18

2K 368 159
                                    

Kedua alis Soobin menukik, matanya menatap tajam pada sebuah mobil yang baru saja terparkir di depan pintu masuk RSJ. Menoleh pada Yoongi, ia mendengus. "Ini kerjaan om ya? Pengaduan banget"

"Kalo gak diginiin, kamu gak bakal mau pulang".

"Kan tujuan aku emang kabur"

"Hidup di luar gak segampang itu, Soobin."

"Aku bisa dibunuh bunda habis ini".

Lantas Yoongi menghela nafas, "gak bakal ada seorang ibu yang tega bunuh anaknya. Pulang ya. Bunda mu gak sejahat itu kok, saya mengenalnya sejak SMA"

Soobin terkekeh sinis. "Cuma sebatas kenal sejak SMA doang kan? Om gak tau gimana kehidupan bunda setelahnya, gak tau keseharian bunda di rumah. Aku yang ngalamin semuanya om, aku yang tau gimana rasanya dilukain."

"Tapi mau gimana pun kamu harus pulang"

"Kok om jadi nyebelin gini?"

"Cuma pengen yang terbaik buat kamu doang kok"

"Sok tau... Jangan mentang-mentang karena om sahabat bunda waktu SMA, om jadi pro bunda. Aku gak minta om berpihak sama aku kok, tapi tolong jangan ikut-ikutan mojokin aku juga. Diriku, cuma aku yang tau. Semua yang ku alami selama ini, cuma aku yang tau. Bahkan bunda yang lahirin aku pun seolah tutup mata atas apa yang terjadi." Soobin menghela nafas, matanya melirik mobil yang sejak tadi menunggunya di depan sana.

"Aku pikir hidupku sudah lebih baik setelah kita kenal, tapi ternyata om sama aja kek mereka. Aku bukannya gak mau pulang, cuma butuh waktu doang kok. Kadang-kadang orang butuh waktu menyendiri untuk menenangkan pikiran dan aku ada ditahap itu. Tapi kalo gini caranya, gak ada pilihan lain selain pulang kan? Aku gak abis pikir kalo om bakal hubungin bunda haha" tertawa miris.

"Mungkin setelah ini aku gak bakal bisa kepikiran kabur lagi. Gak ada tempat aman untuk pergi. Toh, om pun udah gak dukung aku lagi." remaja itu kembali menghela nafas.

"Makasih udah pernah berbuat baik sama aku, om. Aku pulang ya, tolong jangain ayah.... Dan mungkin aku gak bisa lagi ke sini".

Setelah itu, Soobin melangkah pergi. Yoongi masih sempat meraih pergelangan tangan anak itu namun ditepis pelan. "Heh, gak gitu!" ia mencoba mengejar Soobin. "Soobin, dengerin om. Jangan pergi dulu, heh!"
Sayangnya, Soobin melangkah semakin jauh.

Berhadapan dengan bunda yang tengah tersenyum menang di dekat pintu mobil, Soobin mendengus kasar.

"Masuk!"

Remaja itu memutar bola mata. "iya" jawabnya ketus.

"Kita bahas ini di rumah" kalimat terakhir yang terdengar sebelum mobil mereka perlahan meninggalkan tempat itu.

Yoongi hanya mampu menatap nanar, ia mengacak rambut dengan kasar. Frustasi sekali, Soobin sudah salah mengartikan maksud dan tujuannya.

"Kok yang tadi mirip istri saya? Dia kenal Soobin?"

Menoleh pada Hoseok, Yoongi makin frustasi.

"Kamu beneran gak inget Soobin?"

Menggeleng.

"Kirain cuma depresi doang, taunya lupain anak juga."

Lantas Hoseok memiringkan kepalanya, mata berkedip-kedip lucu.

"Maksudnya gimana? Anak siapa?"

"Soobin..." menghela nafas. "Anak kamu, adiknya Yeonjun".

"Hah? Sejak kapan Yeonjun punya adik? Aku gak inget apapun."

Zero O'ClockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang