Ketika pergi

2.3K 201 38
                                    

Suatu malam, Solar duduk di sofa sambil ditatap sinis oleh orang tuanya juga abang - abangnya kecuali Ice dan Duri. Mereka terus menatap Solar dengan marah, kesal dan lain - lain.

Kalian tahu kenapa? Orang tua Solar dipanggil kepala sekolah tadi pagi. Kata kepala sekolah, Solar membully seniornya yang perempuan. Kepala sekolahnya mendapat laporan dari seniornya yang laki - laki. Dan, itu benar - benar membuat geram orang tuanya.

Mari kita kembali dengan kondisi Solar sekarang.

"Kenapa kau membully seniormu?" -Ayah

"Jawab Lar!" -Ibu

Solar hanya menunduk. Ia tak tahu kalimat yang tepat untuk ia jelaskan pada orang tuanya. Sebenarnya, ia tak membully seseorang pun di sekolah. Justru kakak seniornya yang mengajak bertengkar. Dan tak sengaja Solar memukul leher kakak seniornya sampai ia masuk rumah sakit. Abang senior nya mengadu pada kepala sekolah bahwa Solar pelaku kejadian tersebut.

Tapi, mau bagaimana lagi? Orang tuanya sekarang benar - benar marah.

"Jawab!" -Blaze

"Aau!! I..iya bang" -Solar

Blaze memukul Solar agar ia membuka suara.

"Bukan Solar yang melakukannya!" -Solar

"Solar! Kau sudah berkali - kali mengatakan itu! Tapi, kenapa kau tak mengaku saja?! Tak usah mengelak dari kami!!" -Halilintar

Halilintar memukul meja di depannya dengan penuh emosi. Sedangkan yang lain? Hanya bergeming tak bergerak. Yah, Hali itu ketua klub karate di sekolahnya. Dan Hali sudah sabuk hitam.

"I..iya! Bu...bukan Solar pelakunya!" -Solar

"Solar! Mengaku saja, jika kau tak ingin ayah menyuruh Hali menghajarmu atau meminta Gempa untuk mengurungmu di gudang" -Ayah

"Hiks...hiks...hiks...So..Solar tak bersalah! Hiks...hiks...kakak senior itu yang mengajak berkelahi bukan Solar!" -Solar

Taufan yang kelihatannya geram, bangkit dari duduknya dan menuju ke Solar. Taufan menatap adiknya sejenak lalu menampar adiknya sehingga pipi Solar memerah.

"Abang Taufan! Hentikan!" -Ice

"Diam Ice!" -Taufan

"Hiks...hiks...hiks..." -Solar

Solar terisak - isak sambil memegang pipinya yang ditampar Taufan tadi. Ia tidak tahu, kalau abangnya yang terkenal ceria itu mempunyai sisi lain.

"So..lar" -Duri

Duri menatap adiknya dengan sayu. Saking tak pedulinya dengan sekitar, Duri segera memeluk Solar yang terisak memegang pipinya.

"Duri! Biarkan a-" -Gempa

"Nggak! Duri gak bakal biarin Solar terluka!" -Duri

"Duri! Kamu itu a-" -Blaze

"Nggak! Pokoknya jawabanku, nggak!! Nggak! Aku gak bakal biarin Solar terluka. Dia itu gak bersalah!" -Duri

Duri terus mengusap punggung adiknya yang sudah tertidur. Walaupun Solar itu sudah SMP tapi, ia masih kesakitan karena sudah terluka dari ia kelas 4 SD.

"Duri!" -Blaze

Blaze mendekat ke arah Duri yang masih memeluk Solar. Blaze ingin memukul Duri tapi, gerakannya terhenti. Ice menangan tangannya.

"Ice! Lepaskan aku!" -Blaze

"Blaze" *suara dingin "Tak bisakah kau biarkan Solar tenang? Dia masih terlalu dini untuk menerima pukulanmu yang sudah SMA" -Ice

Di Balik Kacamata JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang