4- Damn!

122 4 0
                                    

Keringatku bercucuran di bawah terik matahari yang menyengat. Mungkin sekarang mukaku sudah memerah seperti kepiting rebus.
Kurang lebih 1 jam aku berdiri sambil menghormat bendera. Tidak seperti cowok tengil itu. Dia dengan santainya duduk di bawah pohon. Tidak mau menghormat bendera.

"Woi!" panggilnya. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arahku.

"Kan udah gue bilang, nggak usah ikutin hukumannya. Bu Astri juga nggak ngawasin kan?  Mendingan lo ngikutin gua."

Aku memutar bola mata malas. Ini perintah Bu Astri, sebagai murid yang baik seharusnya mengikuti perintah dari guru. Lagipula aku sadar, bahwa aku memang bersalah dalam hal ini.

"Lu nggak liat tuh muka udah kayak kepiting rebus. Udah ah, nggak tega gue lihat elu. Kita ke kantin aja,palingan setengah jam lagi bel istirahat."

Aku masih tetap menghormat, tidak mau mengikutinya.

"Seriusan nggak mau?  Ntar lu bisa pingsan."

"Nggak mau. Pergi aja sana, aku kuat kok."

Aku mengibaskan tanganku, menyuruhnya pergi.

Bukannya langsung pergi, cowok itu semakin mendekatiku lalu mengangkat tubuhku. Aku terpekik kaget.
Dia menggendongku dengan gaya ala bridal style.

Ku pukul punggungnya dengan kuat agar dia menurunkanku. Tetap saja, dia tidak berhenti. Aku malu setengah mati. Di lapangan ada banyak siswa yang sedang bermain bola, mungkin pelajaran olahraga.

Aku berteriak teriak. Kutendangkan tubuhnya keras.

"Anjirr jangan ditendang asu!  Kenak burung gue!" Sambil berlari menggendongku dia mengumpat.

Sudah sampai di kantin baru dia menurunkanku. Segera ku tendang tulang keringnya, membuat cowok sialan itu terpekik. Ia melototkan matanya.

"Jangan seenaknya aja kamu gendong aku!"

"Abisnya lo dibilangin bandel. Nanti lo bisa pingsan goblok!"

"Pingsan ataupun tidak, apa urusannya denganmu?" tanya ila sinis.

"Dasar cewek keras kepala!"

Anak itu lalu memilih duduk disalah satu meja kantin. "Duduk sini." Dia menepuk nepuk bangku itu. Menyuruhku untuk duduk.

"Nggak mau." jawabku cepat.

"Apa perlu gue gendong lagi?"

Aku bergidik ngeri mendengarnya. Mau tak mau aku duduk.

"Bu!" Dia memanggil penjual kantin lalu memesan masung masing 2 porsi bakso dan teh manis dingin.

Tak lama kemudian pesanan datang. Dia menyodorkan seporsi bakso dan segelas teh manis dingin.

"Nah makan" pintanya.

"Aku nggak lapar" ucapku sambil membuang muka.

Kriukk!!

Suara perutku yang keroncongan terdengar. Sangat memalukan.

"Bhahahha!" Laki laki kurang ajar itu tertawa terbahak bahak. Ia bahkan memegangi perutnya.

"Nggak usah jual mahal kali sama gue. Udah dimakan aja" ujarnya saat tawanya berhenti.

Mukaku memerah menahan malu.

Nih perut ngajak gelud kayaknya!

Aku memegang sendok dan memasukkan satu demi satu auapan ke mulutku. Nikmat sekali. Sudah lama aku tidak makan bakso ini. Hanya sekali, itupun waktu baru masuk SMA. Saat aku gemetaran karena belum sarapan dari rumah.

Bad Type [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang