Sayonara

896 72 169
                                    

"Perhaps you just need to find the reason to stay, Pai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Perhaps you just need to find the reason to stay, Pai."

"How if my reason was you?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"How if my reason was you?"


____

Olivia memandang hampa jalanan di hadapannya. Jalan itu masih terlihat sama. Tidak ada yang berubah. Kecuali sudut dimana ia memandangnya. Jalan itu masih sama ramai dan hecticnya. Yang biasa dilalui para pelajar ataupun pekerja di jam-jam sibuknya.

Jalanan itu masih sama padatnya dengan waktu-waktu biasa ia habiskan untuk menyusurinya. Biasanya ia akan melewati jalanan itu saat hendak pergi ke kampusnya atau sekedar berbelanja kebutuhannya di Mirota. Atau sekedar asal lewat untuk menghabiskan sore jemunya.

Perasaan sesak itu kembali menggulung dada. Membuat bening-bening kristal terpupuk di sudut matanya. Kenangan empat tahun di kota itu kembali berputar di kepala, membuat bayangan sempurna bak film tua. Mengingatkan seberapa banyak waktu yang telah ia habiskan di sana.

Orang bilang Jogja itu kota penuh cerita, kota romansa yang akan membuat siapa saja jatuh cinta -meskipun beberapa yang lain di antaranya menyanggah 'jangan meromantisasi kota Jogja'-. Dan Olivia termasuk dalam kelompok orang ke dua yang tidak begitu percaya. Menurutnya itu hanya sebuah frasa yang terlalu melebih-lebihkan si 'Kota Istimewa'. Menurutnya Jogja sama saja dengan kota-kota lainnya yang pernah ditinggalinya.

"perhaps you just need to find the reason, Pai." Ujaran Joshua kembali memenuhi kepalanya.

Ya, mungkin ia hanya tidak tahu perasaan itu. Mungkin ia belum begitu terikat dengan Jogja yang akan selalu membuatnya rindu. Mungkin ia hanya belum menemukan alasan mengapa ada kalimat pongah itu.

Jika Oliv diberi kesempatan untuk kembali ke masanya, ia tentu akan lebih banyak berdoa. Meminta Tuhan untuk memperlambat waktunya. Baiklah tidak harus empat tahun sepenuhnya. Bagaimana dengan beberapa bulan terakhir saja? Di saat-saat lebih banyak waktu yang mereka habiskan bersama.

Rasanya baru kemarin ia mengenal si jakung kurus yang gemar membuat keributan di tengah malam dengan gitar tuanya. Rasanya baru kemarin mereka menghabiskan waktu berjam-jam di atas Vespa dengan obrolan random berkilo-kilo jauhnya. Rasanya baru kemarin juga mereka karaokean di atas vespa tua sepanjang jalan hingga tersesat di antah brantah. Rasanya baru kemarin juga ia benar-benar menikmati waktunya bersama Joshua.

BitterSweet - Oneshoot CollectionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang