1. Anak Baru Bu Mimi

219 16 1
                                    

Bagi para penjual makanan keliling, kos-kosan di ujung jalan Anggrek II itu selalu jadi sasaran empuk untuk menglarisi jualan. Tinggal membunyikan mangkok atau berteriak isi dagangan mereka, pasti ada saja yang menjulurkan kepalanya keluar jendela.

"Bang, beli, bang. Beliiii!"

Kalau satu orang sudah keluar, maka yang lainnya pasti ikut-ikutan sampe penjualnya bingung sendiri sama permintaan aneh anak-anak itu.

"Bang, mie ayamnya nggak pake daun bawang ya!"

"Aku nggak pake kuah, Bang."

"Bang, cabenya dibanyakin."

"Bang, baksonya pake mie indomie punya gua aja bang."

"Bang, ketopraknya nggak pake tahu ya!"

"Bang bisa nggak nuang airnya nggak ditutupin jempol gitu?"

"Bang..."

"Bang..."

"Bang..."

"Bang Chan, motor lu jangan parkir depan pagar gini dong elah. Ngalangin jalan," kalau ini sih omelan Hyunjae pada Chan atau teman-teman mereka yang nggak tahu adab bertamu.

Pagi ini, giliran Bude Pecel yang mencoba peruntungannya ke kontrakan itu. Sudah nyaris sebulan penghuninya pulang kampung karena liburan semester, dan kini sudah mulai terlihat tanda-tanda kehidupan disana walau semester baru baru masih tiga hari lagi.

"Pecelnya, dek! Gorengan...pecel...pecel!" teriak Bude. Di antara para penjual keliing itu, Bude punya privilage untuk keluar masuk area indekos dengan bebas. Mungkin karena nggak perlu bawa gerobak besar seperti penjual lainnya. Cukup dengan bakul berisi pecel dan gorengan, ia pun dengan mudahnya mendorong pagar dan langsung menggelar isi dagangannya di teras rumah.

"Pecelnya satu, bude," dari dalam rumah, muncul seorang laki-laki jangkung dengan handuk tergantung di lehernya.

"Gorengannya juga dek?" tanya Bude. Tangannya langsung sigap meracik bahan-bahan pecel, lalu menyiramnya dengan bumbu kacang.

"Tempenya deh dua."

"Dipotong-potong?"

"Iya dong, bude. Seperti biasa."

"Oke seperti biasa ya, dek Lucas ganteng!"

"Bude aku juga mau satu," dari lantai dua, Yena menjulurkan kepalanya. "Pake bakwan satu, tempe satu, dipotong-potong kecil ya, bude."

"Siap, dek!"

"Gua juga mau dong!" terdengar suara teriakan lainnya dari lantai atas.

"Pake gorengan nggak, Kak?" tanya Yena.

"Pake. Samain kayak punya lu aja, Yen," jawab Yerin sambil membuka pintu kamarnya, lalu ikut menjulurkan kepalanya ke bawah.

"Cas, bawain ke atas dong," ujar Yerin.

"Dih, sultan banget hidup lu, Kak," balas Lucas.

"Elah gua lebihin seribu nanti ganti duitnya."

"Seribu dapat apaan anjir?" seru Lucas.

"Dapat gorengan satu, dek," celetuk Bude.

"Nah bener tuh. Bude, tambahin gorengan satu ke Lucas ya," kata Yerin sebelum mengurung dirinya lagi di dalam kamar.

"Gua juga dong, Cas. Bayarin dulu ya... ya...ya! Lagi bocor nih nggak bisa ke bawah," ujar Yena, lalu langsung masuk kamar mandi tanpa menunggu persetujuan Lucas yang langsung misuh-misuh, tapi tetap aja nurutin permintaan dua cewek itu.

Sweet PeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang