If the world was ending, you'd come over, right?
Sore itu, langit tidak menampilkan cahaya oranyenya yang cantik. Awan hitam terlihat datang berbondong-bondong menutupi langit, berniat menumpahkan seluruh massanya pada bumi.
Seperti biasa, jalanan dipenuhi mobil-mobil lain yang mengantri melewati lampu merah di depan. Ditemani secangkir kopi hitam yang sudah dingin, jari-jarinya terketuk mengikuti irama musik yang berderu pelan di dalam mobil, tidak menyadari efek gempa bumi yang kian tipis hingga tak terdeteksi olehnya.
Woojin mungkin tidak akan sadar ada gempa jika ponselnya yang sedang diisi daya tidak menampilkan peringatan gempa yang terjadi di pulau lain negeri itu. Tersentak untuk sepersekian detik, Woojin menggelengkan kepalanya sebelum menginjak pedal gas, melajukan mobilnya beberapa meter.
"Mendungnya menyeramkan." gumam Woojin menatap langit gelap melalui jendela miliknya.
Menyandarkan kepalanya pada kaca mobil, pikirannya beranjak pergi menemui kenangan yang berusaha ia kubur jauh-jauh. Chan, pria bermarga Bang yang ia temui lima tahun lalu. Seorang maniak almond butter chip yang akan mengerutkan wajahnya kala seseorang berusaha merebut makanan manis itu darinya. Lain cerita jika ada meminta dengan cara yang baik, ia akan memberikan seluruh almond yang ia miliki.
Chan merasakan efek gempa yang baru saja terjadi. Ia tengah duduk di ruang makan ketika lampu gantung yang berada tepat di atas meja bergoyang untuk beberapa detik sebelum kembali diam seperti semula. Jika tidak melihat lampu tersebut, Chan mengira dirinya akan pingsan berkat tiga hari tanpa tidur.
Entah dapat dorongan dari mana, Chan memikirkan apa yang sedang Woojin lakukan saat gempa terjadi. Jauh di dalam lubuk hatinya, Chan berharap mungkin ponselnya akan berdenting oleh pesan masuk dari Woojin. Menanyakan apakah ia baik-baik saja, apa perlu Woojin datang karena Woojin tau seberapa takutnya Chan pada natural disaster.
Chan tertawa pelan memikirkan betapa bodoh pemikirannya.
Chan rasa sudah lebih dari setahun lebih sejak percakapan terakhir yang terjadi di antara mereka. Setahun setelah Chan memutuskan untuk mengakhiri apapun hubungan di antara keduanya. Alasannya, dirinya hanya tidak siap membuka hatinya secara lantang untuk Woojin. Karena Chan takut untuk terluka.
Merapikan meja makan dan mencuci peralatan makan yang baru saja ia gunakan, Chan melangkahkan kakinya menuju sofa besar yang terletak di ruang tamu apartemennya. Meraih sebuah selimut abu yang tergeletak di ujung sofa, menutupi tubuhnya yang kini setengah bersandar pada sofa.
"Hm, film apa ya yang seru," ucap Chan kala tangannya sibuk mencari film melalui Netflix hingga dirinya berhenti di 'Five Feet Apart'. Tanpa pertimbangan lain, Chan memilih film tersebut.
Chan rasa dirinya berhasil, setelah satu tahun, kini dirinya mampu memikirkan tentang Woojin tanpa harus melewati mental breakdown. Sudah lama sejak terakhir Chan menangis mengingat Woojin. Karena Woojin akan datang jika dia membutuhkannya, kan?
30 menit berlalu sejak film dimulai ketika ponselnya berbunyi menampilkan pesan masuk. Dengan malas, Chan beranjak dari sofanya dan meraih ponselnya dari meja makan.
Woojin
1 New Message"Huh?"
Chan bergeming di samping meja, tersentak menatap layar ponselnya yang menampilkan bar notifikasi dari Woojin, menutupi separuh foto senyuman miliknya dan Woojin yang ia jadikan lockscreen.
Chan meraih ponselnya, memasukkan password dan membuka satu pesan masuk dari Woojin.
|Can i come over? 18.27
18.29 Sure|
Entah berapa lama setelah chat itu, Woojin datang ke apartemen Chan membawa kue kesukaannya lengkap dengan minuman manis berukuran venti.
"Hey, apa kabar?" tanya Woojin dengan senyuman tipisnya pada Chan yang duduk di sofa berbeda dengannya.
"All good." jawabnya mengedikkan bahu. "Kamu gimana? Kantor lancar?"
Pria berambut coklat itu menganggukkan kepalanya, "Lancar kok. Cuma kadang suka sakit aja, gak ada dokter yang ngerawat aku lagi sih."
Chan hanya tertawa menanggapi omongan Woojin. Mengingat dulu dirinya panik ketika melihat Woojin dibawa ke UGD oleh salah satu rekannya karena pingsan setelah meeting. Dan Chan menghabiskan lebih dari 10 menit untuk mengomel sebelum kembali fokus pada pekerjaannya.
Perlahan obrolan mereka berpindah dari satu topik ke topik yang lainnya. Berjalan dengan tenang seolah mereka mempunyai seluruh waktu di dunia, tak ada desakan waktu dan tidak ada paksaan untuk menyudahkan obrolan.
Tidak ada yang tau bagaimana mereka berakhir duduk berdampingan di sofa. Chan menyandarkan kepalanya pada pundak Woojin, merasakan seluruh kenyamanan dan keamanan yang bisa ia rasakan dari yang lebih tua. Menikmati lantunan pelan lagu kesukaannya yang dinyanyikan Woojin sementara tangannya mengusap surai hitam milik Chan.
Perlahan, Chan memejamkan matanya dan berlalu ke alam mimpi.
Chan terbangun dari tidurnya, menatap bingung apartemennya yang gelap gulita, ia hanya bisa melihat jam digital yang terletak di meja televisi. 04.53 AM. Menghela napas pelan, Chan mendongak menatap wajah Woojin yang tertidur lelap dengan kepala menghadap langit-langit ruangan. Chan meringis pelan membayangkan akan sepegal apa leher itu.
Hingga dirinya sadar, tangan kirinya yang berada di dada Woojin tidak merasakan ritme jantung yang sering menjadi lagu penghantar tidur miliknya.
Jantungnya berhenti berdetak.
"Wooj," Chan menegakkan tubuhnya, menangkup sisi wajah Woojin di tangannya.
"Gak, Wooj, gak boleh." kedua matanya kini sudah mengeluarkan air mata yang mengalir menuruni pipinya, menetes pelan pada tangan Woojin yang mulai memucat.
Sebanyak apapun Chan memohon, menyuruhnya untuk kembali, berjanji akan selalu berada di sisinya jika ia bangun, tapi Woojin tetap dengan pendiriannya. Tuhan tetap menidurkan Woojin, membawanya pulang meninggalkan Chan seorang diri.
Chan memohon untuk membawa dirinya juga. Memohon untuk tidak ditinggal seorang diri. Tapi dirinya tidak ikut serta dengan Woojin. Ia ditinggal untuk menjalankan kehidupan untuk dirinya sendiri, dan untuk Woojin yang ia tau akan selalu ada di sisinya.
The world wasn't ending at that night, but Chan's world is.
It's shit, i know :)
Aku memutuskan up karena lagi ultah aja heheh. Pengen nulis yang bikin nangis gitu, tapi gak bisaa, sebel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Woochan drabble || [ ]
FanficWoojin and Chan drabble based on prompt 🍓sub! Chan