Call of the Void

46 7 0
                                    

Sedikit sulit ketika harus memahami ia yang memiliki luka lain. Alur pikirannya tak mampu masuk dalam pikiran orang-orang biasa. Dan sayangnya, hingga kini ia masih berpijak, tak ada yang mampu memahaminya, sebagaimana ia miliki.

Han menyerah untuk berharap. Semua orang sama saja di matanya. Mereka terlalu banyak menjanjikan hal-hal membahagiakan, hingga perlahan mereka melupakan janji mereka sendiri.

Orang terakhir yang pernah membuatnya bergantung sedemikian rupa, nyatanya tetap pergi. Mengatainya tak baik. Mengumpat dan mengatakan bahwa ia tak mampu dipahami.

Untuk kesekian kali, Han tak ingin jatuh lagi. Tak ingin mengatakan rasa sakitnya pada orang lain, yang malah membuatnya berakhir pada kekecewaan yang lain.

Ah, satu hal, Han sangat mencintai rasa sakit.

Terdengar tidak waras, tapi begitulah adanya.

Kala sakit kepalanya datang, membuat pandangannya berputar dan berbayang, bagaimanapun ia tak ingin menenggak penghilang nyeri. Tak ingin mencoba beristirahat, tak ingin sakit kepalanya hilang.

Karena dalam pikirannya, sakit kepala itu akan datang lebih banyak dan lebih menyakitkan. Menyakiti tubuhnya, lalu membuatnya tumbang dan orang-orang akan peduli padanya.

-orang-orang akan peduli padanya.




Di lain kesempatan, kala pandangnya menangkap kilau pisau ataupun benda tajam apapun di sekitarnya. Skenario aneh akan tercetak tiba-tiba dalam imajinasi.

Dimana akan ada orang lain yang sengaja atau tak sengaja mengambilnya kemudian menusuk perutnya dalam-dalam, atau menggores nadinya.

Darah akan mengucur keluar kemudian. Membuat tubuhnya kesakitan, melemah. Lalu orang-orang akan datang mengobati lukanya. Mempedulikannya.

-mengobati lukanya. mempedulikannya.




Kendaraan melaju dengan begitu kencang. Imajinasi mengerikan itu akan tercetak otomatis.

Dimana ia akan maju membelah jalanan, lalu disisian tubuhnya kendaraan itu melaju dengan begitu kencang. Menghempas tubuhnya keras. Melemparnya ke aspal dingin untuk kemudian menikmati pening serta hangat darah yang menggenang disekitarnya.

Antara sadar dan tidaknya. Diantara jutaan rasa sakit yang ia miliki. Bersama tetes airmata kesakitan yang tersimpan. Orang-orang akan berlari kepadanya. Mendekap kepalanya. Menenangkannya. Membisikannya bahwa semua akan baik-baik saja.

-membisikkannya bahwa semua akan baik baik saja.







Semua ini jelas sudah tidak lagi sehat. Mentalnya jelas terganggu. Tapi dalam hati paling dalam yang ia punya, ia senang. Ia bahagia dengan apa yang menimpa batinnya.





Tapi banyak hal yang ia bingungkan. Mengapa sakitnya masih saja tak terlihat? Sedangkan orang-oranh diluar sana hanya seperti itu, tapi mereka mendapat banyak sekali perhatian orang-orang. Seakan itu adalah luka besar yang berdarah-darah.

Ah, iya

-semua orang di muka bumi ini egois bukan?
--tidak hanya Han, tapi dirimu juga. Semua orang juga.








Han hanya ingin tangisnya terdengar. Air matanya terlihat. Rasa sakitnya terobat. Punggung dan kepalanya terusap.

Lama-lama lelah bersembunyi.




Tapi tetap semuanya hanya menjadi omong kosong. Karena, pada akhirnya ia akan tetap bersembunyi. Bagaimanapun batinnya berteriak untuk lepas.





-dengan rasa sakit, orang-orang akan datang mempedulikannya.

.illusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang