Blaze mencegah Solar untuk pulang. Ia meminta Solar untuk ikut dengannya. Yang diajak hanya mengangguk ragu. Hali menutup kedai lebih cepat dan segera mengikuti Blaze dan Solar yang hendak pulang ke rumah.
"Oh ya! Hei! Kalian pulang saja dulu!" -Solar
"Baik bos!"
Para rekannya tadi mengiyakan perkataan Solar dan berlalu pergi.
"Assalamualaikum! Ayah! Ibu!" -Blaze
Blaze mengetuk pintu rumah begitu sampai di kediaman keluarganya tersebut.
"Waalaikumussa....lam" -Gempa
Gempa yang membuka pintu seketika bersuara pelan dengan raut wajah sedikit terkejut. Tak percaya dengan apa, atau lebih tepatnya, siapa yang ada di depannya ini.
"Eh! Abang Gempa ternyata" -Solar
"S..So...Solar?" -Gempa
Taufan yang kebetulan sedang berada di ruang tengah tempat pintu utama, mendengar Gempa menyebut nama adiknya yang telah pergi. Ia segera berlari ke pintu dan melihat orang di depannya.
Tanpa tunggu, Gempa segera mempersilahkan mereka masuk dengan suara yang agak gemetar.
"Pssst..Blaze! Apa itu Solar?" -Taufan
"I..iya..." -Blaze
Taufan seketika membatu. Tak ada jawaban lagi yang ia lontarkan.
"Si...silahkan duduk" -Gempa
Gempa melayani Solar justru seperti majikan, bukan seperti adik. Solar hanya menatap heran dengan kelakuan Gempa dan duduk di sofa. Solar mengusap pelan sofa itu.
"Hmmm.....kalo gak salah, dulu di sini tempatnya sofa warna putih kan? Tempat aku duduk di saat kalian memarahiku" -Solar
Tak ada satupun yang berani bicara apalagi bertatap muka dengan Solar. Termasuk Hali.
"I...iya" -Gempa
"Assalamualaikum! I'm...home" -Duri
"Waalaikumussalam" -All kec. Sol
Duri yang baru saja pulang terkejut melihat Solar terduduk di sofa. Matanya melebar.
"Solar! Kapan kamu di sini?" -Duri
"O! Hehehe... waalaikumussalam, hai abang Duri!" -Solar
Duri segera duduk di samping Solar.
"Kamu bilang gak mau pulang" -Duri
"Ee..aa..Bang Blaze yang memintaku. Lagipula, apa salahnya?" -Solar
"Bukan itu yang aku maksud! Waktu itu aku ajak kamu pulang, kamu malah nolak!" -Duri
"Ooo....i...itu karena aku sibuk. Sekarang la..lagi waktu luang. Oh iya, ayah dan ibu mana?" -Solar
"Soal itu, mereka sedang keluar" -Taufan
"Oooh..." -Solar
Suasana menjadi canggung semenjak datangnya Solar, si bungsu yang tersingkirkan. Mereka terdiam tapi, pikiran mereka melana ke mana - mana.
'Eergh....bagaimana ini? Nanti Solar akan balas dendam' -Gempa
'Bagus! Dia terlihat lebih gagah daripada aku 😥' -Halilintar
'Haduuuh.....gimana ini? Dia terlihat seperti kejam 😵' -Taufan
'Haaah....semoga dugaanku salah' -Blaze
'Hmmm....tadi Gopal makan apa ya? :v' -Duri
Tok...tok...
Bunyi pintu memecah kecanggungan yang menyelimuti ruang tengah. Hali membuka pintu dan menemukan kedua orang tuanya yang membawa dua kantong plastik.
"Oh ayah, ibu! Masuk!" -Halilintar
Orang tua Hali tersebut mengangkat kaki masuk dan bertatap mata dengan Solar. Seakan terhipnotis, mereka berdua tak bisa menggerakkan mata atau tubuh yang lainnnya.
