sebelumnya ; [ 📼 : mendarah, nadin amizah ]
aku nggak begitu pandai milih audio. anggap aja itu sebagai backsound. jd volumenya kecil aja.malam tadi tuhan memperliatkan lelaki yang pernah jadi peran penting dalam hidup. tanpa tujuan. bukan pernah bahkan telah mendarah. selalu menelusup pada rapal. berharap bertemu kembali.
seketika sekujur tubuh jingga kaku tatkala dia didepan mata. menampilkan sesosok bak pangeran tampan entah dari kerajaan mana
"juna?" tanya jingga takut-takut. sedang yang diajak bercakap hanya bungkam dalam-dalam takut sebut salah nama. kalau tidak salah mamanya jingga.
pada tepian jembatan. telah dirundung segala jenis rasa. disana mereka pertama berjumpa. disana mereka bersama melepas rela. pun disana mereka dipertemukan setelah lepas dari sekian warsa.
kumpulan lipur manifestasi telah takjub dibuat dua orang anak manusia yang bingung mau bercakap apa. sama-sama bingung ditelan hampa. sama-sama sakit diikuti nestapa.
bukan satu diantara mereka tapi keduanya telah dipeluk oleh rindu sama. mereka pernah bersama, tapi tak pernah jadi satu. sebab dulu mereka tidak tahu menahu tentang cinta. hanya sebatas dua orang yang saling merasa. dibuat rindu bersenandika dikala senja.
"hai. jingga?" lantas tanya keluar dari kurva pada si taruna. "apa kabar?" jingga masih saja kaku tak percaya sosok taruna yang selama ini ia banggkan dalam hidup masih ada. hanya saja dengan rupa yang sedikit berbeda.
tapi apa dengan rasa yang konstan ?
legamnya bentangan nabastala kian dihujami ribuan cahaya gemintang. dan mungkin saja pendarnya telah dicuri pada manik milik mereka berdua.
ramai ricuh orang-orang bersorak sorai seraya kembang api diluncurkan. terkecuali dua insan yang masih bertatap aksa sekedarnya. tak sadar sudah masuk lembar tahun baru.
"aku? b,baik juna" dikejutkan dengan hawa ricuh mereka makin mendekati pinggir jembatan kota yang ramai manusia penikmat hal baru.
padahal, kalian tahu. jingga dan juna sama-sama tidak suka tahun baru. mereka selalu diselubungi rasa takut akan waktu yang terus saja berlalu.
"selamat tahun baru. jingga" jari jemari mereka mulai bertaut dibuat kelamnya kehidupan manusia. yang satu berharap bisa bersama selamanya. yang satu hanya sebatas menuai rindu.
lantas jingga melibat kearah genggaman juna yang kian makin mengerat. "juna"
"iya?" begitu kata juna mengalahkan lembutnya sarayu malam seraya bertatap muka pada si puan tercinta.
"jangan pergi lagi. aku rindu" tutur jingga berisi berjuta mimpi dari palung hati paling dalam. dua sudut labium juna tertarik mengalakan indahnya terik. "enggak akan. besok kita pergi jalan-jalan, mau?"
jingga mengangguk memberi tatap asa lebih pada si tuan juan. pertanda bahagia mereka sederhana. sebatas bisa bersama itu lebih dari cukup. tapi tanpa jingga tau mereka jua punya matriks anca pada dirgantara.
jingga telah dibuat dewana dengan taruna paling sederhana jika diartikan secara cumbu.
keluh dibalut ucap.
tatkala jadi penenang diakala gundah.
mengorbit pada bahtera.
pun hidup makin dibuat kalu.
akhirnya jua butuh peluk.avv. gimana gimana? apa kabar. sehat.
setengah mati aku bimbang sama cerita ini. harus pake renjun apa winwin. tapi yashudahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Dikala Sendu
Romance𝙛𝙩. 𝙝𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙧𝙚𝙣𝙟𝙪𝙣 ❛ kalau kamu punya beribu alasan untuk sedih, berarti kamu harus punya senggaknya satu alasan buat tersenyum ❜