Ohm sedang menelusuri rak buku tempat dimana Pang dan Wave berada. Tiba-tiba ada suara dibawah kakinya. Ohm menoleh kebawah. "Shia, siapa nih yang buang plastik sembarangan" keluh Ohm.
Ohm baru saja ingin memungut plastik itu dan membuangnya kesampah tapi teriakan Monn menghentikkannya. "Jangan dibuang!" serunya. Semua orang mendengar teriakan itu dan berlari menuju tempat Ohm.
"Kenapa?" tanya Ohm. ""Itu plastik roti yang ada di foto tadi!" jelas Mon. Mon mengambil plastik itu hati-hati dan memberikannya ke Namtarn. Namtarn mengerti maksud Mon dan menerawangnya.
Sekelibat bayangan muncul di tempat rak buku tu. Wave dan Pang duduk bersebelahan. Namtarn juga melihat dengan jelas Pang mengusap rambut Wave dan hampir berciuman dengannya. Namtarn melihat bungkus itu dengan ekspresi aneh.
"Lu liat apa Nam?" tanya Ohm. "Pang," Namtarn menjeda omongannya. "Sama Wave anu" Namtarn memasang ekspresi kebingungan. Akhirnya dia menggunakan bahasa tangan menandakan orang berciuman.
"HAH? CIUMAN?" seru Ohm.
Seketika yang lain menyuruhnya diam. "Ga juga sih, hampir doang" jelasnya lagi. "Tuh kan bener apa gw bilang, inimah fix!" ucap Ohm. "Tapi waktu mereka hampir ciuman, Wave kabur. Mungkin mereka main-main doang" ucapnya. Yang lain langsung diam dan sibuk berpikir.
"Gimana kalo Wave sama Pang dikurung berdua aja?" sahut Claire. "Dimana gitu, disuruh bersih-bersih di kelas kek" ucapnya lagi. "Boleh juga" ucap Korn "Gw tau" Semua orang seketika menatap Ohm yang tersenyum licik.
***
"Pang, tolong ya? Plis" ucap Ohm ke Pang. Pang menatap tajam Ohm. "Gamau ah, ini kan tugas lu." Pang hendak beranjak pergi. "Tapi perut gw sakit banget asli! Nanti gw beliin makanan dah" ucap Ohm memegangi perutnya.
Pang memasang wajah memelas. "Iya dah iya. Bentar doang kan? Abis itu lu balik kan?" tanya Pang memastikkan. Ohm mengangguk sambil tersenyum. Tadi pagi Ohm disuruh Pak Pom untuk membersihkan kelas setelah kelas selesai tapi Ohm tiba-tiba sakit perut lalu meminta bantuan Pang.
Pang hanya bisa mengiyakan dan melakukann tugas Ohm. Keadaan kelas sekarang sudah kosong, Pang mengambil sapu dan melakukan tugas Ohm. Tiba-tiba pintu terbuka. "Cep-" perkataan Pang terhenti setelah melihat ke arah pintu.
"Auh? Wave" ucap Pang. "Lu ngapain disini?" tanya Wave. "Ngerjain tugas Ohm yang dari Pak Pom dianya lagi sakit perut" jelas Pang. "Lah gue ta-" ucapan Wave terpotong. Tiba-tiba ada bunyi berdebam. Refleks Wave menoleh ke belakang.
"Shia!!" seru Wave. "Jebakannya belum dilepas!" umpatnya. "Terus gimana? Kita kekunci?" tanya Pang seraya mendekati Wave. Wave mendecakkan lidahnya. "Pak Pom mana lagi?" ucapnya sambil mencoba menelfon Pak Pom. "Shia! Ga dianngkat!" umpatnya lagi.
Pang menaruh sapunya dan menarik Wave duduk dilantai bersamanya. "Sabar aja paling bentar lagi orangnya dateng" ucap Pang menenangkan Wave. Wave hanya diam kepalanya disenderkan ke bahu Pang.
Seperti biasa Pang mengelus rambut Wave dengan lembut. "Kenapa?" tanya Wave. "Ngelus-ngelus gue pasti ada maunya." ucapnya sambil terus men-text Pak Pom. "Tau aja, hehe" ucap Pang merangul Wave.
"Mau" ucap Pang. "Mau apa bego?" tanya Wave setengah kesal. "Sabar atuh, biar ada romantis-romantisnya dikit." ucap Pang. "Cepetan ato gue tendang anu lu" ancam Wave. "Pacar gue gini amat" batin Pang.
"Mau cium" ucap Pang meminta. "Manja banget anjir, najis gue" Wave menjauhkan dirinya dari Pang. "Auh? Sekali doang, ya?" minta Pang sekali lagi. "G" ucap Wave singkat. Pang mendekatkan bibirnya dengan pipi Wave lalu menciumnya.
"Shia! Pang!" bentak Wave sambil memegang pipinnya dan mengusapnya pelan. Pang makin mendekat dan mencium bibir Wave lalu melumatnya. Wave meremas bahu Pang kasar menandakannya untuk berhenti.
Pang melepas lumatannya. Wave langsung meraup udara sebanyak mungkin. "Anjir! Pang sialan, gue hampir mati ga napas" ucap Wave. "Ga tahan lagi guenya, maap ya" ucap Pang.
Wave berdecak dan menatap Pang tajam. Pang yang ditatap hanya senyum-senyum dan terkekeh. "Sekali lagi dong" ucap Pang. Baru saja Pang ingin mendekat, pintu kelas terbuka. "Auh? Kenapa kalian berdua didalem?" Ohm yang baru saja masuk memerhatikkan Wave dan Pang yang duduk.
"Ceritanya panjang" ucap Wave yang langsung berdiri dan keluar. Pang berdiri dan mengusap bibirnya. "Gue balik duluan" ucap Pang sambil menepuk bahu Ohm. Setelah Pang dan Wave keluar Ohm mengambil sesuatu dari kolong mejanya, recorder.
Setelah itu Ohm merogoh handphonenya dan menelfon seseorang. "Mon, panggil semuanya" ucapnya lalu mematikkan telfonnya. Beberapa menit kemudain murid the gifted kecuali Wave dan Pang berkumpul.
"Korn?" Punn memulai pembicaraan. Korn menatap mereka semua dengan tegang. Akhirnya dia menaruh handphonenya. "Liat aja sendiri" ucap Korn tegang.
Punn membuka video yang dimaksud dan memutarnya. Terlihat disitu rekaman beberapa menit yang lalu. Tepat di menit ke tiga Wave dan Pang berciuman. Claire tersenyum senang itu artinya dia bisa mengejek Wave nantinya.
"TUH KAN, INI MAH FIX. BESOK KITA LABRAK" teriak Ohm. Yang lain hanya mengganguk angguk dan masih memerhatikkan video itu. "Kita liat nanti reaksi Wave" Claire tersenyum licik. Yang lain langsung menatap Claire. "Maksudnya reaksi mereka" ucap Claire lagi.
- to be continued -
Jangan lupa vote + comment ya, follow juga ig aku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us | Nanon x Chimon (Namon) ✔
Fiksi Penggemar"Gue suka sama lu" - Pawaret Sermrittirong "Gimana kalo gue juga?" - Wasuthorn Worachotmethee COMPLETED/SELESAI || bxb || homo || homophobic? gausah sebar hate comment :) || nanon x chimon [pang × wave]