Baby | 02. Backstreet

1.8K 176 4
                                        

Taeyong mengernyit saat melihat Seulgi menarik seseorang dan mendudukkannya paksa tepat bangku kosong di hadapannya. Ia mengernyit lebih dalam dan meminta penjelasan Seulgi sebelum Seulgi mengedip sekilas kearahnya sembari menunjuk Jisoo dengan dagunya. Taeyong langsung tersadar dan mengingat jika Jisoo adalah orang yang menabraknya tadi pagi. Jisoo tersentak saat Taeyong berdeham.

Jisoo memperhatikan Taeyong yang sibuk merapikan mejanya–yang jika Jisoo lihat sebenarnya, tidak berantakan sama sekali. Hanya ada kertas dan bulpoin diatasnya sebelum Taeyong memasukkan kedalam kolong meja. Taeyong yang sadar diperhatikan Jisoo memandang Jisoo dengan pandangan bertanya. Seulgi yang melihat mereka berdua terkekeh dan berpamitan keluar.

Taeyong berdiri menatap Jisoo yang masih duduk dibangku milik temannya. "Kau kesini untuk meminta maaf?" Jisoo mendongakkan kepalanya dan mengangguk menjawab pertanyaan Taeyong.

"Ikut aku." Perkataan dingin Taeyong langsung membuat Jisoo mengikuti Taeyong keluar kelas.

"Kau bukan pembantuku, untuk apa kau berjalan dibelakangku?"

"Ya?" Jisoo yang bingung dengan perkataan Taeyong menghentikan langkahnya. Taeyong yang mengerti Jisoo tidak mengerti perkataannya langsung menarik tangan Jisoo. "Jalan disampingku."

"Jangan protes." Ucap Taeyong saat tahu Jisoo hendak melayangkan protesnya. Jisoo pasrah saja tangannya digenggam Taeyong. Sebenarnya ini bukan sekali dua kali mereka bergandeng tangan. Tapi, ini pertama kalinya mereka bergandengan tangan di sekolah.

Mereka sampai di UKS, Taeyong menggiring Jisoo dibawanya ke ranjang. Didudukkannya Jisoo diranjang, ia meninggalkan Jisoo untuk mengambil P3K.

"Taeyong-ah" panggilan Jisoo tidak dihiraukan Taeyong. "Taeyong-ssi"

"Sudah aku bilang jangan pernah kau memanggilku seperti itu."

"Kau tidak menjawab panggilanku."

Taeyong berjalan kearah Jisoo setelah mengambil kotak P3K, dirinya duduk dihadapan Jisoo dan memberikannya kotak obat yang dibawanya. "Ada apa?"

"Kau yang sakit kenapa kau yang mengambil kotak obat? Seharusnya aku yang mengambilnya." Jisoo dengan telaten mengolesi krim di lutut Taeyong yang terlihat memar.

"Mian, jika saja aku tadi tidak berlarian dikoridor, kau tidak akan mendapatkan luka ini." Ucap Jisoo menyesal. Taeyong tersenyum melihat Jisoo.

"Tidak apa. Aku senang. Setiap hari saja kau lari-larian dan menabrakku." Jisoo melotot mendengar perkataan Taeyong.

"Apa? Apa aku salah minta perhtaian dari pacarku yang menggemaskan ini?" ucap Taeyong sembari menyubit kedua pipi Jisoo. Jisoo menggembungkan pipinya. "Sakit, Taeyong!"

"Kita publikasikan saja hubungan kita." Perkataan Taeyong barusan membuat Jisoo tersentak.

"Wae? Apa kau takut fansmu berkurang jika aku mengumumkan status kita?" tanya Taeyong pada Jisoo.

Jisoo menggelengkan kepalanya, diambilnya tangan Taeyong yang tadi mengelus kepalanya. "Aniya," Jisoo menggenggam tangan Taeyong dan menatapnya, "Aku takut fansmu tidak terima karena kau lebih memilihku dibanding Jennie."

"Untuk apa aku memilih Jennie? Kami hanya partner Olimpiade saja. Aku juga tidak memiliki perasaan apapun padanya." Tangan Taeyong yang tidak digenggam Jisoo mengelus pipi Jisoo sayang,

"Jisoo, kau tidak usah memikirkan apa perkataan orang. Aku tidak peduli mau Jennie atau Yooa sekalipun yang selalu dipasangkan denganku, jika hatiku memilihmu mereka mau apa? Yang menjalani juga kita, bukan mereka." Ucap Taeyong lalu merengkuh Jisoo kedalam pelukannya.





B a b y | T a e s o o
B a c k s t r e e t

Baby | TaesooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang