3- Lelah

163 5 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Aku membuka celemek yang melekat di tubuhku lalu melipatnya. Hari ini cukup banyak pelanggan. Tenagaku hampir habis.

Tidak masalah. Minggu depan aku sudah gajian. Uang itu untuk membantu biaya kehidupan sehari hari. Belakangan ini, keuangan menipis. Gorengan yang dijual ibu tidak terlalu laris. Jadi,aku ingin membantu ibu. Bekerja paruh waktu di rumah makan ini.

"Kamu mau pulang Ila?" tanya paman roy, bosku.

"Iya,paman" jawabku singkat.

"Kamu bawa saja sisa ikannya, masih bisa di makan"

"Oh terima kasih paman." Aku tersenyum senang.

Paman Roy sering sekali memberiku ikan dan sayuran yang tidak laku dijual. Masih bisa dimakan. Setidaknya untuk lauk malam ini. Aku membungkus nya cepat lalu memasukkannya ke plastik kresek.

Aku berpamitan kepada sesama karyawan disitu, dan pulang ke rumah.
Rumah makan ini hanya berjarak 1 km dari rumahku. Jadi bisa berjalan, sekaligus menghemat pengeluaran.

Langkahku terhenti. Sudah sampai didepan pintu rumah.

Tok tok tok

Tidak ada jawaban

"Ibu!  Ila pulang" teriakku dari luar.

Masih tidak ada jawaban.

Apa ibu sudah tidur?  Tapi cepat sekali. Mungkin dia sedang menyiapkan bahan gorengan besok di dapur.

Aku berpikiran positif dan membuka pintu rumah.
Aku menuju dapur. Yang dicari tidak ada.

Kemudian aku mencarinya di kamar. Akhirnya ketemu. Ibu berada di atas tempat tidur.

Tapi, tunggu?
Kenapa ibu tidur dalam keadaan berjongkok?

"Bu" panggilku sambil menepuk pelan bahunya.

Ibu menegakkan kepalanya. Memandangku dengan mata yang sembab.

Aku kawatir. Ada apa dengan ibu?

"Ibu kok nangis?  Kenapa bu? Cerita sama ila."

Ibu masih bergeming di tempatnya.  Aku bingung melihat keadaan ibu sekarang.
Ia terlihat sangat sedih, wajah ibu penuh dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.

"Abang kamu tadi datang, terus ambil uang ibu ila, hiks..." Ibu terisak.

"Ibu sekarang nggak punya uang lagi. Itu modal buat beli bahan gorengan besok" lanjut ibu sesekali menyeka air matanya.
Mendengar hal itu, hatiku panas. Ibu sudah bersusah payah mendapatkan uang itu. Dan laki laki kurang ajar itu dengan seenaknya merampas hasil keringat ibu.

"Tenang aja bu, ila bakalan ambil duit ibu." Aku hendak beranjak dari tempat tidur namun ibu menarik tanganku.

"Kamu mau kemana nak?"

"Aku mau datangin bang Marcel. Enak aja dia rampas uang ibu. Aku mau kasih dia pelajaran" ujarku dengan muka memerah menahan marah.

"Jangan ila, abang kamu orangnya kasar. Nanti kamu diapa apain sama dia nak."

Aku melepaskan tangan ibu. Menghiraukan kekawatirannya. Di kepalaku sekarang hanya ada satu tujuan. Membawa uang itu kembali.

©©©

Aku berjalan menyusuri jalanan terkutuk ini. Jalanan dimana hanya terdapat orang orang bodoh dan berlaku kriminal.
Tapi aku tidak takut lagi. Hari ini rasa takutku sirna, digantikan dengan panas yang membara.

Kakiku melangkah menuju satu tempat yang sering menjadi tongkrongan bang Marcel.

Persetan dengan tatapan nakal dari preman yang kulewati. Bodoh amat.

Bad Type [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang