Silau sang Surya menerobos jendela berdebu di kamar tempat Solar tidur sekarang. Namun, sayangnya Solar tidak ada di kasur.
Di mana dia? Mari kita alihkan ke dapur. Terlihat pemuda abu - abu perak tengah menikmati sarapannya bersama tok Kasa di depannya. NasGor!!!! Sedangkan Cahaya, menikmati ikan serai pemberian tok Kasa.
"Hei! Solar!" -Tok Kasa
"Hm? Ya tok?" -Solar
"Kenapa kulitmu terlihat pucat? Dan, matamu menghitam. Kamu tidak tidur semalam?" -Tok Kasa
"Eee..hmmm....bukan tok. Beberapa hari sebelum atok membawaku ke sini, aku tidak tidur sama sekali. Aku tidak tidur selama 5 hari. Hoaaaam...." -Solar
"Kenapa kamu tidak tidur?" -Tok Kasa
"A..aku...eengg..." -Solar
Belum Solar melanjutkan kalimatnya, Cahaya tiba - tiba berteriak keras dengan nada khas kucing tentunya. Sambil membuat gaya ketakutan khas bangsa kucing.
"Eh?! Kenapa Cahaya?" -Solar
"Miaw..miau...miaw (Aku tak mengapa)" -Cahaya
"Haaah...dasar" -Solar
"Eits! Kamu bisa bahasa kucing?" -Tok Kasa
"Solar juga kurang tahu kenapa. Tapi, semenjak bertemu dengan Cahaya, Solar jadi bisa bahasa kucing. Meski tak sepenuhnya" -Solar
'Hmmm...menarik sekali' -Tok Kasa
Sarapan telah habis disantap. Solar segera pamit ke kamar mandi, ingin mandi tentunya. Cahaya memanjat jendela dan menggulung seperti teringgiling.
Tok Kasa yang menatap kepergian Solar, hanya menyipitkan mata dengan seringaian kecil.
'Tak kusangka, akan sehebat itu' "Solar, kamu masih mengantuk?" -Tok Kasa
"Hah? Gak juga sih" *menggaruk belakang leher -Solar
"Ya sudah, ikut atok" -Tok Kasa
"Kemana?" -Solar
"Ikut saja!" -Tok Kasa
Tok Kasa menggiring mereka --Solar dan Cahaya-- keluar dari rumah kayu miliknya. Ia berjalan ke arah hutan yang lebat.
Denahnya begini. Di perkotaan, ada ruko tempat toko jahit dan apartemen mewah berdampingan. Di antara kedua gedung itu, ada sebuah gang yang agak sempit dan lumayan gelap. Lurus, lalu akan ada rumah kayu milik tok Kasa di bagian kanan. Pemandangan di sekitarnya banyak kayu - kayu seperti tempat di toko bangunan dan pohon - pohon rindang yang seakan menutupi rumah hijau dan coklat kepunyaan tok Kasa. Jika diteruskan, maka akan ada hutan yang penghuninya mayoritas adalah para burung dan serangga - serangga kecil. Tapi, memang masih ada hewan buas Di hutan inilah tok Kasa membawa Solar.
"Banyaknya burung" -Solar
Hampir semua burung berkicau - kicau bernada melodi musik. Membuat hutan itu terdengar berisik.
Kini, tok Kasa berhenti tepat di depan air terjun yang cukup deras dan menjulang tinggi. Nada - nada daun pepohonan menambah kesan murni alam yang mencoba bernyanyi ria.
"Solar, buka hoodie mu!" -Tok Kasa
"Ta..tapi, untuk apa?" -Solar
"Buka saja. Dan biarka kaosmu tetap terpasang" -Tok Kasa
"Haaah..." -Solar
Solar membuka hoodie nya dan membiarkan angin menusuk setiap urat di tubuhnya. Hoodie itu, ia gantung di salah satu ranting pohon.
Hingga, suasana seakan berubah bagi Solar. Kilau matahari masuk lewat celah - celah pohon, tarian angin membawa dedaunan di dalamnya dan suara ketenangan dari air terjun berhasil menghipnotisnya.
Ia menutup matanya dengan raut tenang. Setiap goresan udara yang bergerak, mengelus lembut pipinya. Di saat itu, ia merasakan ada seseorang yang mengelusnya. Namun, itu hanya usapan dari angin sejuk di sekitarnya. Seulas senyuman terpapar di wajahnya.
Tok Kasa mengajak Cahaya menjauh dari Solar dan membiarkan Solar mencoba menenangkan diri.
'Jadi, begini rasanya hawa alam?' -Solar
Entah bagaimana, Solar teringat akan kejadiannya di rumah dulu. Perih, sakit, tersiksa, ketakutan, kesepian dan tak tenang. Semuanya ia tampung dalam otaknya, sendirian.
"Kenapa kau di sini?!"
"Awas saja jika kau memberi tahu pada saudaramu yang lain"
"Mereka bisa tak selamat"
"Harusnya aku tak perlu membawamu waktu itu"
"Apa kujual saja dia?..."
"...atau kujadikan budak kali ya?"
"Pergi tinggalkan tempat ini, atau kau akan menerima semua resikonya..."
"...di mana saudara - saudaramu akan terlibat"
Bayangan masa lalu yang melintas cepat. Seharusnya, ia memberi tahu 'hal' itu secepatnya pada abang - abangnya. Kecerobohannya melukai dirinya sendiri.
"Nah, Solar latihannya selesai" -Tok Kasa
"O-....latihan?! Latihan apa?! Waduuuh....aku belum mengisi kertas nya!" -Solar
"Hahahaha...bukan latihan tertulis" -Tok Kasa
"Eee...lalu latihan apa?" -Solar
"Latihan untuk menenangkan pikiranmu" *melihat ke air terjun "Melihat tingkahmu dan kondisi mentalmu, atok tahu bahwa kamu sedang banyak masalah. Pikiranmu terbebani, kehilangan arah dan kesepian" *tersenyum -Tok Kasa
"Hah?" -Solar
"Ya sudah pakai hoodie mu lagi, ayo kita pulang" -Tok Kasa
Solar mengambil hoodie yang diberikan tok Kasa. Lalu memakainya dan mengikuti tok Kasa untuk keluar dari hutan tersebut.
Bentuk wajahnya menggambarkan kemurungan dan wajah dingin, setelah tok Kasa berkata 'Pikiranmu terbebani, kehilangan arah dan kesepian'. Ia baru pertama kali bertemu dengan orang yang dapat menggambarkan sakitnya sejauh ini, walau tak sepenuhnya.
Solar's POV
Bertahun - tahun aku menghabiskan waktuku untuk bertameng dari semuanya. Sehelai kertas pun tak pernah kutemui untuk mengungkap rasa perih yang amat menusuk. Membiarkan aku sendirian mencari jalan keluar dari jurang kegelapan.
Hingga aku bertemu dengan sosok kakek tua namun, berhati muda. Ia membawa masa mudanya bersamanya selama ia masih bisa membuka mata. Dan mengobati sedikit luka tak kasat mata ini.
Semua kecerobohanku selama ini, menjerumuskan aku ke dalam penjara ini. Semua yang kuharapkan, akan menjadi lembaran sejarah yang terlupakan. Semua yang aku gapai, akan membusuk bersama makhluk lainnya. Semua kata - kataku, bagaikan angin sepoi - sepoi mengibas rambut.
Aku masih terlalu polos untuk melihat semua ini. Aku masih terlalu lugu untuk mengatakan semuanya. Aku masih tak faham, dengan siapa saja di depanku.
Melodi seruling bambu masih belum cukup menyampaikan panjangnya pertahananku. Tuts piano masih belum dapat menandingi segala kata - kata yang ingin aku keluarkan. Bunyi triangle, masih belum dapat menamatkan kegelapan ini.
Matahari tak akan bersinar selalu. Posisinya akan berganti dengan malam.
Solar's POV end
To Be Continued...
__________________
Akankah diri ini mampu menanggung kosongnya otak?Quotes yang gak penting :v
Atau, itu bukan quotes? :'DSee you on the next chapter
Assalamualaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Kacamata Jingga
AdventureMenjadi anak bungsu tidak buruk Hanya saja, aku merasa seperti hama Semua kebenaran yang kuucapkan tak berharga di telinga kalian Hanya terpengaruh terhadap hasutan tak berguna Setiap alfabet yang ku keluarkan, layaknya sebutir debu di siang bolong ...