Langit terlihat semakin mendung, hujan turun lebih deras. Zuko mengusap kalung yang terpasang di lehernya, memandangi kendaraan yang terlewati. Pikirannya berkelana mengingat bagaiamana dia menemukan orang yang di carinya.
Orang itu tidak jauh dari tempat Zuko berada..
Namun karena setengah jiwa di dalam diri Nerissa, Zuko tidak bisa memanggilnya.
Entah kapan dia di pertemukan lagi, entah harus berapa lama Zuko harus mencarinya lagi dan entah sampai kapan juga Zuko seperti ini. Jika Zuko tidak kunjung di pertemukan dengan Yura, maka segel dan pilar di dalam jiwanya akan terbuka satu persatu, dan jika kejadian buruk itu benar-benar terjadi. Maka Zuko akan menjadi manusia yang seutuhnya.
Dia akan kehilangan kesuciannya sebagai dewa..
Dia akan kehilangan kekuatannya...
Dia akan merasakan kematian..
Zuko tidak menginginkan ini, Zuko sudah melewati banyak kehidupan dan perbuahan dunia, dia ingin keabadian. Zuko harus benar-benar semakin berusaha mencari penolongnya.
Melihat keterdiaman Zuko, membuat Nerissa merasa bersalah. Nerissa merasa bersalah karena sudah mengomelinya, atas sikapnya yang pergi begitu saja di tengah keramaian. Bibir Nerissa menekan kuat, matanya yang indah itu mencuri-curi pandang kepada Zuko "Kau bersedih?."
Zuko menggeleng, dia tidak tahu apapun dengan perasaan manusia.
"Aku minta maaf tadi membentak dan memarahimu. Aku sangat khawatir karena kau pergi begitu saja di tengah keramaian, bagaimana jika aku kehilanganmu di keramaian. Karena itu jangan melakukannya lagi."
"Aku melihatnya"
"Melihat siapa?, siapa yang sebenarnya kau kejar?." Nerissa belum menanyakan alasan Zuko berlari.
Zuko terdiam, dia memandang Nerissa cukup lama dan menelaah hati gadis itu yang sebenarnya.
Nerissa bukan gadis yang jahat, fikirannya terlalu polos, Zuko tidak salah mengambil setengah jiwanya, namun Nerissa terlalu lemah. Zuko dapat melihat masa depan gadis itu yang akan bahagia dan juga banyak menangis karena seseorang.
Namun haruskah Zuko menceritakannya?, akankah Nerissa membantunya menemukan orang yang di carinya?.
"Dia tuanku yang sebelumnya" jawabnya berdusta.
Nerissa membuang nafasnya dengan gusar, dia meraih tangan Zuko dan menggenggamnya. "Lain kali katakan saja padaku jika kau butuh bantuan" ucap Nerissa mengingatnya.
"Baik nona"
Nerissa menggeser tempat duduknya dan merapat pada Zuko, matanya yang indah itu menatap Zuko lebih dekat. "Anu.. itu.. emm.. kau mengejar tuanmu untuk apa?. Apa kau berniat kembali padanya, apa kau sangat menyayanginya?" Tanya Nerissa sedikit khawatir. Entah kenapa Nerissa merasa risau, ada suatu perasaan yang sangat mengikat hati Nerissa pada Zuko.
Melihat kesedihan Nerissa langsung membuat Zuko menggeleng. "Saya membutuhkan pertolongannya."
"Kau bisa meminta tolong padaku." Tawarnya penuh semangat.
"Saya akan memikirkannya."
Nerissa terdiam seketika, namun dia diam dan memilih menunggu kapan Zuko mengatakannya. Nerissa perlu lebih banyak melatih kepribadian Zuko agar dia lebih ekspresif kepadanya.
Mobil yang mereka tumpangi perlahan berhenti di depan vila, Nerissa tersenyum lebar melihat leher Zuko yang terpasang oleh kalung anjing dan memiliki ukiran namanya. "Tolong keluarkan semuanya" pintanya pada supir taksi untuk mengeluarkan semua belanjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE IMPERFECT MERMAN
Teen Fiction⚠️ 18+ Nerissa yang berniat menghabiskan liburan musim panasnya di Emilia Island tiba-tiba menemukan kejadian yang tidak terduga. Nerissa di pertemukan seekor duyung yang terluka parah akibat pemburuan. Duyung itu mengambil sebagian jiwa Nerissa unt...