Seusai menulis jurnal, aku bergegas mengganti pakaianku dengan baju tidurku. Entahlah, aku merasa sangat semangat untuk tidur. Siapa tahu James datang lagi ke mimpiku. Aku mencoba mengganti posisi tidurku berkali-kali tetapi mataku belum juga terpejam. Aku mencoba menutup mataku, tetapi tetap saja aku tidak bisa terlelap.
Tanpa disadari perlahan-lahan ternyata aku sudah tidur. Aku melihat ada cahaya putih yang sangat terang yang lama kelamaan mulai menghilang. Aku melihat keadaan sekitarku. Tempat ini terasa tidak asing. Aku mencoba mengingat sambil berjalan melintasi tempat tersebut. Semakin kedalam, aku dapat melihat terdapat dua batu nisan yang letaknya berseberangan. Oh ya, tentu saja. Ini adalah tempat makam James. Tetapi, mengapa hanya ada dua batu nisan. Ini aneh. Aku mendatangi batu nisan yang terdapat diseberang tempat James beristirahat. Batu tersebut bertuliskan “Chloe Carissa”. Aku tidak mengenal nama tersebut. Akupun langsung mendatangi makam James dan duduk disisi makamnya. Menanti-nanti kedatangan James.
Rasanya sudah sangat lama aku duduk disini, tetapi James tidak kunjung menampakkan dirinya. Kemana dia. Apakah sekarang dia membenciku sampai-sampai tidak mau menemuiku lagi. Aku tetap menunggu sampai mungkin kurang lebih satu jam kedepan tetapi tetap nihil. Tiba-tiba aku mendengar suara yang memanggil-manggil namaku.
“Lauren!” teriak suara tersebut. Suara tersebut terasa sangat dekat. “LAUREEENN!” teriak suara itu lagi. Lalu tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang dingin menimpa wajahku, dan akupun tersentak terduduk dan bangun.
“KAU SUDAH GILA YA?” Teriakku marah.
“Aku memanggilmu berkali-kali tetapi kau tidak bangun juga. Kau tidak bisa lihat apa sekarang sudah jam empat sore. Kau bahkan tidak mengunci pintu apartemenmu. Kau yang sudah gila.” Jawab Andrew, adikku.
“Ya, mungkin kau benar aku sudah gila.” Jawabku dengan tatapan kosong kearahnya.
“Tidak, Lauren. Aku hanya bercanda. Kau tidak perlu seserius itu.” Ia memberikan senyuman kecil padaku.
“Kau mau apa kemari?” aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Aku habis latihan piano untuk konser minggu depan dan kebetulan aku melewati rumahmu. Tidak salah kan kalau aku mampir ke rumah kakakku sendiri?” katanya sambil tersenyum nakal.
Andrew adalah mungkin satu-satunya orang yang masih menganggapku waras. Setidaknya dia tidak pernah mencoba untuk menyuruhku melakukan sesuatu yang katanya orang untuk kebaikanku. Dia sangat mengerti keadaanku. Dan aku sangat menghargai perlakuan dia. Mungkin aku bisa gila sungguhan kalau Andrew juga pergi dari hidupku.
“Lauren, kau sudah makan belum? Aku membelikanmu makanan sebelum aku datang kesini. Aku melihat kulkasmu kosong dan meja makanmu juga kosong, mungkin kau lapar? Aku bisa menyiapkan makanan untuk kita kalau kau mau. Kau pergi mandi sana. Menjijikan.”
“Iya, bawel.” Jawabku sambil tersenyum tipis.
Seusai mandi aku langsung pergi menuju meja makan yang sudah disiapkan oleh Andrew. Sangat tertata rapi. Aku terkadang bingung, dia sebenarnya laki-laki atau perempuan. Dia jauh lebih rapi dariku. Atau mungkin aku yang terlalu kelaki-lakian?
“Lauren, kau ini kenapa sih tidak mau memakai rok yang dibelikan oleh Ibumu.” Tanya James sambil fokus ke playstationnya.
“Aku tidak menyukai pakaian perempuan.”
“Lantas, kau itu apa? Laki-laki? Jadi selama ini aku penyuka sesama jenis?” Dia melihatku dengan tatapan pura-pura terkejut.
“Ha ha kau sangat lucu, James.” Jawabku sambil memutar bola mataku.
Dia langsung berhenti dari permainannya dan menatap dalam kedua bola mataku. “Itulah alasan mengapa aku sangat menyukaimu. Kau sangat apa adanya.” Katanya sambil tersenyum lalu mengacak-acak rambutku. Aku dapat merasakan pipiku terasa panas yang sepertinya sudah berubah warna menjadi merah. “Dasar lemah, baru dipuji sedikit saja sudah memerah.” Lalu ia menertawakanku dan aku membalas dengan melempar bantal menuju kepalanya.
“LAUREEEEEEEEEENN!!” Teriak Andrew. “Bengong melulu. Ayo makan, aku sudah lapar.”
“Ah, iya. Selamat makan.” Jawabku.
“Selamat makan,” balas Andrew.
***
Vote because 2 Updates in a day Wohoo! Thanks for sticking with me til now! Love ya guys so much!
x Mel