13

57 6 0
                                    

"Mah, Maafin Rere ya? Rere tadi malem gak pulang." Ucap Tere memegang tangan mamanya.

Mama Tere masih diam. Tere merasa bersalah akan hal itu.

"Mah, mama marah sama Rere?"

"Kamu ke club?" Tanya mama Tere.

Tere tak bisa berbohong. Mamanya akan tau jika dia berbohong. Meskipun mereka tidak sering berkomunikasi. Namun insting seorang ibu pada anak itu kuat.

"Maaf Mah, Rere kemarin cuma nemuin seseorang untuk membahas sesuatu kok mah, Gak kerja lagi." Ucap Tere.

"Kamu gak bohongin mama kan?"

"Rere gak bohongin mamah. Rere rencananya bakal kerja di restoran mah."

Mamah Tere tersenyum. "Jangan cari uang seperti dulu ya nak? Mamah diemin kamu dulu itu supaya kamu sadar. Tapi malah sakit Mama yang semakin parah." Ucap Tari mama Tere.

"Iya mah." Tere memeluk mamanya erat. Ini saat-saat yang dia inginkan dahulu dan sekarang terkabul.

"Mah, Rere mau cari kerja dulu ya. Kerja kecil-kecilan yang mau nerima anak SMA." Izin Tere.

"Maafin mama ya. Seharusnya kamu hanya fokus sekolah bukan kerja. Tapi, kondisi mamah yang seperti ini bikin kamu susah." Ucap Tari sedih.

"Mamah gak boleh ngomong begitu, Ini itu sebagai latihan kerja Rere untuk kedepannya." Ucap Tere membuat Tari terharu.

"Mama pasti bakal sembuh. Untuk kamu nak." Ucap Tari membuat Tere memeluk Ibunya erat.

Tere keluar dari kamar ibunya dan segera mencuci wajahnya. Karena tadi dia sudah mandi waktu di hotel.

Tere memakai kaos putih dan memakai rok selutut bewarna merah. Terlihar berani.

Dioleskannya cream wajah dan di akhiri dengan bedak. Merasa bibirnya kurang merah, Tere menambahkan lip cream bewarna nude. Cocok dibibirnya.

Tere melihat dirinya di pantulan cermin dan berdecak kagum pada dirinya sendiri.

"Cantik juga gue." Meski sebenarnya Tere itu polos, namun dia punya jiwa bar-bar yang dia munculkan untuk hal-hal yang perlu saja.

Sikap polos Tere pun mulai hilang saat dia sering ke club dan berciuman dengan berbagai pria muda dewasa dan tua.

Tere mengambil tas ransel kecil mungilnya yang bewarna kuning dengan seret hitam.

Tere berjalan keluar dan menunggu taksi yang dia pesan. Dan ojol Datang lalu dia menaikki motor itu dan tak lupa memakai helm.

Setelah sampai tempat cafe yang dia tuju, akhirnya dia bernapas lega. Kerta lowongan kerja belum di ambil berarti masih mencari pekerja kan?

Tere masuk lalu menuju tempat resepsionis. "Mbak, masih buka lowongan kerja kan?" Tanya Tere tersenyum lebar.

"Mau ngelamar kerja?" Tanyanya.

"Iya mbak. Saya butuh banget soalnya." Ucap Tere memohon.

"Silahkan bertemu dengan bos di sini." Ucap mbaknya lalu mengantarkan Tere ke sebuah ruangan.

"Saya tinggal sebentar. Kamu bisa masuk." Tere mengangguk.

Tere mengetuk pintunya dan mendengar ada sautan di sana lalu Tere masuk.

Tere menunduk memberi hormat pada pria paruh baya di depannya itu.

"Ada apa?" Tanyanya.

"Saya mau melamar kerja." Ucap Tere.

"Kau ada pengalaman bekerja di restoran?"

Tere menunduk dan menggeleng. "Tapi pak, Saya sering kok kalau di rumah bersih-bersih. Untuk melayani pelanggan saya pasti bisa pak."

DUA SISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang