Gemalea : Futsal

488 36 10
                                    

Ini draft lama 🙈 iseng buka dan gemush juga ternyata... Jadi bunda upload aja hehehe...

Happy reading
🤗

____

Lea menyipitkan mata, menatap sangsi bangunan besar di hadapannya. Bukan sengatan matahari yang membuatnya enggan untuk berada di sana. Gedung itu cukup teduh dengan pohon-pohon di sekitarnya, pun dengan atap kokoh yang tidak akan roboh dengan sendirinya. Namun perasaan tidak nyaman itu tiba-tiba mendera, merasa aneh karena ia hampir tidak pernah pergi lagi ke sana.

"Mas Gema yakin ngajak aku masuk ke dalem?" Tanya Lea akhirnya, berusaha biasa saja meski laki-laki yang sedang sibuk mengeluarkan berbagai perkakas dari dalam jok motornya tidak membaca keengganannya.

Lea memang kurang nyaman jika harus berlama-lama di tempat yang terlalu menyorot dirinya. Sebenarnya tidak serta merta menyorot juga. Lea tidak harus berada di atas panggung dan melakukan pertunjukkan sebagai bintang utama. Yang harus ia lakukan hanya duduk manis menunggu Gema selesai bermain bola. Tidak merepotkan sama sekali sebenarnya.

Hanya saja, pengalaman di masa lalu sedikit banyak membuat Lea enggan untuk mengulanginya. Lebih-lebih berada di tempat yang sama.

Rasanya seperti ada banyak kerikil yang memenuhi dada. Terasa tidak nyaman meski tak tahu mengapa.

Laki-laki itu tampak begitu santai dengan kaos putih serta celana pendek yang dikenakannya. Jaket Nike yang tadi dengan pongah membungkus badan tegap Gema telah tertanggal dan berpindah posisi, terselip nyaman di antara tangan yang menggenggam sepatu futsalnya. Gema tampak tak kesulitan sama sekali, meski dua tangannya telah penuh dengan barang bawaannya tadi.  Lea sempat menawarkan diri, berniat membawakan jaket Gema yang lantas ditolak mentah-mentah. Tak hanya sepatu yang laki-laki itu bawa, sebuah tas besar pun tersampir nyaman di bahu kirinya.

"Kenapa gak yakin?" Balas Gema tak sedikitpun tampak terganggu. Tangannya menarik lembut milik Kalea, membawa tangan itu bersamaan dengan langkah kakinya.

Ini tentu bukan kali pertama laki-laki itu dengan sengaja menunjukkan kepemilikan atas dirinya, tapi tetap saja rona merah tak dapat dengan mudah Lea singkirkan dari wajah. Rasanya tetap sama seperti kali pertama Gema menggenggam erat tangannya.

Nyaman dan hangat.

"Hmmm... Ya ndak tahu. Siapa tahu aja Mas Gema ndak nyaman nantinya," jawab Lea kemudian saat ia rasa telah menguasai dirinya.

"Kenapa bisa bilang aku bakal gak nyaman?" Balas laki-laki itu tak acuh. Mereka telah berada di pinggir lapangan dengan beberapa orang yang juga telah berada di sana. Gema sudah sibuk membongkar perkakasnya, pun dengan sepatu futsal yang sedari tadi ditentengnya. Laki-laki itu menunduk sebentar, mengikatkan simpul pada sepatu berwarna biru terangnya.

"Ya ndak tahu, aku kan bukan Mas Gema." Lea masih saja bisa menjawab, meski dengan suara lirih dan kepala tertunduk pasrah. Ingatan lama itu tiba-tiba terlintas begitu saja.

Kalea pernah ada di sana, saat tak sengaja ingin memberikan kejutan untuk seseorang yang dulu ia sebut sebagai Mas Pacar. Niat Lea hanya ingin membawakan sesuatu sebagai bentuk dukungan, selain itu karena ia juga sedang didera rindu.

Sangat sulit menemui laki-laki itu. Lebih-lebih dengan kesibukannya di organisasi dan jadwal bimbingan tiada henti. Jangankan menyempatkan waktu untuk bertemu, berbalas pesan pun harus menunggu hingga seminggu. Jadi begitu mendengar laki-laki itu ada di sini, Lea begitu bersemangat menyusul tanpa memberi tahu.

BitterSweet - Oneshoot CollectionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang