DUA

21.4K 502 2
                                    

Hillary POV

Sinar matahari terik membangunkanku. Aku membuka mata pelan. Cahaya terang memasuki retina mataku tanpa terhalang. Aku mengangkat tanganku menghalaunya. 'Jam berapa ini?' Aku melihat sekeliling, masih di tempat yang sama sejak tadi subuh. Kakiku bergetar namun tetap aku paksa untuk berdiri. Aku terus berjalan dengan kaki tertatih. Perutku berbunyi tanda lapar. Tidak ada pohon berbuah yang dapat aku makan untuk sementara. Tenggorokanku kering, aku juga haus. Aku menengadah ke langit, matahari sudah tepat diatas kepalaku. Pastilah ini sudah tengah hari. Aku tak kuat lagi dan kembali berteduh, panas terik ini membuat aku lebih merasa kelelahan.

Aku tidak bisa mendengar suara mobil atau kendaraan dari jauh. Aku menghela napas panjang. Pipiku terasa memar, kedua tanganku juga terdapat tanda biru. Panji memukul dan mencengkramku kuat sekali. Aku kembali tertidur, hanya ini yang bisa kulakukan hingga tenagaku terkumpul kembali. Menjelang sore, aku kembali berjalan. Aku terus menyusuri jalan kecil di hutan tersebut, pastilah orang – orang sering melaluinya sehingga terbentuk jalan ini. Hari mulai gelap, mataku berbinar saat melihat pohon pisang yang berbuah. Aku mendekatinya dan melihat 3 buah pisang yang sudah menguning di sela-sela buah yang hijau. Aku memetiknya dan segera melahapnya rakus.

Aku menghela napas panjang, setidaknya perutku terganjal sementara. 'Apa mama sedang mencariku?' Aku menatap kedua tanganku sedih. Biasanya beliau akan menggenggam tanganku terlebih dahulu jika sedang mengkhawatirkanku. Aku kembali melangkah, hari semakin larut. Akhirnya aku berhasil keluar dari hutan tersebut. Aku bernapas tenang. Aku memijakkan kaki diatas aspal. Namun tidak ada kendaraan yang lalu lalang, di hadapanku hanya beberapa rumah dan tampak sepi. Aku masih belum mendapat clue di mana sebenarnya aku berada. Aku terus berjalan di lorong setapak, mungkin sekarang sudah tengah malam sehingga lingkungan ini seperti tak berpenghuni.

"Hey!" sebuah suara mengangetkanku.

Aku menoleh segera dan melihat tiga orang laki-laki berdiri tak jauh dariku. Mereka berjalan sempoyongan. Ditangan mereka terdapat botol minuman keras. Tubuhku bergetar seketika, mereka mabuk! Aku mengabaikan mereka dan berjalan cepat berusaha menyeret kakiku yang kaku.

"BERHENTI!" teriak yang lain. Aku terus berlari, aku tak ingin dilukai lagi. Mereka mulai mengejarku sembari mengeluarkan kata-kata kotor. Aku semakin panik dan mempercepat langkahku.

"WANITA JALANG!" seorang dari mereka berhasil menarik rambut panjangku.

BUKKK!

Aku terjatuh diatas aspal dengan bunyi keras. tubuhku terhempas. "TIDAK!" aku menolak keras. "Le...lepaskan." Pintaku dengan suara terbata-bata. Mereka tidak ingin mendengarkan dan mulai memegangi kedua tanganku dan kakiku.

"Cantik benar!" puji salah satunya.

"Kita dapat jackpot malam ini."

"Aku yang duluan."

"Sialan! Aku yang menarik rambutnya tadi, aku yang duluan."

"Aku yang tadi memanggilnya duluan."

"Kalian lupa aku yang memegang kakinya duluan." Mereka mulai bertengkar. Aku berusaha kabur tetapi mereka mengurung anggota tubuhku erat. Air mataku kembali mengalir. Lepas dari Panji, aku justru berakhir di sini. Aku menatap pasrah langit malam berwarna hitam kelam. Aku menyerah.

Aku tak peduli apa lagi yang terjadi padaku. Mereka membuatku berdiri dan menyeretku ke suatu tempat. Bau alkohol dari mulut mereka nyaris membuatku muntah. Aku berusaha berontak namun berakhir memar. Mereka memukuliku agar patuh. Aku kembali tersungkur diatas tanah. Tubuhku benar-benar remuk. Aku tak kuat lagi. Mereka mulai membuka pakaianku dan memperlihatkan bra milikku.

Girl In White Lingerie (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang