Biru air laut mengeruh karena ledakan, orang-orang berpakaian serba hitam memberikan serangan tombak ke dasar laut, kapal besar itu bergerak semakin jauh ke tengah lautan. Seseorang di antara mereka berteriak meminpin pemburuan besar yang terjadi.Zuko mengibaskan ekornya beberapa kali menciptakan gelombang dan ombak yang mampu mengombang-ambingkan kapal dan beberapa orang berjatuhan ke laut.
Semakin cepat Zuko berenang, semakin banyak serangan yang mengejarnya.
Sebuah busur turun bergerak cepat menancap ekor Zuko, warna merah darah perlahan muncul di antara air. Dengan kekuatan yang mulai melemah Zuko berenang memaksakan hingga ujung ekornya memiliki robekan dengan busur yang masih menancap.
Zuko terus bergerak menciptakan gelombang, ekornya mengibas mencoba melepaskan diri, kekuatan besarnya mampu menarik kapal yang menyakut busur pada ekornya.
"Dia disana!" Teriak seseorang di atas kapal.
Kuku Zuko memanjang membentuk cakar dalam satu tebasan dia memutuskan tali busur, matanya besinar, sirip di punggungnya pelahan melebar saat Zuko bergerak cepat naik ke ats menghindari serangan. Zuko melompat keluar dari lautan, gelombang lebih besar datang mengepung kapal itu dan membalikannya dalam satu terjangan yang kuat.
Tubuh Zuko ikut terhantam jauh, kulitnya mengeluarkan sisik yang perlahan mengelupas di udara. Tubuh Zuko jatuh kembali kedalam lautan, kedua bola matanya mulai memiliki warna yang berbeda seiring dengan darah di ujung ekornya semakin banyak keluar.
Zuko menyelam kedasar lautan yang hitam di antara dorongan kuat ledakan kapal yang mengeluarkan api, ikan-ikan bergerak bersamanya mengantarkan Zuko pada tumpukan bebatuan paling dalam.
"Arrgght" Zuko merasakan sakit teramat dalam karena busur di ujung ekornya yang perlahan terlepas karena tarikan, ujung ekor Zuko menyisakan lubang menganga yang parah.
"Nona.." panggil Zuko melihat keatas, sudut matanya perlahan mengeluarkan cahaya kecil dan berakhir menjadi sebutir mutiara. Zuko menangis.
Dada Zuko bercahaya perlahan merasakan detak jantung yang tidak pernah dia rasakan selama dia hidup lima abad lamanya. Ekor Zuko kembali mengibas menciptakan keruh karena pasir.
"Nona..." panggil Zuko lagi perlahan bergerak kecil naik keatas permukaan lagi meninggalkan darah di setiap gerakannya.
Gelapnya malam berada dalam pandangan Zuko, kerlap kerlip indah cahaya terlihat di ujung pantai. Perlahan Zuko berenang dengan sisa-sisa tenaganya pergi menuju pinggiran pantai yang sudah lama dia tinggalkan.
Keramaian pinggiran pantai tidak sepeti yang Zuko fikirkan, tidak hanya ramai, banyak sekali orang-orang yang berada disana hingga membuat Zuko tidak bisa bergerak mendekat.
Kekuatan Zuko perlahan melemah, dia sudah tidak mampu menggerakan ekornya lagi, sekuat tenaga dia bergerak menjauh lagi hingga berada di sisi tebing.
***
"Kenan! Gendong aku" kedua tangan Nerissa merentang lebar masih duduk di kursinya meminta di gendong Kenan.
"Kau jalan saja sendiri" ketus Kenan enggan mendengarkan permintaan adiknya. Pandangan Kenan tetuju pada luasnya lautan dan angin kencang seperti sebuah badai, "Sepertinya akan hujan."
"Kenan jahat!" Teriak Nerissa menahan tangisannya karena Kenan pergi begitu saja meninggalkan Nerissa sendirian. "Kenan tunggu!" Nerissa berlari mengejar Kenan menyusul masuk kedalam rumah.
"Kau melihat sesuatu?" Kenan berdiri di depan jendela dan melihat kearah laut dengan teropongnya, "Sepertinya ada kecelakaan" Kenan melihat kobaran api di tengah laut dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE IMPERFECT MERMAN
Teen Fiction⚠️ 18+ Nerissa yang berniat menghabiskan liburan musim panasnya di Emilia Island tiba-tiba menemukan kejadian yang tidak terduga. Nerissa di pertemukan seekor duyung yang terluka parah akibat pemburuan. Duyung itu mengambil sebagian jiwa Nerissa unt...