7- Diary 1

70 1 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Setelah makan malam,aku masuk ke dalam kamar. Bukan untuk tidur melainkan ingin mengerjakan PR. Ku buka tas dan mengecek apakah ada tugas yang belum kuselesaikan. Ternyata semuanya sudah siap sejak jauh jauh hari. Hanya tinggal menyusun roster pelajaran besok. Setelah siap menyusun roster, sejenak aku berpikir apa yang mau kulakukan. Mataku sama sekali tidak merasakan kantuk.

Aku ngapain lagi ya?

Satu hal terlintas di kepalaku. Segera aku menuju rak buku pribadi, lalu mengambil buku kecil bersampul pink. Itu adalah buku harian. Setiap ada sesuatu yang mengganggu pikiran, aku akan mencurahkannya di dalam buku ini.

Tanganku mengambil pulpen dan merebahkan badan di atas tempat tidur. Sepertinya kali ini buku harianku tidak diisi dengan kisah menyedihkan tetapi menjengkelkan atau bisa dibilang lucu.



Dear diary...

Hai, apa kabar? Aku kembali menulis di halamanmu.
Kali ini aku akan menceritakan tentang teman sebangkuku. Ehh, aku tidak tahu harus menyebutnya 'teman' atau tidak. Yang pasti sekarang aku sudah memiliki teman sebangku.Itu adalah pertama kalinya bagiku dimasa SMA memiliki teman sebangku.

Dia seorang laki laki, namanya Alvaro. Anak itu sedikit nakal dan sok kegantengan. Ya memang sih dia ganteng tapi jangan 'pecicilan' juga. Terkadang dia orangnya nyebelin dan bawel. Dan diwaktu yang bersamaan aku merasa dia cowok yang lucu. Dia selalu saja mengalihkan perhatianku dengan tingkah konyolnya. Dan bodohnya lagi, aku malah terhibur . Aku memiliki sedikit rahasia penting tentangnya. Dia seorang pengedar narkoba. Mungkin itu pekerjaan berbahaya dan melanggar hukum tapi aku salut dengannya karena tidak mau bergantung dengan orang tua, biarpun orang tuanya kaya raya. Harus kuakui dia cowok pemberani dan gigih.

Hari ini dia dateng ke rumah dengan menggunakan alasan untuk membeli gorengan ibu. Aku tahu itu hanya akal akalannya saja. Tapi mau bagaimana lagi?? Aku hanya bisa diam dan memperkenalkannya pada ibu. Ibu juga sepertinya menyukai Alvaro. Di depan ibu, dia bersikap sopan dan ramah. Tidak seperti saat dia disekolah.

Cukup sekian ceritaku hari ini. Entah mengapa saat aku menuliskan sesuatu tentangnya hatiku jadi dag dig dug.

Sampai jumpa diary di cerita berikutnya:)

Skyla Anjani
20.20 p.m


Ku tutup buku harian kecil itu, lalu menyimpannya di rak kembali. Ku hembuskan napas perlahan. Sampai saat ini jantungku masih saja berdegup kencang. Aku harus segera tidur, besok harus cepat bangun agar tidak terlambat.

Ku tutup mataku sambil memeluk guling empuk. Mulai tidur dan terbang ke alam mimpi.


©©©

Keesokan harinya, seperti biasa aku berjalan melewati trotoar jalan menuju tempat pemberhentian angkutan umum  ke sekolah. Kakiku berjalan melewati beberapa orang yang memiliki kepentingan yang sama denganku.

Tin tin

Langkahku terhenti saat sebuah motor sport berwarna biru tiba tiba berhenti tepat di sampingku sambil membunyikan klaksonnya. Aku tersentak, sepertinya aku mengenali sang pemilik motor ini.

Pengendara motor tersebut membuka kaca helmnya. "Yok, bareng gue aja."

Siapa lagi kalau bukan Alvaro. Cowok itu entah bagaimana berada di jalan ini. Sebelumnya aku tak pernah melihatnya lewat. Atau mungkin dia baru pindah rumah??

"Woi! Ayok. Malah bengong." ujarnya lagi.

Aku mengiyakan ajakannya. Menaiki motor sport yang mengharuskan orang yang diboncengi duduk mengangkang dan sedikit condong kedepan karena gaya tempat duduknya yang lebih tinggi. Sedikit risih sebenarnya, tapi atas nama penghematan ongkos, tidak masalah bukan?

Bad Type [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang