Chapter 20: Ke Tempat yang Sama Denganku

296 50 2
                                    


Cahaya mentari dengan cepat berganti menjadi tetesan hujan, begitu mendadak sampai perubahan cuaca jadi headline berita di TV. Yein menghabiskan Selasa pagi menghibur Sujeong, Eunha dan Yooa, yang mesti membatalkan pesta pantai mereka, lalu menghibur Wonwoo, yang gagal mempraktekkan artikel 'menyerap vitamin D dari matahari ketika belajar akan menambah kemampuan mengingat materi'. Wonwoo bahkan sampai ingin menuntut langit. Tanda bahwa otaknya sudah ngebul kebanyakan belajar.

Langit kelabu, mendung yang konsisten sekali lagi memberikan warna menyedihkan di sekeliling kampus dan rasanya bagai musim dingin terulang kembali. Yein selalu membayangkan minggu-minggu terakhirnya di Blackwell dipenuhi oleh tawa canda dan pesta dan momen menciptakan-kenangan yang intens, bukannya malah meringkuk dalam kamar setiap malam dan membaca Sejarah Dunia berulang-ulang, saat hujan lebat terbentur-bentur di jendela.

Yein bersyukur ketika, pada hari Jumat, Mama Hwisun mengundangnya makan malam. Mengesampingkan kecanggungannya, Yein tetap bersyukur. Merupakan sebuah napas segar dibandingkan dengan ramen instan, dan juga kesempatan baginya untuk melupakan asrama, buku pelajaran, dan perpustakaan. Meskipun Yein pikir, suatu saat nanti ia pasti akan merindukan semua itu.

Mama Hwisun memaksa Yein untuk membawa teman, dan Sujeong dengan senang hati mengajukan diri. Entah bagaimana mereka berhasil mengajak Wonwoo, keluar dari kamar asramanya yang penuh dengan gunungan buku dan catatan.

Dilihat dari sudut bangku penumpang, Wonwoo yang menatap hampa jalanan nampak sangat tidak meyakinkan.

"Wonwoo, kamu yakin mau terus nyetir? Gak mau gantian sama aku?" tawar Yein.

Wonwoo mengerjap pelan, kebingungan.

"Wonwoo?"

Punggung Wonwoo menegak, tangan mencengkram kemudi, mata membelalak. "Hah, apa?"

Di kursi belakang, Sujeong memegang erat tali seatbealt. "Yein, kita doa biar selamat sampai tujuan, yuk.."

Kerjapan mata pelan sekali lagi. "Hah, apa?"

"Ya ampun, udah lah minggir aja deh!" Yein menepak pahanya kencang.

Tentu saja Wonwoo masih cengo. "Minggir? Kenapa?"

"Karena seharusnya yang nyetir itu manusia, bukan zombie." ketus Yein.

Mobil Wonwoo, masih penyok akibat bentrok dengan rusa, perlahan menepi. Mereka dikelilingi hutan lebat, langit mendung meneteskan hujan, dan ban mobil memercikkan genangan air ketika berhenti.

Yein keluar mobil, memegangi tas di atas kepala sebagai penutup minimum dari butiran-butiran deras seraya ia berlari kecil memutari mobil, bergegas duduk di bangku supir. Yein melirik Sujeong lewat spion tengah, yang otomatis nampak sepuluh kali lebih lega karena Yein di belakang kemudi.

Cipratan dingin hujan sepertinya sedikit membangunkan Wonwoo. Ia menggosok kasar wajahnya setelah memasang seatbelt, menggeram. "Maaf, maaf. Yang barusan ternyata bahaya juga ya."

"SIM Anda saya tahan ya, Bapak Wonwoo." celetuk Yein, menyalakan mesin.

"Silakan. Pantesan kemaren-kemaren gue nabrak rusa, ya?"

Sujeong terkesiap. "Lo... ngebunuh rusa?"

"Bukan salah gue! Eh, maksudnya, iya gue salah, tapi - itu rusa tau-tau muncul! Gue sampe gak dikasih kesempatan bereaksi. Mana gede pula rusanya." Wonwoo menyikut pelan Yein. "Kejadiannya di jalanan ini, hati-hati aja ya. Orang tua gue gak mau ngeluarin duit lagi buat ngebenerin mobil."

"Udah tau lagi begini, kamu sempat-sempatnya nolak ajakan aku makan di rumah mama Hwisun." Yein berkata tegas.

"Tau, ih! Kebanyakan belajar, jadi gila kamu." Sujeong menambahkan.

Euphoria | Yein x Jungkook [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang