Saya harap kalian bisa menghargai karya saya dengan baik🖤
Enjoy!
***Kring... Kring... Kring...
Suara jam weker yang terletak di atas nakas bewarna coklat kayu itu terus berdering tanpa henti. Membuat sang empu terbangun dari tidurnya dengan dumellan kecil.
Ia terbangun sambil mengucek matanya yang masih terasa perih di sertai dumellan ringan untuk jam weker kesayangan nya. Ia menyibak selimut yang sudah satu tahun lebih tidak ia cuci dan berlalu ke kamar mandi. Jam weker itu pun masih ia biarkan berdering.
"GASTRA! JAM WEKER NYA DI MATIIN DONG, HEMAT BATRAI! SEKARANG HARGA BATRAI ABC UDAH NAIK SERIBU!"
Gastra hanya mengusap telinga nya dan menghentikan langkahnya di ambang pintu kamar mandi. Ia berbalik dan berjalan menghampiri nakas nya. Ia genggam dan angkat jam weker.
Gastra tersenyum lebar. "Pagi Alek, selamat ulang tahun yang ke enam tahun ya," ujar Gastra pada Alek, sebutan untuk jam weker nya yang hari ini berulang tahun yang ke enam alias sudah bersama dirinya selama enam tahun lamanya.
Setelah mematikan jam weker, Gastra kembali beranjak menuju kamar mandi. Namun, tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamarnya. Jadi, mau tidak mau Gastra harus membuka kan pintu. Siapa tau yang mengetuk adalah Toyib bapaknya yang membawakan oli untuk rantai sepeda ontel nya. Ya semoga saja.
"Oh kamu," bahu Gastra sedikit merosot sedih saat mengetahui Rendy lah yang mengetuk pintunya. Sang adik bungsu nya itu berdiri dengan raut wajah kesal dan datar. "Ada apa?" tanya Gastra yang mulai risih di tatap tajam oleh Rendy.
Rendy mendengus dan menatap Gastra dengan sangat tajam. "Abang megangngin nenen si Jengki lagi?!" tanya Rendy dengan sarkas.
Gastra menyengir dan tersenyum lebar, "iya," jawabnya.
Rendy berdecak lidah, "Bang! Jengki itu kucing gue dan berjenis kelamin jantan. Masa iya kucing jantan nenen nya kendor!" sarkas Rendy, lelaki itu bersedekap dada.
"Iya deh iya abang minta maaf." Gastra lebih memilih mengalah saja dari pada harus berdebat lebih panjang dengan Rendy.
Saat ini Gastra harus mandi dan kemudian ia akan berkeliling kampung untuk membangun kan umat muslim untuk sholat subuh. Sungguh mulia kelakuan Gastra.
"Maaf-maaf, entar juga di ulang-"
"Eh, kok ribut-ribut sih?" Sontak Gastra dan Rendy pun menoleh ke sumber suara.
Terlihat Arafah dengan wajah yang sudah basah berdiri di depan pintu kamarnya yang kebetulan kamar Arafah berhadapan dengan kamar Gastra.
"Ini, bang Gastra megangngin nenen si Jengki lagi," adu Rendy sebal, berharap Arafah akan membelanya dan memberi Gastra nasehat.
"Oooo itu, kemarin udah Arafah Vidioin loh, terus udah Arafah edit juga."
"Ck," memang seharusnya Rendy tidak perlu berharap.
"Seriusan kamu Fah? Kalau gitu kirim ke abang ya, mau abang upload di channel YouTube abang. Entar judul nya, tutorial ngilangin kegabutan," seru Gastra semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GasVol
Teen FictionGastra Cukup dengan menyebut namanya saja sudah berhasil membuat orang geleng-geleng kepala. Mengingat berbagai tingkah seorang Gastra. Mulai dari mengupil saat baca pidato, garuk-garuk pantat saat memandu senam di hari Minggu, dan memegangi nenen k...