Chapter 28: You Are The Cause of My Euphoria [TAMAT]

321 46 4
                                    



SEPULUH MINGGU KEMUDIAN


Langit Yeongam sebening kristal, warna ceria, biru tanpa batas. Musim semi perlahan datang, membawa segala keagungan warna-warni, serta perkembangan dan kesempatan baru.

Di depan gedung sekolah, diapit oleh gedung dan pot tanaman, Yein mengucapkan selamat tinggal. Yang pertama dari sekian banyak di hari ini.

"Jadi, kamu pergi?"

Yein senyum, terasa hangat. "Iya. Beberapa jam lagi."

"Gimana perasaan kamu?"

"Takut. Tapi udah siap."

Iris mata Kepala Sekolah Son berkelip. "Selamat, Yein. Saya bangga sama kamu."

Hari masih pagi, panas dan lembap, sinar mentari terik mengalirkan hangat yang istimewa. Namun ada angin sejuk, berbisik melalui pepohonan, melewati bunga-bunga, menempelkan kecupan dingin ke kulit Yein.

Yein bersandar pada dinding luar gedung sekolah, wajah memerah setelah dipuji Kepala Sekolah Son. Ekspresi keras, tetapi ada senyum kecil di sana. Kepala Sekolah Son juga menyandarkan punggung, di samping Yein, nampak sporty dengan kacamata hitam dan celana training.

"Institut Seni Seoul," Kepala Sekolah menghembuskan napas. "Kamu pasti suka di sana. Kamu ambil jurusan apa?"

"Photomedia," kata Yein, mengangkat kamera polaroid yang ia kalungkan di leher. Ia mesti membeli banyak roll film beberapa minggu ini, jumlah yang berbeda drastis dari tahun lalu. Minatnya pada fotografi, setelah sidang, kembali jadi rakus. Tanpa sadar Yein bernafsu sekali mendokumentasi semua. "Ini passion saya. Dan akan selalu jadi begitu. Saya gak akan biarkan siapapun membuat saya mengabaikannya, lagi."

"Saya seneng dengernya. Dan orang tua kamu pasti antusias banget kamu pindah lagi ke Seoul."

"Iya, tapi sebenernya saya sambil cari-cari apartemen juga. Pengennya sih berdua temen, biar gak berat di biaya, tapi belum ketemu." Yein mengangkat bahu. "Yah, paling ujung-ujungnya saya tinggal sama Papa-Mama dulu."

"Tinggal di apartemen beda sama di asrama. Apartemen bisa bikin kita ngerasa... terisolasi." Kepala Sekolah Son memiringkan kepala. "Tapi jujur saya sih merasa kamu gak akan masalah dengan kesendirian. Kamu kelihatan baik-baik aja sekarang, semenjak terakhir kita ngobrol."

"Oh, soal itu," Yein meringis. "Maaf ya, Son Gain-nim. Saya gak bermaksud untuk kabur dari ruangan terbirit-birit gitu... dan gak bermaksud merendahkan juga. Saya cuma... ngerasa terbebani. Kayak, akhir dunia."

"Kamu gak usah minta maaf. Yang penting sekarang kamu bahagia dan sehat. Saya sedikit heran sih, sama perubahan kamu. Sebelumnya kamu khawatir banget soal masa depan, soal ninggalin Yeongam."

"Sekarang gak begitu serem," jawab Yein. "ninggalin Yeongam, maksud saya. Saya udah mengalami hal yang lebih besar. Mulai dari nol di tempat lain, pasti akan sulit, tapi... gak akan selamanya sulit. Mungkin iya di minggu-minggu pertama, habis itu... saya akan terbiasa. Saya yakin."

"Setuju," jawab Kepala Sekolah Son.

Yein menghirup aroma laut, tanah basah, dan lotion tabir surya. Ia berharap ada kamera yang bisa menangkap bau, juga rasa. Mengabadikannya, agar sesekali bisa kembali menciumnya. Karena Yeongam yang sekarang, benar-benar terasa seperti Yeongam semasa kecil Yein. Ketika satu blok bagaikan satu dunia, ketika semua nampak baru dan bercahaya dan berwarna-warni, ketika hal terbaik terjadi di sini.

Bukan hanya diri sendiri dan Mijoo yang akan Yein bawa ke Seoul. Tetapi seluruh Yeongam.

"Saya akan datang berkunjung," kata Yein. "mungkin saya pergi, tapi, di sinilah tempat yang bisa saya katakan sebagai rumah."

Euphoria | Yein x Jungkook [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang