Sejak menginjakkan kaki di bangunan yang bisa dibilang tidak terlalu besar, jantung Renjun berdetak dua kali lebih cepat. Pikiran-pikiran negatif berseliweran, takut jikalau dirinya tak diterima. Haechan mendaftarkan, tentunya Renjun senang. Akan tetapi entah mengapa saat dirinya telah sampai di tempat tujuan, menjadi berat langkah untuk sekedar memasuki pintu bangunan tua itu—bangunan tempat kerjanya sebagai badut. Haechan bilang dirinya harus percaya diri, pasti dia akan diterima. Ya, Renjun berharap dia dapat demikian, namun nyatanya kegugupan melanda.
Renjun bukanlah anak kecil lagi yang bingung bagaimana caranya mencari pekerjaan, kini dirinya sudah dewasa. Beberapa toko sudah dia sandangi, siapa tahu ada yang membutuhkan dirinya bekerja di sana, namun kemalangan harus diterima. Dari banyaknya lowongan pekerjaan juga toko dan kedai makan, semua menolak Renjun. Mereka menolak karena fisik Renjun yang tidak seperti manusia normal. Renjun memiliki kekurangan, namun seakan mereka benar-benar menatap Renjun hanyalah seorang manusia tak berguna, tanpa berkaca bahwa mereka sendiri pun pasti memiliki kekurangan—walaupun tidak dengan kondisi fisik, manusia tidak ada yang sempurna.
Sejauh ini, hanya Hendery yang benar-benar menerimanya bekerja. Tidak lama memang dia dipekerjakan di sana—sekitar empat bulan—tetapi karena sebuah keteledoran, semuanya berakhir. Renjun kembali menjadi pengangguran, yang mendapatkan uang jika seseorang benar-benar membutuhkannya—seperti misalnya waktu itu, sebuah kedai tengah sibuk-sibuknya, dia dengan senang hati membantu. Niat Renjun memang hanya membantu dengan ikhlas, namun terkadang orang baik tidak dapat diduga. Mereka kerap kali memberikan sejumlah uang atau makanan. Tidak hanya itu, sesekali juga Renjun membantu tetangganya yang sudah berumur untuk menggantikannya mengantar susu. Tidak termasuk pekerjaan tetap, karena ia dibutuhkan jikalau tetangganya itu tengah sakit atau ada urusan lain.
"Mangat!" tanganya terkepal, napasnya dihembuskan. Setidaknya dia harus mencoba.
───※ ·❆· ※───
"Jadi, kamu yang namanya Renjun?" lelaki yang ditanya mengangguk dengan canggung.
Saat pertama kali dirinya mengetuk pintu kaca bangunan, seseorang langsung menyambutnya dengan senyuman. Rupanya, orang tersebut merupakan pemilik dari jasa ulang tahun yang menerima lowongan. Orang itu terlihat ramah, namun tidak menutup kemungkinan saat mengetahui kekurangan yang Renjun miliki, orang itu akan terkejut dan menolak mempekerjakan Renjun—ya, sekiranya seperti itulah pemikiran Renjun, seperti yang sebelum-sebelumnya terjadi.
"Hm, jadi.. apa kemampuan yang kamu miliki, Renjun?" lelaki yang diperkirakan seumuran dengan sang papa bertanya. Untuk sesaat Renjun terdiam memikirkan kemampuan apa yang dimilikinya—yang sekiranya cocok untuk pekerjaan menghibur di pesta ulang tahun.
Buku catatan kecil yang disampirkan di leher, buku pemberian dari sahabat satu-satunya, Haechan, dia torehkan tulisan dengan pena yang selalu terselip di lembar sampul buku. Menulisnya dengan gurat serius, melewatkan ekspresi kebingungan pemiliki jasa yang sedari tadi memperhatikannya.
"Aku bisa beberapa trik sulap dan pantomim," awalnya, si pemilik jasa mengeryit heran. Pertanyaan 'mengapa lelaki itu justru menjulurkan selembar kertas, bukannya menjawab' hendak terlontar, jika saja dirinya tidak membaca terlebih dahulu tulisan di dalam sana. Tulisan penjelasan dari apa yang dia tanyakan sebelumnya.
Kini pria itu mengerti, bahwasanya lelaki yang hendak mendaftar di kantornya itu merupakan seseorang yang spesial. Keterbatasan itu membuat pria berumur hampir setengah abad mengembangkan senyumnya. "Namaku Kun, kamu bisa bekerja di sini, Renjun." Pria itu berujar, dengan gerakan tangan serta gumaman sekalian.
Renjun tak bisa lagi untuk menyembunyikan ekspresi terkejut sekaligus senangnya. Terkejut saat mengetahui bosnya dapat berbahasa isyarat, dan senang saat dirinya ternyata diterima dengan mudah. Jika dia tidak lagi mempunya urat malu, dapat dipastikan dia akan meloncat kegirangan serta mendekap erat bosnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ꜱᴜɴʏɪ ☑️
Short Storyᴿᵉⁿʲᵘⁿ ᵗⁱᵈᵃᵏ ᵖᵉʳⁿᵃʰ ᵗᵃʰᵘ ˢᵉᵖᵉʳᵗⁱ ᵃᵖᵃ ˢᵘᵃʳᵃ ˡᵉᵗᵘˢᵃⁿ ᵖᵉᵗᵃˢᵃⁿ ᵃᵗᵃᵘᵖᵘⁿ ˢᵘᵃʳᵃ ᵍᵉᵐᵉʳⁱᶜⁱᵏ ᵃⁱʳ ʰᵘʲᵃⁿ. ᴰⁱᵃ ᵐᵉⁿʸᵘᵏᵃⁱ ᵏᵉᵈᵘᵃ ⁱᵗᵘ⁻ᵐᵉⁿʸᵘᵏᵃⁱ ˢᵃᵃᵗ ᵏᵉᵐᵇᵃⁿᵍ ᵃᵖⁱ ᵐᵉˡᵉᵗᵘᵖ ᵈⁱ ᵘᵈᵃʳᵃ, ʲᵘᵍᵃ ᵐᵉⁿʸᵘᵏᵃⁱ ʰᵘʲᵃⁿ ʸᵃⁿᵍ ᵗᵘʳᵘⁿ ᵐᵉᵐᵇᵃˢᵃʰⁱ ᵇᵘᵐⁱ. ᴰⁱᵃ ᵃᵏᵃⁿ ˢᵉⁿᵃⁿᵍ ʰᵃᵗⁱ ᵐᵉⁿʸᵃᵏˢⁱᵏᵃⁿ ᵖᵉʳᵃʸᵃᵃⁿ...