9

57 8 7
                                    

Teresia yang kaget karena tiba-tiba semua tampak gelap. Ternyata seragam putih yang menutupinya. Tere tak tau siapa pelakunya namun dia cukup kesal.

Namun Tere juga mengucapkan terima kasih kepada orang ini yang membuat dia tak melihat pandangan semua orang yang tertuju padanya.

Suasana sudah sepi, Tere berpikir pasti sudah keluar dari kantin. Meskipun tak melihat jalan, pendengaran Tere tetap tajam.

Karena kesulitan berjalan dengan menutup mata, Tere di angkat sedikit oleh orang ini.

Dengan orang di belakangnya yang sekarang sudah memeluknya dari belakang dan menaruh kaki Tere di atas kakinya.

Tere takut nanti orang ini akan keberatan karena berat badan Tere yang lumayang banyak. 50kg bukankah cukup berat? Meskipun begitu Tere tak terlihat gemuk karena tingginya yang cukupdan menambah kesan memel.

"Emangnya Gak berat ya saya?" Tanya Tere.

Tak mendapat sahutan Tere diam lalu dia merasa di angkat sebentar lalu kaki dia menyentuh lantai.

Orang ini memarik seragamnya dari wajah Tere dan Tere melihat Gavin ada di depannya dengan wajah galak.

Gavin menonjok tembok di samping telinga Tere membuat Tere ngilu sendiri di buatnya.

"Kenapa Vin?" Tanya Tere memilin jarinya sedikit takut.

"Kemana kacamata dan rambut kepang lo hah?!" Geram Gavin mencengkram kuat dagu Tere membuat gadis itu meringis.

"Sakit Vin!"

Gavin tak perduli lalu dia mengambil seluruh rambut Tere dan memegangnya kebelangang. Tak jadi dia menggelung rambut Tere. Tak jadi, dia mengacak rambut Tere. Namun dia malah menggeram kesal.

"Salah apa lagi Vin?"

"Kenapa rambut lo di iket kebelakang lo malah tambah can---Jelak Cupu!"

"Apalagi di gelung! Leher lo tuh kelihatan buluk banget!"

"Nih apalagi dia acak-acak. Malah kelihatan kayak orang gila cari suami yang ilang!"

Ucap Gavin yang tentu saja berbohong. Padahal Gavin melihat leher jenjang Tere teringat dengan video yang di tontonnya. Apalagi rambut acak-acakan Tere membuat pikirannya kemana-mana.

"Aku emang jelek Vin." Lirih Gadis itu.

"Kalu udah tau jelek ya jelek aja. Jangan sok ngegerai rambut kacamata di ilangin!"

"Retak Vin. Kacamatanya..." Ucap Tere diawali dengan penekanan dan di akhiri dengan lirihan.

"Kok bisa?" Tanya Gavin mulai pelan.

Tere mencari alasan yang sekiranya tidak membuat Gavin curiga. "Kenapa?" Tanya Gavin lagi.

"Tadi aku taroh wastafel terus aku senggol dan saat mau ambil eh malah ke injek aku." Ucap Tere berharap Gavin percaya.

"Lain kali ati-ati lah!" Ketus Gavin. Tere mengangguk pelan.

"Sekarang lo gak boleh keluar dari sini. Lo harus tetep di gudang dan jangan coba-coba untuk keluar!" Desis Gavin tajam Tere menggeleng pelan.

Gavin mencengkram dagu Tere lagi. "Skit Vin." Ucap Tere lirih. Gavin tersenyum smirk.

"Lo harus nurut sama gue!" Setelah itu Gavin pergi. Namun tiba-tiba dia menghentikan langkahnya.

"Gue niat baik sama lo!" Tere tak tahu maksud Gavin.

"Gue gak bolehin lo keluar karena, Lo itu jelek banget gak pakai kacamata!"

DUA SISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang