Junkyu tidak tahu apa yang harus dilakukan karena benar-benar yang berdiri dihadapannya sekarang adalah sosok yang sudah pergi meninggalkannya selama dua tahun.
Kembali dengan penampilan yang berubah dan membuat Junkyu hampir terkejut setengah mati. Terutama saat dia merasakan rindu yang kembali menyeruak setelah berusaha ia pendam baik-baik agar tidak menimbulkan perasaan merindu.
"Junkyu..."
Khas suara baritonenya membuat Junkyu langsung memejamkan matanya lalu menunduk. Dadanya terasa sakit, rasa sakit karena rindu yang menusuk dan tak pernah terobati. Junkyu benar-benar merindukan Haruto.
"Kenapa kau kembali?" Junkyu memantapkan hati. Mendongakkan kepalanya dan menatap mata Haruto dalam "Kenapa kau kembali , Bodoh?!"
Emosi Junkyu tidak dapat terkontrol. Air mata bahkan sudah berhasil menggenang di setiap sudut matanya. Kilasan balik memori mereka yang sudah hidup bersama selama tiga tahun membuat Junkyu benar-benar menginginkan untuk memberikan satu tonjolan di rahang tegas milik Haruto.
"Aku disini menjemputmu , Junkyu," Haruto berjalan menghampiri Junkyu yang masih terisak.
"Buat apa kau menjemputku?! Apakah aku terlihat sebegitu mengenaskannya kah hingga membuatmu kembali dari duniamu?!"
"Bukan seperti itu—"
"Kalau begitu kenapa , Haruto?!! Kau pergi seenakmu dan datang sesukamu! Kau kira hatiku ini bisa kau permainkan macam apa?!! Kau dan aku berbeda haruto!"
Nyatanya junkyu semakin sakit saat kembali mengingat alasan kenapa dia harus melepaskan Haruto dulu. Masih sama seperti dua tahun lalu. Perbedaan.
"Dengarkan aku , Junkyu..." Haruto maju menggenggam kedua telapak tangan Junkyu yang hangat. Ah Haruto sudah merindukan telapak tangan ini kembali ia genggam sejak lama "Kita tidak berbeda , Junkyu. Aku dan kau kini sudah ditakdirkan bersama. Aku memilihmu untuk menemaniku di sepanjang keabadian."
Junkyu mengerutkan dahinya. Mencoba berfikir dan yang terlintas adalah kejadian pada hari ini yang sangat aneh "Kau mengubahku?! Haruto kau seharusnya meminta izinku terlebih dahulu!"
"Tidak ada waktu lagi babe. Saat semua tahu bahwa takdir ku adalah menjadi raja dan ratuku adalah dirimu maka kalau aku tidak segera menandaimu maka nyawamu dalam bahaya. Dan aku tidak ingin merasakan kehampaan persis seperti yang aku rasakan saat aku meninggalkanmu."
"Jadi maksudmu?"
"Aku sudah mencintaimu sejak awal. Hanya saja aku tidak berani mengungkapkannya. Tapi hari ini aku berani karena kita bisa bersatu."
Junkyu tidak tahu apa yang harus ia katakan. Badannya menyeruak masuk , memeluk tubuh Haruto yang dibalas juga dengan pelukan Haruto. Dan Junkyu menangis di dada Haruto.
Karena pada akhirnya cintanya terbalas.
"Lalu bagaimana kuliahku?"
"Tinggalkan saja..."
Junkyu tertawa manis dan berakhir memeluk haruto dengan erat "Ada-ada saja."
"Itu memang benar Junkyu. Sekarang kita tinggal tunggu kedua orang tuamu dan aku akan meminta restu kepada mereka. Lalu kita akan pergi."
"Aku kira kau akan membawa aku kabur saat ini juga."
Haruto terkekeh lantas kembali mengecup puncak kepala si manis, "Aku masih mempunyai tata krama , Kim. Terutama kepada calon mertuaku."
Dan yang tidak bisa Junkyu hentikan saat ini adalah muka merahnya yang sudah nyaris seperti tomat.
Junkyu menghembuskan nafasnya berkali-kali. Menatap pemandangan langit Seoul yang perlahan berwarna oranye.
"Kau menyesali keputusan untuk ikut bersama ku hm?"
Rengkuhan erat yang dirasakan Junkyu dibagian pinggang serta tumpuan dari dagu lancip milik sang kekasih menjadi salah satu perihal Junkyu untuk segera menggelengkan kepalanya lalu menyandarkan tubuhnya kearah sang dominan.
"Tidak , Haruto. Aku senang... Tapi ini semua terasa mendadak."
Haruto mengecup sekilas perpotongan leher Junkyu "Maafkan aku."
"Tidak perlu Haruto" Junkyu berbalik menghadap kearah Haruto lantas mengusap pipi pucat milik sang kekasih yang terasa dingin "Justru aku bersyukur kau sudah kembali. Mungkin jika kau tidak datang aku akan segera mati karena perasaan rindu yang tak kunjung terbalas."
Haruto lantas terkekeh "Kau tahu kim. Aku tidak akan pernah membiarkan mu mati sebelum kau menjadi milikku."
"Berarti sekarang aku sudah bisa mati?" Junkyu mengarahkan tangannya melingkar pada leher Haruto.
"Benar. Setelah itu kau akan hidup di sepanjang keabadian bersamaku. Selamanya."
Dan Haruto dengan cukup pelan mendorong Junkyu menyandar pada jendela dan dengan lembut memberikan kecupan pada ranum merah milik Junkyu.
Terasa manis menurut Haruto sama seperti darahnya. Junkyu pun membalas kecupan Haruto dan mendadak mereka merubah kecupan tersebut menjadi lumayan. Saling menghisap dalam kedua belah bibir menciptakan erangan tak tertahankan dari kedua belah pihak.
Saat ciuman semakin dalam dan Haruto sudah melesakkan lidahnya masuk untuk menjelajah rongga mulut Junkyu maka secara otomatis Junkyu juga membalas tautan dari Haruto. Mereka berdua saling bertukar Saliva hingga beberapa menit kemudian.
Ciuman mereka berdua diakhir dengan satu kecupan manis.
"Kau membuatku tegang Babe. Tapi sekarang belum saatnya."
"Kenapa tidak bisa hm?" Junkyu masih tetap mengatur nafasnya yang nyaris habis setelah ciuman tersebut.
"Kau tidak akan kuat. Aku harus menunggumu berubah secara sempurna baru kita akan mengesahkan hubungan ini."
Junkyu terkekeh "Berarti sebentar lagi?"
Haruto menyerengai "Benar. Tepatnya di purnama selanjutnya. Saat itu juga kau akan menjadi milikku seutuhnya My Lilith."
"Dari kemarin kau memanggilku seperti itu. Memangnya siapa Lilith itu?" Junkyu menatap Haruto dalam.
"Itu adalah panggilan untuk pasangan dari Penguasa Vampire. Dan aku memilihmu sebagai pasangan ku."
───────────────────────
Don't forget for vote and comen !
───────────────────────Satu capt lagi tamat gaes semangat kivv ! gimana suka gak ?
see next chapter !─ nenglilis
~Adios !
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT ៸៸ HARUKYU ✔
Fanfiction𖥻 just harukyu world ─ homopobic minggat. ─ bahasa semi baku. ﹫. ft ' treasure