"So...Solar?" -Ibu
"Hm?" -Solar
Sang ibu berlari menuju Solar dan mendekapnya sangat erat, tak ingin berpisah lagi. Solar membalas dekapan ibunya, dan mulai mengusap punggung sang ibu ketika suhu hangat menghampiri pundaknya. Tepat, sang ibu menangis, menyesal.
"Hiks...hiks...maafkan ibu, nak! Ibu sudah hiks...hiks..banyak salah sama Solar!" -Ibu
"Enng...iy..iya, Solar maafkan" -Solar
Kini, giliran ayah yang memeluk Solar dan turut membuat goresan air bening di wajahnya. Keadaan berubah drastis menjadi tangisan penyesalan. Semuanya mengeluarkan air mata.
"Nak, pulanglah! Ayah minta maaf padamu. Semenjak kamu pergi, rumah jadi sangat sepi. Hiks...hiks...ayah benar - benar minta maaf padamu" -Ayah
Sang ayah terus menggenggam erat tangan Solar. Solar hanya membalas dengan seutai senyum kecil.
"Ayah, ibu aku tak pernah marah pada kalian. Tapi, maaf. Aku sudah tak bisa pulang. Ada begitu banyak urusan di luar sana yang harus kutangani" -Solar
*menunduk "Hiks..hiks...ja..jadi hiks..hiks...Solar lebih mementingkan pekerjaan daripada kami?" -Gempa
Solar kembali tersenyum dengan tambahan wajah yang meyakinkan pendiriannya.
"Bukan. Solar hanya tak ingin merepotkan kalian. Tenang, kita masih bisa berkomunikasi bukan?" -Solar
"Hiks...hiks...Solar janji kan, tak akan melupakan kami?" -Duri
Solar bangkit dan berjalan menuju Duri yang terisak. Ia mengambil tangan sang abang dan menyatukan jari kelingking mereka. Hal yang mereka lakukan dulu.
"Ya! Solar tak akan melupakan kalian" -Solar
Duri spontan terjatuh ke dalam dekapan Solar, air mata berlinang menghiasi wajahnya yang terkenal imut.
Mereka meleraikan pelukan dan Solar menyalami semua saudara - saudaranya serta kedua orang tuanya.
"Solar janji, Solar gak bakal lupain kalian semua" -Solar
Pemuda bermanik abu silver tertutupi kacamata visor jingga tersebut, melambaikan tangan dari dalam mobil.
"Assalamualaikum" -Solar
"Waalaikumussalam" -All
Kata - kata terakhir yang Solar ucapkan sebelum ia berlalu meninggalkan rumah lamanya ditelan jauhnya jarak.
'Haaah...sepertinya Solar tak akan menghancurkan Pulau Rintis' -Duri
"Halo? Ha, bagaimana? Sudah cukup sampai di sini?"
"Sepertinya sudah, kamu boleh selesaikan rencanamu besok. Oh iya, sekarang tak perlu memanggilku 'bos' lagi"
"Baiklah, sampai jumpa"
"Hm! Senang bekerja sama denganmu. Assalamualaikum"
"Ya! Sama - sama, waalaikumussalam"
To Be Continued...
_____________________
Yeee...dapat banyak waktu nak update cerita ni!Oh ya, author lupa kalo tanggal 6 Juni kemarin hari ulang tahun Bung Karno, presiden pertama Indonesia sekaligus bapak proklamator TvT.
See you on the next chapter
Assalamualaikum
![](https://img.wattpad.com/cover/217623509-288-k904529.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Kacamata Jingga
AventuraMenjadi anak bungsu tidak buruk Hanya saja, aku merasa seperti hama Semua kebenaran yang kuucapkan tak berharga di telinga kalian Hanya terpengaruh terhadap hasutan tak berguna Setiap alfabet yang ku keluarkan, layaknya sebutir debu di siang bolong ...