9 : Mama

77 31 72
                                    

Sore hari saat pertemuan mama Rey dan putranya, waktu itu...

"Mama sudah bicara dengan Elena,"

Rey diam. Menatap wajah mamanya yang mulai berubah.

"Kamu mau bicara tentang apa lagi sama dia?"

Rey gelagapan. Tangannya tiba-tiba terangkat, "Mau ajak dia kuliah bareng aku,"

Entah bagaimana tangannya itu jadi tak berarti. Mamanya mulai mengalihkan pandangan.

"Kapan kamu akan berhenti menjadi pahlawan kesiangan untuknya?" Ucap beliau tak menatap wajah Rey.

Rey diam. Sedangkan otaknya sedang berpikir keras untuk mengartikan omongan mamanya.

Sebelum dapat menjawab, ia terhalang lagi.

"Kamu sudah makan?"

"Belum," Jawab Rey pelan dan jujur.

"Sekarang makanlah dengan mama. Mama akan membawamu ke suatu tempat,"

***

Di tengah restoran seafood itu Rey dan mamanya duduk berdampingan. Rey memutuskan membuka topik dahulu.

"Bagaimana kabar papa?" Tanya Rey menatap mamanya.

"Baik. Dia selalu membahas masa kecilmu ketika waktu senggang," Jawab beliau tersenyum.

Rey tertawa ramah, "Benarkah? Bagaimana ucapnya?"

"Rey kecil tidak jauh beda dengan aku yang dulu," Ucap Mamanya menirukan suara berat lelaki.

Rey tertawa lagi.

"Dia penuh dengan cinta dan kasih sayang. Bahkan kucing tak bertuan siap ia selamatkan demi tidak kehujanan di alam bebas, walaupun ia tahu kalau ia sedang pilek,"

Rey mulai tersenyum, "Aku tidak mengingat yang itu. Jika papa mengingatnya, pasti aku sudah terlalu nakal," Ucapnya.

"Tidak,"

"Mama selalu bersyukur bisa memiliki putra sepertimu, Rey" Rey menatap mamanya lekat.

"Kau berbeda dari lelaki SMA lainnya. Kamu ini penurut dan juga baik," Mamanya mulai mengelus rambutnya, penuh kasih.

Sambil tertawa canggung, Rey menyuapkan sesendok nasi ke bibir mamanya.
"Ini, Ma. Aaaaa-"

Kini keduanya bertatapan sambil tertawa.
"Ini persis seperti yang Mama ajarkan padamu waktu kecil,"

"Iya," Rey tertawa bahagia.

Lalu beberapa saat kemudian, suasana berubah.
"Mama ingin sekali kamu sukses. Kamu layak untuk begitu karena sifatmu yang yang seperti sekarang,"

Rey yang tengah mengunyah makanannya, kini mulai menelan.
"Mama tidak perlu khawatir," Ucapnya lalu Mamanya sigap menjawab.

"Bagaimana tidak khawatir?"

Rey terhenti. Mulai bertanya, "Ma-"

"Kamu terlalu baik. Bahkan kamu merelakan hidupmu untuk perempuan yang belum menjadi siapa-siapa di hidupmu, Rey!" Ucap Sang mama meninggikan nada.

Rey sangat terkejut. Ia tak menyangka topiknya bisa sampai sini. Selain itu, ia juga tak terima.

"Mama?" Rey memincingkan mata.

"Kamu bukan siapa-siapanya Rey. Kamu tidak perlu bertanggung jawab pada hidupnya!"

"Kamu pantas terbebas darinya! Ada banyak perempuan yang bisa kau pilih di luar sana jika kamu telah sukses!"

Forgive My Eyes (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang