((Empat))

23 16 4
                                    

"Barangkali kamu dihadapkan pada dua pilihan antara benar namun merugikan dan salah yang menguntungkan. Mana yang akan kamu pilih?"

Happy reading~

.

"Kok nangis?" Guanlin semakin kebingungan melihat Kayla yang mengeluarkan airmata.

Sementara Kayla semakin merasa bersalah melihat wajah Guanlin. Gadis itu merutuki dirinya sendiri, mengapa ia tak langsung pulang ke rumah saja.

"Heh gapunya mulut?" Guanlin bertanya lagi. Kali ini kata-katanya lebih savage. Dasar Guanlin.

"Terus ini apa kalau bukan mulut?" Ucap Kayla sembari menunjuk bibirnya sendiri. Awalnya Kayla yang merasa bersalah kini berubah menjadi kesal kepada Guanlin. Kenapa Guanlin selalu membuatnya kesal?

"Memang minta dikasarin." Gumam Guanlin kemudian beranjak pergi.

"Kak," Panggil Kayla membuat Guanlin berhenti. Menaikkan satu alisnya tanda ia bertanya.

"Makasih." Ucap Kayla menggantung membuat Guanlin geram ingin menarik bibir kecil Kayla agar segera berbicara.

"Makasih buat yang kemarin." Kayla tau ia terlambat mengucapkan. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, kan?

"Terlambat makasihnya. Tapi nggak apa-apa. Sama-sama." Ucap Guanlin kemudian berbalik hendak melanjutkan langkahnya tetapi Kayla memanggil lagi. Guanlin menatap adik kelasnya itu. Pandangannya seakan berkata bahwa 'apa lagi?'

"Gimana kalau sebagai tanda terimakasih lo gue traktir?" Ajakan klise itu membuat Guanlin mengerutkan keningnya.

"Kamu lagi nggak berusaha nyogok saya buat tutup mulut ke BK karena bolos lagi, kan?" Guanlin curiga melihat gelagat Kayla yang aneh. Gadis itu hanya nyengir tak berdosa sebagai balasan pertanyaan Guanlin.

.

"Sekali kali lah kak bolos. Hidup gausah dibawa serius." Ucap Kayla seenaknya saat menikmati es krim.

Mereka sedang berada dikedai es krim. Uang Kayla hanya pas untuk meneraktir Guanlin di kedai es. Sementara Guanlin murung. Dia sudah membolos pelajaran. Dan tugas proposal Osis berada ditangannya.

"Proposal ini harus diserahkan ke kepsek dua jam lagi. Gimana saya bisa santai?" Balas Guanlin sinis.

Tadi Guanlin ingin menolak, akan tetapi Kayla menariknya kemudian membawanya ke kedai es krim. Terlebih lagi Guanlin haus, jadi yasudahlah. Tak apa.

"Ngomongnya santai dikit dong. Apa banget pake saya-kamu." Kayla mencibir dibalas lirikan tajam oleh Guanlin.

"Dih, santai dong lihatnya." Sambung Kayla.

Guanlin memakan es krim dengan tenang. Menurut Guanlin es krimnya sangat lembut dan manis. Ah, Guanlin jadi ingat Mamanya yang suka es krim.

Berbeda dengan Guanlin memakan Es krim dengan tenang, Kayla justru memakan es krim dengan tidak sabar. Pagi-pagi ia harus berlari sana sini membuat energinya terkuras. Satu kakinya diangkat ke kursi, membuat Guanlin menggeleng pelan.

Guanlin beranjak berdiri. Ia melangkahkan kakinya menuju meja pemesanan es krim. Guanlin memesan banyak varian rasa es krim, membuat Kayla melotot. Dasar tidak tahu diri, sudah ditraktir malah ngelunjak. Batin Kayla.

Kakak Kelas ·Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang