2

349 48 0
                                    

"Lah, kok jadi mogok sih?" Yohan bergumam saat mobil yang dikendarainya mendadak berhenti di tengah jalan.

Minju yang sedang mendengarkan musik lewat earphone jadi melepas benda yang tersemat di telinganya tersebut, "Kenapa, bang?"

"Mobilnya tiba-tiba mogok." Yohan akhirnya keluar dari mobilnya, "Kamu tunggu sebentar ya, biar abang lihat dulu mesinnya." Ucapnya sebelum akhirnya ia mulai berkutat dengan mesin kap mobilnya.

Sedangkan Minju sibuk memainkan ponselnya tanpa minat. Ia bosan. Sudah hampir sepuluh menit ia terjebak dalam keadaan seperti ini. Ia terus memperhatikan Yohan yang sedang fokus memperbaiki mesin bagian depan mobilnya.

Tiba-tiba terlintas sebuah ide dalam pikirannya. Ia menggeleng kuat saat ide tersebut tiba-tiba saja terlintas di benaknya tanpa izin.

Tetapi beberapa detik kemudian, ia kembali menimang-nimang ide tersebut. Ia menggigit bibir bagian bawahnya sambil melirik Yohan lalu setelah itu melirik pintu mobil, begitu terus hingga berulang kali. Hingga akhirnya ia mendesah pelan.

Ia sudah memutuskan ini. Ini sudah keputusannya.

"Maafin Minju, bang." Gumamnya pelan. Jemari kurusnya meraih pintu mobil dan mendorongnya dengan sangat hati-hati lalu menutupnya dengan sangat hati-hati pula saat dirinya sudah berada di luar.

Ia mengendap untuk meninggalkan mobil yaris berwarna putih tersebut, berkali-kali menoleh untuk memastikan bahwa ia aman barulah ia benar-benar berlari.

Terbesit perasaan bersalah dalam hatinya meninggalkan Yohan sendirian, tetapi ia harus kabur dari keadaan ini. Ia memang sangat membenci ide konyol kedua orang tuanya yang ingin menjodohkannya karena alasan bisnis.

Ia terus berlari, hingga tak sadar bahwa ada sebuah mobil Lamborghini hitam yang sedang melaju kearahnya dan berkali-kali membunyikan klakson.

Minju membulatkan matanya saat melihat ada mobil berkecepatan tinggi ke arahnya.

"AAAAAAA!"

Brak!

Lamborghini tersebut berhasil menabrak Minju membuatnya sedikit terhempas tak jauh dari tempat kejadian. Ia meringis kesakitan, merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

Panik, Hyunjin buru-buru keluar dari mobilnya menuju Minju yang terbaring kesakitan setelah ia tabrak. Dengan cekatan ia menggendong tubuh Minju sebelum ada orang lain yang melihat.

"Elo?!" Pekik Minju saat melihat pemuda yang menggendongnya dengan gaya bridal.

"Iya, ini Gue." Sahut Hyunjin.

"Turunin gue!" Minju memukul bahu Hyunjin, berusaha agar ia segera diturunkan.

"Ck, bisa diem gak lo? Badan lo memar gini masih aja petakilan." Semprot Hyunjin, membuat Minju mau tak mau merapatkan bibirnya.

Hyunjin membuka pintu mobilnya dan mendudukkan Minju di samping kursi kemudi dalam mobilnya. "Gue anter lo ke klinik." Katanya setelah menyalakan mesin mobil.

"Tapi-"

"Diem. Pokoknya obatin dulu luka lo, gue bawa lo ke klinik sebagai permintaan maaf gue."

Minju berdecak sebal, membuang wajah ke arah kaca jendela mobil, "Bilang 'maaf' aja apa susahnya sih?" Sindirnya.

"Maaf."

"Eh?" Gadis tersebut mendelik mendengar ucapan singkat yang keluar dari bibir Hyunjin. Ia bahkan sampai menoleh kearah pemuda tersebut sekedar memastikan apakah itu benar-benar ucapannya.

"Maaf." Hyunjin kini ikut-ikutan melirik manik Minju membuat keduanya bertatapan. "Udah kan? Sekarang ke klinik."

Satu AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang