Chapter 1 : Teenage Cafe

30 9 0
                                    

"Datang tak harus pergi, menetap tak harus meninggalkan"
-Ariel_093

🄰🄿🄿🅈 🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

Sudah 1 jam berlalu Ariel menunggu pesanan yang ia pesan sejak tadi. Ia sudah sangat lelah menunggu pesanannya tadi. Ia duduk sendiri di sebuah meja paling pojok.

Disini, di tempat ini, Ariel sangat kecewa atas semua yang dia lihat dan rasakan. Bahkan, tak sesuai yang Ariel bayangkan. Ia berekspektasi bahwa di tempat ini, ia akan sendiri untuk menenangkan dirinya dan bersuasana sepi nan nyaman. Namun, realita tak semanis ekspetasi. Disini, di cafe ini sangatlah ramai dikunjungi orang. Sehingga membuat ketenangan Ariel terganggu hingga membuat ia sedikit marah dan sangat kesal.

Di cafe ini terdapat banyak orang. Namun, bukan sekedar banyak, lebih tepatnya orang-orang yang sedang istirahat di cafe ini mengajak sosok kekasih yang mereka cintai. Semua meja di cafe penuh dengan sepasang kekasih yang sedang bersenda gurau dan bermesraan. Sedangkan ia duduk sendiri di meja pojok cafe, termenung ketika melihat keadaan di sekitarnya. Ia sempat sedikit cemburu dengan keadaan yang kini dia jalani. Tetapi, apalah daya ia hanya bisa duduk sendiri di pojok cafe sembari menunggu pesanan yang ia inginkan.

"Sebaiknya aku tak lagi ke tempat yang payah ini ... banyak sekali orang-orang yang tak berotak pergi ke cafe ini" ujarnya dengan kesal sembari menyebut orang-orang disekitarnya dengan sebutan orang tak berotak.

Ariel membenci itu semua, karena ia tahu bahwa perjalanan hidup mereka bukan hanya untuk mencari pasangan dan bercinta. Melainkan untuk membuat hidup mereka lebih berharga di dunia ini. Ariel beranggap bahwa cinta hanya akan melahirkan luka dan lara. Sebab, ia sudah mengalami perasaan yang begitu menyakitkan kepada sosok yang kini ia cintai.

Terlihat dari jauh sosok perempuan yang mengenakan baju pelayan datang menghampiri Ariel. Tak salah lagi, ia memang seorang pelayan di cafe ini. Sosok perempuan itu mengenakan baju pelayan sembari membawa secangkir kopi yang ia bawa menggunakan nampan.

"Pesanan datang ...." ujar pelayan cafe itu yang sedang menghampirinya.

"Coffee coklat classic dengan sedikit hiasan daun mint siap diminum ...." sambung pelayan itu sembari mengambil secangkir kopi dan menaruhnya di meja.

"Hmm ...." Ariel menjawab dengan sedikit cuek.

"Mas ini kenapa ...? Kelihatannya kesal? Maaf jika pelayanan di cafe kami kurang memuaskan? Atau mas ada keluh kesah ...? Silahkan disampaikan agar kami dapat bekerja lebih baik kedepannya ...." ujar pelayan cafe itu sembari memperhatikan Ariel.

"Tidak ... sudah terima kasih" lagi-lagi Ariel menjawab dengan nada kesal.

"Emm ... terima kasih atas ulasannya" ujar pelayan cafe itu sembari berdiri dan segera kembali ke dapur.

"T-tunggu ....!"

"Iya ...? Ada apa mas? butuh bantuan?"

"T-tidak aku hanya ingin bilang nampannya ketinggalan"

"Hmm ... ehh iya maaf mas, saya lupa membawanya ...?" ujar pelayan cafe itu sembari menundukan kepalanya.

"Lain kali di inget-inget apa yang dilakukan!" ujar Ariel dengan lirih

"Eh iya mas ..! ngomong-ngomong kalau saya boleh tau nama mas-nya siapa?" ujar pelayan itu dengan percaya diri. Namun, Ariel menghiraukannya.

"Mas ... nama mas siapa?" Pelayan itu menanyakannya lagi.

"A-ariel ...." jawabnya dengan lirih.

"Ohh mas ariel? Kenalin saya Tiara!" ujar pelayan itu sembari menjulurkan tangannya.

"I-iya ..." jawab Ariel sembari menjulurkan juga tangannya.

***

'Kringgg'

Bunyi bel terdengar dari dalam dapur tempat pemesanan pelanggan.

"Ehh saya pamit dulu ... sepertinya lagi banyak pesanan" Pelayan itu pun pergi menuju dapur tempat pemesanan, ia juga tak lupa membawa kembali nampan.

Setelah itu Ariel merenungkan diri sebentar. Namun, karena suasana yang saat itu ramai. Ia memutuskan untuk segera pulang dan menenangkan dirinya di rumahnya.

Segera setelah ia menghabiskan Coffee nya, ia pun pergi ke kasir untuk membayarnya. Dan segera pergi keluar cafe untuk pulang.

Saat di perjalanan tiba-tiba ponsel Ariel berdering. Ia berhenti sebentar untuk mengangkat panggilan tersebut. Di layar ponsel tidak tertera nickname, ia pun menghiraukannya. Semenjak ia mengalami luka hati yang saat ini ia ingat selalu, Ariel memutuskan untuk tidak menggunakan ponselnya sementara. Ponsel yang menjadi saksi, tempat, serta penghubung antara hubungan lama mereka.

Setibanya dirumah tiba-tiba ponselnya berdering Kembali. Ia melihat tertera nomor yang sama dengan tadi. Lalu, ia menjawabnya.

"Hallo ..." Suara lirih sosok perempuan terdengar di telinga Ariel.

Bersambung .....
Nantikan next chapternya smangat

~Jangan Lupa Like , Komen , Dan Share Jika Kalian Suka.... Hehehe Dan Jangan Lupa Support Agar Aku Cepat Melanjutkan Chapter selanjutnya.... Thanks For Support~

A story' by :

Fajar_Otshuki1905

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AFTER HE LEFT || ON GOING ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang