Esok paginya Asma bangun sedikit terlambat. Dia menggendong ransel ungunya di sebelah bahu kanannya. Dengan tergesa gesa ia lari sambil memakan sepotong roti di mulutnya.
"bang buruan, Asma nanti telat" pinta Asma sembari naik ke motor abangnya. Tanpa pikir panjang Indra langsung aja nge gas motornya sampe ke sekolah Asma.Setibanya di Sekolah, Indra langsung ninggalin Asma di depan gerbang. Benar saja, Asma udah telat. Gerbangnya udah ke tutup 10 menit yang lalu. Asma terlihat bingung mematung di depan gerbang. Tiba tiba saja ada cowok yang berseragam sama dengannya datang dengan motornya. "lo telat juga?"
Asma melihat ke arah suara itu. Dia menemukan sosok orang yang ia pikirkan semalam. Asma cuma ngangguk ke cowok itu yang menandakan jawabannya iya.
"ikut gue yuk"
"kemana Tam?"
"udah ikut aja" ajak Tama yang terlihat mengode Asma untuk naik ke motornya. Asma naik ke motor itu dengan hati hati dengan posisi tangannya berada di bahu Tama.
"siap?"
Asma cuma tersenyum. Tanpa pikir panjang Tama melajukan motornya. Dia membawa Asma ke sebuah tempat yang terlihat ramai dipenuhi oleh anak kecil. Yang bener aja, Tama bawa Asma ke SD Garuda, tempat Tama sekolah dulu. "ngapain kesini?!" tanya Asma heran.
"bolos" jawab Tama santai.Tama berjalan ke akang penjual somay depan sekolahan. Sedangkan Asma cuma mengekor di belakang Tama. Tiba tiba Tama berhenti tanpa aba aba, Asma yang sedari tadi cuma mengekor ga sengaja nabrak Tama dari belakang. "lo demen banget nabrak gue perasaan" goda Tama. "lagian lo berhenti tiba tiba, kan nabrak jadinya" balas Asma gak terima.
Tama memalingkan wajahnya ke akang penjual somay. "kang, somaynya 2 bungkus!"
Akang penjual somay ngacungin jempol ke Tama."mau ke dermaga?"
"boleh" Asma tersenyumDua insan itu kembali ke motornya lalu melaju ke sebuah dermaga. Asma mendapat tugas memegang kedua bungkus somay yang sudah dibeli oleh Tama. Sepanjang jalan Asma hanya tersenyum memandang kaca spion yang tertampang jelas wajah cowok yang memboncengnya itu. Tama yang daritadi menyadarinya hanya tersenyum miring.
Aku sepertinya jatuh cinta, dengan kamu yang baru kukenal kemarin. Kupikir kamu buruk, tapi kamu indah. Seperti bulan yang menerangi malam, kamu bisa menerangi hatiku. Seperti crayon yang mewarnai gambarku, kamu sudah mewarnai hariku.
Asma tertegun dalam lamunannya, masih tersenyum memandangi kaca spion. Tama menghentikan laju motornya, mereka tiba di dermaga. Asma masih saja memandangi wajah cowok itu, tampaknya ia belum sadar.
"udah dong liatinnya, gue tau gue ganteng" senyum miring
Asma tersentak, dia memalingkan wajahnya ke air laut dan segera turun dari motor dengan hati hati. Asma berjalan ke tepi dermaga lalu duduk dan menaruh somay yang sedari tadi di pegangnya. Tama mengikutinya lalu duduk di samping Asma, dia memandangi gelombang air laut dan tersenyum. Sudah lama ia tidak kesini. Dia memberikan sebungkus somay pada Asma dan menyuruhnya memakannya.
"makasih" Asma memakannya sembari memperhatikan air laut yang gelombangnya masih sama.
Tiba tiba
"mantan lo berapa?"
uhuk uhuk
Asma tersedak, dia kaget mendengar pertanyaan yang dilontarkan cowok disampingnya. Tama buru buru mengambil air di motornya dan memberikannya pada Asma.
"minum dulu, hati hati kalo makan" ucapnya sembari memberikan botol air yang dipegangnya pada Asma.
Asma langsung meminum air dari Tama. Dia terdiam sejenak dan memperhatikan Tama. "kok nanya itu?" Asma kembali melempar pertanyaan pada Tama.
"gapapa, mau tau aja" jawab Tama datar. Asma cuma ngangguk ngangguk dan berkata "gapunya mantan, gapunya pacar, mau nanya apalagi?"
"oh, bagus" Tama tersenyum miring.
Asma gabalas pernyataan itu, dia cuma heran kenapa dia bisa suka sama cowok aneh kaya Tama.Tam, coba aja lo tau kalo gue cuma mau pacaran sama lo. Sejauh ini, gue baru ngerasain jatuh cinta. Dan sama lo. Lo lekas tau ya.
Asma masih setia menatap gelombang air laut sembari merenungkan kata kata yang hanya sanggup ia ucapkan dalam hati. Sementara Tama diam diam memperhatikan Asma. Dia tersenyum dan... "cantik"
"hm?" tanya Asma meminta kejelasan. Tama tersentak dan menggeleng "gapapa kok".
Asma hanya mengangguk, dia kembali merasakan dentuman kencang di hatinya. Dia belum tau pasti kapan rasa itu dimulai, yang jelas dia sudah paham kehadiran rasa itu.Sedari tadi dua sejoli itu hanya duduk dan berbincang ringan. Terlihat salah satu dari mereka menyadari bahwa langit sudah memberi tanda akan hujan. Benar saja, hujan lekas turun menyiram kedua insan itu.
Mereka kembali ke motor dengan niat akan pulang. Tanpa aba aba Asma memeluk erat pinggang cowok itu karena merasa kedinginan. Tama yang menyadari hal itu segera menambah kecepatan laju motornya. Jadilah kenangan itu terbungkus dalam derasnya air hujan.
...
Mereka tiba di rumah Asma. Asma turun dari motor dalam keadaan basah kuyup begitupun Tama. Kedatangan mereka disambut hangat oleh bunda Sri yang gak lain bundanya Asma.
"Asma cepetan masuk ganti baju" seru bunda ke Asma. Asma yang mendengar segera lari ke kamar menuruti perkataan bunda.
Sementara..."kamu Tama ya? Mampir dulu ya, bunda buatin teh hangat" ajak bunda
Tama mengiyakan ajakan itu dengan anggukan dan senyuman. Bunda menggiring Tama masuk dan menyuruhnya duduk di sofa ruang tamu. Cowok itu hanya mengiyakan permintaan wanita yang notabene calon mertuanya.
Selang beberapa waktu bunda datang membawa segelas teh hangat dibarengi dengan Asma yang turun dari tangga. Asma duduk di sebelah Tama, sementara bunda menaruh segelas teh hangat yang dibawanya tadi di meja. Bunda pamit ke dapur dan meninggalkan dua insan itu di ruang tamu.
...
Mereka berbincang cukup lama, sampai terlihat matahari sudah mulai terbenam. "lo gak pulang? Udah sore nih"
"jadi lo ngusir gue?" ucap tama cemberut
"ya nggak, takutnya ntar lo dicariin lagi"Tama tak menjawab sepatah kata pun. Dia pergi meninggalkan Asma di ruang tamu, dia berjalan ke motornya dan menaikinya. Asma yang heran hanya mengikutinya dari belakang. Tama mulai menghidupkan mesin motornya dan "gue pulang, jangan mimpiin gue ya"
Asma yang mendengar itu mematung dan sekejap perasaannya meleleh. Dia terdiam melihat cowok berseragam putih abu abu yang mulai lenyap dari pandangannya.
Dia menutup pagar rumahnya seraya membayangkan kejadian yang dialaminya barusan. Dia cukup senang hari ini, sepertinya bukan cukup, tapi dia sangat senang hari ini. Perasaannya semakin menggebu gebu, senyumnya sedari tadi masih terlihat, belum hilang sedikitpun.
Maaf ya, author bakalan slow update karena lagi sibuk banget hihi. Maaf banget kalo ceritanya garing. But, love you guys. Vomment ya😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany
ChickLitGue dulu gak percaya sama lagu yang liriknya 'lebih baik sakit gigi daripada sakit hati'. Yakali, mending sakit hati, sakit gigi mah gaenak. Sampe akhirnya gue kena beberapa peristiwa dalam waktu yang bersamaan, yang buat gue percaya sama lirik lagu...