"Minju, buka pintunya!"
Yohan masih belum menyerah dan terus mengetuk pintu kamar adik kandungnya tersebut, "Kalau nggak mau buka, biar abang yang masuk!" Sambungnya.
Di dalam, Minju berdecak kesal dan masih tidak ingin bangun. Ia malah semakin menaikkan selimutnya hingga sebatas lehernya dan kembali tidur nyenyak.
Karena tidak mendengar sahutan dari sang adik, Yohan terpaksa memasuki kamar tersebut dan menemukan adiknya yang masih tertidur dengan nyaman.
Yohan menyingkap selimut berwarna biru muda tersebut, "Astaga, Minju! Bangun! Sudah jam berapa ini?" Serunya menepuk pelan pipi Minju berkali-kali.
"Bangun. Kamu lupa ini hari apa?" Yohan bersuara lagi, menarik tangan Minju hingga gadis tersebut terduduk.
"Hari Minggu." Jawab Minju dengan suara serak. Sebetulnya ia tahu betul mengapa kakaknya tiba-tiba membangunkannya. "Hngggg ngantuk bangeeet!" Ia ingin kembali merebahkan dirinya di kasur tetapi Yohan dengan sigap menahannya.
"Bangun. Pokoknya kamu harus mandi."
***
"Sudaaaah, sudah cantik deh." Ucap Yohan saat melihat adiknya yang masih terpaku di depan meja rias sambil menyisir rambutnya.
Minju menoleh dan merengek sambil menghentakkan kakinya, "Ishhh bukan itu!"
"Terus apa?"
"Abang kok tega sih sama Minju?"
Yohan terkejut saat melihat kedua mata adiknya yang sekarang sedang berlinang air mata. Ia menarik tubuh Minju ke dalam pelukannya, "Maafin abang dek, abang nggak mungkin membangkang sama Papa Mama. Abang juga sebenernya nggak setuju kamu dijodohin, tapi mau gimana lagi?"
Minju masih terisak di dalam pelukan Yohan, "Minju nggak mau dijodohin."
"Sama, abang juga nggak mau adik abang yang cantik ini dijodoh-jodohin. Tapi kalau Mama sama Papa udah berkehendak kita bisa apa?"
Ya, dua minggu yang lalu kedua orang tua Minju sepakat untuk menjodohkan puteri mereka. Minju shock saat pertamakali mendengarnya, ia bahkan sempat mengurung diri di kamarnya hingga seminggu dan seminggu itu pula ia tidak turun sekolah. Kalau bukan Yohan yang membujuknya untuk keluar, mungkin hingga saat ini ia masih mengurung diri.
Dan pagi ini, Yohan dan Minju akan bertemu dengan keluarga pemuda yang akan dijodohkan dengannya. Sebetulnya ia akan pergi bersama kedua orang tuanya.
Tetapi kedua orang tuanya mendadak ada urusan di Jepang yang membuat mereka harus memberi tanggungjawab pada Yohan.
Yohan sendiri terpaksa menyanggupi amanat kedua orang tuanya walaupun ia juga tidak setuju dengan ide perjodohan tersebut. Namun mau bagaimana lagi, Yohan sendiri bukan tipe anak yang pembangkang, jadi ia menyanggupinya saja.
***
Hyunjin mengancing jaket hitamnya sebelum akhirnya ia membuka jendela kamarnya.
Ia terdiam sejenak di depan jendela kamarnya, berpikir matang-matang tentang konsekuensi apa yang akan ia dapatkan jika ia memilih kabur dari rumah.
Sepersekian detik kemudian ia benar-benar keluar lewat jendela kamarnya dan tidak lupa untuk menutupnya kembali.
Mengendap-endap menuju garasi, Hyunjin terkejut saat mendengar suara gonggongan anjing. Ia buru-buru berjongkok dan mengelus anjing tersebut, berusaha menenangkannya hingga anjing tersebut berhenti menggonggong.
"Hey, aku pergi sebentar. Jangan merindukanku yah!" Hyunjin masih mengelus anjing kesayangannya tersebut sebelum buru-buru menuju garasi.
Tak lama kemudian Hyunjin bersama mobil Lamborghini hitamnya keluar dari kediamannya.
=Satu Atap=
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atap
FanfictionAda suatu kejadian yang membuat Hyunjin dan Minju bisa tinggal satu atap.