemukan tas Nadin ada di kursi taman yang tidak terlalu jauh dari sana namun ia tidak dapat menemukan Dean.

"Tuh tas lo, di taruh di sana sama Si Dean."

"Terus Deannya mana? Kurang ajar banget taruh tas orang sembarang. Kalo ada maling gimana?"

"Palingan Si Dean buang hajat, dari tadi udah ngeluh mau lahiran terus dia."

Nadin berjalan ke arah kursi taman tersebut untuk mengambil tasnya. Namun ia tidak memperhatikan ada batu di depannya sehingga ia terjatuh. Nadin mengeluh kesakitan sambil memegang lututnya. Tiba-tiba ada yang datang dan berjongkok di depan Nadin sambil membantunya berdiri.

"Eh, lo nggak apa-apa?"

╺╌╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌╌╸





Hallo~ aku balik lagi:)
Tinggalkan jejak kalian ya✨


๑┇━✧*。❨𝐋𝐞̀𝐱𝐚❩

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Art is loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang