Bismillah...
____________Senyuman memancarkan energi positif tercetak jelas di perempuan yang sedang mengendarai mobil membelah jalan. Sepagi ini, Lana. Ya, nama perempuan yang kini memakai kemeja hitam dan celana jins itu sedang mengendarai mobil menuju Coffee santuy. Diusia yang masih terbilang muda, Lana sudah menjadi pengusaha kedai kopi.
Tidak mudah untuk perempuan yang memilki nama lengkap Lana Assifa itu menjadi seorang pengusaha. Banyak masa pahit yang harus dia lewati terlebih dahulu. Pernah harus berjualan kopi keliling menggunakan sepeda, malu atau gengsi? Lana rasa itu adalah sifat seorang pengecut, baginya sukses itu butuh perjuangan, pengorbanan, sikap optimis dan harus memiliki banyak stok kesabaran.
Terlahir dari keluarga berada tidak membuat Lana menjadi perempuan manja, pemalas, dan boros. Justru dia banyak belajar dari Papanya, untuk menjadi seorang mandiri. John Pratama, papa Lana adalah seorang pemilik butik yang dirintis dari nol bersama istrinya, Shirren Sekarwati.
Sekitar 10 menit diperjalanan, akhirnya mobil merk Ayla berwarna merah segar itu terparkir dihalaman Coffee santuy yang cukup luas. Walaupun kedai kopi miliknya tidak terlalu mewah namun bisa dibilang elegan dengan bangunan minimalis, didominasi dengan warna coklat tua dan muda yang terkesan hangat dan merakyat, ditambah dengan Walldecor kata kata motivasi dan secangkir kopi beserta daftar menu aneka kopi dan cemilan ringan.
Lanapun mulai keluar dari mobil, lalu mengibaskan rambut panjangnya kebelakang supaya tidak menghalangi wajah cantik plus manisnya.
🦋🦋🦋
"Oh iya, mau pesen apa?"
"Enggak, aku cuma mau kasih undangan pernikahan aku lusa sama Mas Fahri,"
Perempuan cantik berjilbab syar'i itupun menyodorkan kertas undangan diatas nakas. Lana tersenyum bahagia sebentar lagi teman karibnya ini melepas masa lajangnya diusia 24 tahun.
Lana meraih undangan bermotif bunga dengan balutan warna pink dan putih tersebut. "Masya Allah Zara seneng aku dengernya, sebentar lagi temen bebuyutanku nikah juga, selamat ya."
Seketika perempuan yang dipanggil Zara melotot tak selang lama menggeleng lalu menaik turunkan alisnya menggoda.
"Terus kapan nih kamu nyusul? Hem."
"Nunggu, mas Aji siap aja Ra." Lana menghela napas sejenak, "kamu tahu kan bagaimana keadaan ekonomi Mas Aji yang terbilang pas pasan, dia nggak mau kalau sampe nikahi aku tapi penuhi kebutuhan sendiri masih belum mampu."
"Aku tahu Na, cuma saran aku lebih baik kamu kasih tahu orangtua kamu soal hubungan kamu dengan Mas Aji itu, untuk masalah ekonomi pasti orangtua kamu nggak akan jadiin itu masalah, menikah itu tujuannya ibadah bukan hanya memperkaya harta."
"Itu masalahnya, Mas Aji belum mau ketemu Ayah. Kamu tahu kan Ayah orang yang keras dia nggak suka dengan pria yang pekerjaannya belum mapan? Bukan tak mau, hanya saja Ayah ingin melihat anaknya bahagia Ra."
"Iya aku paham. Aku hanya bisa berdoa yang terbaik buat kamu, Na."
"Em maaf mas, saya nggak sengaja."
Suara salah satu pramusaji menyita perhatian Lana dan juga Zara yang sedang berbincang dimeja pengunjung dipojok dekat jendela tak jauh jaraknya, mereka berdua melihat pramusaji tersebut menumpahkan noda kopi dibaju konsumen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Makmun Impian
Romansa{Spiritual><Romance} "Lana, Mas sangat mencintai kamu dan mas akan berusaha menjadi imam yang terbaik untukmu." {Ahlan Al Ghifari} "Maaf ya Mas Ahlan, Lana belum bisa mencintai mas dan mungkin takkan pernah bisa. Maaf mas." {Lana Asiffa} Mungkin ban...