7 : Putus?

87 39 42
                                    

Tuk meluapkan sakit yang mendalam, tak cukup satu-dua kata untuk dapat mengungkapkannya. Sialnya, Elena merasakan hal itu.

Duka yang datang sejak kata-kata yang meluncur dari bibir mama Rey membuat otaknya overthinking sehingga tak mampu berdiri sementara mengetahui kakinya akan lemah.

Benar, sosok itu telah pergi. Tapi Elena belum bisa melupakan semua kata-kata wanita itu.

"Kamu mau jadikan Rey seperti kamu? Tanpa masa depan?!"

"Tante, maksud Elena-" ucapan Elena terhenti karena otaknya sudah penuh dengan kebingungan.

"Elena. Sadar dong, Rey itu pantas mendapatkan apa yang dicita-citakannya"

"Kalau kamu sudah dibantunya sepenuh hati, setidaknya balas dia dengan sedikit pengorbananmu"

"Jangan sampai gara-gara kamu, Rey gagal"

"Jangan sampai gara-gara kamu, keluarga kami kecewa,"

"Karena sepanjang keturunan kami, belum ada yang pernah mencari pasangan orang disabilitas seperti kamu,"

"Rey itu unik dan setia, jadi tante biarkan"

Elena menyeret selembar tissue dari atas meja tanpa ia tahu berapa jumlahnya. Ia menangis.

Sepanjang mendengarkan lagu sayu dari radio, ia terus terhuyung dalam bayangan ketakutannya pada Rey.

Rey akan membuangku?

Apa keluarga Rey sebenarnya membenciku?

Apa kesalahanku? Aku juga tidak ingin menjadi buta!

Siapa yang akan kucari selain Rey?

Tangisannya tak berhenti hingga sebuah teleponnya berdering.

"Hai, ini Elena?"

Suara siapa? Elena tak tahu. Pikirannya belum bisa fokus.

"Nggh-, Halo?" Ia mati-matian berusaha menahan pilek-akutnya.

"El, ini kami. Nabil dan Dea,"

"Iya, ada apa?" Jawab Elena singkat. Keinginannya untuk menutup telepon sangat besar! Kegiatan menangisnya belum usai...

"Kami ingin tanya sesuatu. Tapi tolong jangan emosi dulu ya?"

"Iya. Ada apa?"

"Kamu-" Mereka ragu membuat Elena sedikit emosi.

"Apa?"

"Kamu masih pacaran sama Rey?"

Elena menunduk. Pertanyaan seputar Rey menganggunya.
"Kalian bisa hubungi aku nanti? Aku se-"

"El, kami bukan bermaksud buat kamu marah. Ini soalnya kita lagi ada di kompleksnya Bella lihat dia lagi kiss sama Rey!"

***

Selama perjalanan menuju pulang, Rey terus tertunduk. Tak sempat untuknya saat ini mengecek isi ponsel ataupun bermain game online, karena pikirannya masih tertuju pada kejadian tadi. Mengingat, ponselnya sendiri dimatikan.

"Maaf," Bella memeluk Rey dengan erat. Tak bisa untuk Rey mengabaikannya. Pria itu sudah terbiasa memeluk dan dipeluk Elena. Lagipula, bukankah Elena sendiri yang menyarankan Rey menghibur Bella?

Bella merasa sedikit geli, lalu segera memundurkan langkahnya sekaligus tersadar.

"Aaa--ee, kamu belum pu--pulang?" Ucap Bella gagap.
Rey menggeleng.

Forgive My Eyes (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang