EMPAT

16.3K 568 6
                                    

Elijah POV

Aku terduduk menikmati whiski di dalam kantorku yang sepi. Hanya ruangan persegi panjang ini yang mengerti isi hatiku. Aku benci keramaian, dari dulu aku membencinya. Handphoneku di atas meja terus berdering menunjukkan bermacam-macam nomor. Aku mengabaikannya, paling hanya wanita-wanita gila uang dan tahta itu. Sebagai satu-satunya penerus Jonathan Corp, satu hari penuh ketenangan seperti saat ini akan sangat mahal harganya.

Banyak yang mengatakan semakin tinggi posisimu, semakin berkuasalah seseorang bahkan mereka tak perlu bekerja. Jangan pernah mempercayai statement itu. Pada kenyataannya semakin berkuasa seseorang, mereka justru semakin memikul beban berat. Ratusan bahkan ribuan nasip pekerja di tangan mereka. Satu keputusan salah akan berdampak pada sebagian besar karyawan. Ayahku berasal dari keluarga kaya raya turun temurun dari puluhan generasi. Beliau pebisnis yang sukses.

Ibu kandungku merupakan istri kedua. Istri pertama ayahku wafat karena kecelakaan tragis. Mereka tidak tahu sebenarnya jika wanita itu mati ditangan ayahku yang otoriter. Beliau menemukan fakta jika istrinya tersebut berselingkuh di belakangnya dan kecewa oleh karena fakta itu.

Tak menunggu waktu lama, satu minggu kemudian ibuku pun menikah dengan ayahku karena perjodohan. Ibuku merupakan puteri seorang pejabat sekaligus professor berpengaruh. Ayahku membutuhkan koneksi dari keluarga ibuku untuk melancarkan bisnis kotornya. Ayahku meneruskan bisnis property turun temurunnya namun ambisi membuatnya ikut dalam bisnis gelap.

Ayahku mengikuti kehidupan pamanku yang adalah seorang mafia. Memang benar mereka juga ikut dalam rantai kegelapan itu, namun kakekku menginginkan ayahku hanya mengurus bisnis legal. Bisnis illegal itu hanya untuk anak keduanya. Namun ayahku terlalu berambisi dan gelap mata. Sejujurnya ayahku lebih baik memimpin di banding pamanku, itulah mengapa jaringan illegal itu semakin sukses di bawah arahan ayahku.

Nasip berkata lain diusianya yang menginjak 45 tahun, pamanku terbunuh oleh jaringan mafia yang lain. Mereka memperebutkan wilayah kekuasaan. Saat itulah seluruh otoritas jatuh ditangan ayahku dan kemudian diteruskan ketanganku. Aku masih sangat muda ketika harus mempelajari semua bisnis itu, illegal maupun legal. Tepat berusia 17 tahun, aku mulai mengikuti ayahku bekerja secara nyata di lapangan. Aku tidak pernah bisa keluar rumah tanpa pengawalan. Bagaimanapun hanya akulah penerus satu-satunya. Kehidupan keluargaku pun sangat tertutup.

Handphoneku kembali berdering, kali ini nama ayahku tercetak di sana. "Halo." Jawabku.

"Pulanglah weekend ini. Mamimu merindukanmu. Papi tahu kamu tak terlalu sibuk saat itu."

Aku sudah akan membantah ketika aku memilih mengalah. Sudah satu bulan aku tak pernah pulang karena kesibukanku. Ibuku pasti sudah sangat rewel. Beliau selalu melihatku bagai anak kecil. "Oke, Pi."

"Dan jangan lupa selalu membersihkan mesin pistolmu." Nasehat ayahku.

Aku selalu menyimpan dua pistol terpisah di bawah bantalku untuk berjaga-jaga. Ayahku tak ingin kejadian yang menimpa pamanku juga terjadi padaku karena kecerobohan. "Iya, Pi." Kataku patuh dan memutuskan hubungan telepon. Aku menghela napas panjang dan meraih dua pistol itu. Aku mulai membongkarnya dan membersihkannya pelan. Aku tersenyum kecil saat mengingat ini adalah hadiah pertama yang aku terima saat berusia 10 tahun dari pamanku.

Sejak saat itu aku sangat menyukai olahraga menembak. Bahkan di usia 16 tahun, aku sempat mengikuti olimpiade dan memenangkan medali perak. Hanya meleset satu angka dari juara pertama. Aku lumayan banyak mengumpulkan medali dari cabang menembak hingga usiaku 25 tahun dan harus fokus terhadap bisnis ayahku. Terlebih beliau ingin pensiun dengan segera.

Aku kembali menyesap whiskiku dan memandang langit malam yang kelam. Aku melihat pengawalku memberi hormat dari kejauhan. Mansion ini dijaga ketat oleh hampir 50 pengawal dan 10 di antaranya terbaik di bidangnya. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam tetapi mataku enggan menutup. Aku kembali meraih pil tidur di dekat meja king bedku dan meneguk dua butir sekaligus. Aku sangat sulit tertidur nyenyak jika bukan karena bantuan pil itu.

Girl In White Lingerie (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang